sulfida, hidrogen sianida, merkaptan, ketena atau alkohol. Silverstein, 1981.
2.4.3. Spektroskopi Inframerah
Penggunaan spektrofotometri infra merah untuk maksud analisa lebih banyak ditujukan untuk identifikasi suatu senyawa.Hal ini disebabkan spectrum infra merah
senyawa organik bersifat khas, artinya senyawaan yang berbeda akan mempunyai spectrum yang berbeda pula. Selain dari senyawaan isomer-optik, tidak satu pun
antara dua senyawaan yang mempunyai kurva serapan infra merah yang identik. Alat spektrofotometer infra merah pada dasarnya terdiri dari komponen
komponen pokok yang sama dengan alat spektrofotometer ultra lembayung dan sinar tampak,yaitu terdiri sumber sinar, monokromator berikut alat alat optic seperti cermin
dan lensa, sel tempat cuplikan, detector, amplifier, dan alat dengan skala pembacaan atau alat perekam spectrum recorder.
Sumber sinar infra merah pada umumnya berupa zat padat inert yang dipanaskan dengan listrik, sehingga mancapai suhu antara 1.500 – 2.000
o
K.Akibat pemanasan ini akan dipancarkan sinar kontinu yang menyerupai sinar yang
dipancarkan oleh benda hitam. Daerah penyerapan terpenting dalam spectrum infra merah adalah:
a. Daerah vibrasi regang hydrogen 3700 – 2700 cm
-1
Ditemukan puncak puncak serapan maksimum di daerah ini hanya disebabkan oleh vibrasi regang antara hydrogen dengan suatu atom lain.
b. Daerah vibrasi regang ikatan ganda tiga, 2700 – 1850 cm
-1
. Gugus fungsional yang menyerap di daerah ini terbatas, karena itu ada atau tidak
adanya serapan tersebut dalam suatu molekul dapat segera di lihat. c.
Daerah ikatan ganda dua, 1950 – 1550 cm
-1
. Vibrasi regang gugusan karbonil memberikan puncak serapan di seluruh daerah
ini.Keton, aldehid, asam asam, amida, karbonat semunya mempunyai puncak serapan di sekitar 1700 cm
-1
.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
d. Daerah sidik jari “ finger-print “ , 1500 – 700 cm
-1
. Di daerah ini perbedaan sedikit saja dari molekul, adanya subtitusi denga gugus
fungsional yang berbeda akan menyebabkan perubahan yang menyolok pada distribusi puncak serapannya Noerdin.D, 1986.
2.4.4. Sensitivitas Antimikrobial