6
Fakhfakh 2010 mengungkapkan bahwa kompensasi CEO berpengaruh terhadap manajemen laba. Tindakan manajemen laba terbukti menurun dengan pemberian
kompensasi yang sesuai. Ini berarti, perilaku oportunistik manajer dapat diatasi melalui remunerasi yang diberikan. Hasil penelitian Ahmed dan Shehu 2012 juga
mengungkapkan bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh signifikan dalam mengurangi tindakan manajemen laba.
Berdasarkan uraian serta penelitian di berbagai negara tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ulang pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan jenis usaha yang bergerak di
sektor riil yang memiliki jumlah perusahaan lebih banyak dibanding dengan jenis usaha lain. Jika dengan bidang yang lebih spesifik, ada kemungkinan sedikit sampel
yang memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel sehingga data yang dibutuhkan tidak mencukupi untuk melakukan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Implementasi Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah proporsi dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?
Universitas Sumatera Utara
7
2. Apakah proporsi komite audit berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?
3. Apakah reputasi auditor berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?
4. Apakah remunerasi dewan komisaris dan direksi berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?
5. Apakah proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi berpengaruh secara simultan
terhadap manajemen laba?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Memperoleh bukti empiris apakah proporsi dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. 2. Memperoleh bukti empiris apakah proporsi komite audit berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. 3. Memperoleh bukti empiris apakah reputasi auditor berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. 4. Memperoleh bukti empiris apakah remunerasi dewan komisaris dan direksi
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 5. Memperoleh bukti empiris apakah proporsi dewan komisaris, proporsi
komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
8
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi peneliti, menambah pemahaman mengenai pengaruh implementasi
corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan khususnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi investor, sebagai bahan masukan untuk melakukan penilaian dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi dewan komisaris, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar
dewan komisaris lebih ketat dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan yang dijalankan oleh pihak manajemen.
4. Bagi komite audit, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar kedisiplinan dan pengendalian dapat lebih diciptakan untuk mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. 5. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan literatur yang membantu dalam perkembangan ilmu akuntansi. 6. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi bila ingin meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Corporate Governance
Corporate Governance atau tata kelola perusahaan adalah sistem yang digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan.
Corporate governance ini juga mengandung pengertian mengenai pengaturan atas pembagian tugas dan tanggung jawab diantara para pihak yang berpartisipasi dan
memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam perusahaan. Para pihak yang berkepentingan atas pengarahan dan pegendalian perusahaan itu meliputi: dewan
direksi, para manajer, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya Ali, 2009. Untuk lebih memahami, berikut beberapa kutipan mengenai pengertian
corporate governance : Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI 2001,
corporate governance be defined as a set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees, and
other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities, or the system by which companies are directed and
controlled. The objective of corporate governance is to create added value to the stakeholders.
Organisation for Economic Co-operation and Development OECD dalam Steger
dan Wolfgang, 2008 : 4, corporate governance is the system by which business corporations are
directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the
corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on
corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives
and monitoring performance.
Universitas Sumatera Utara
10
Gusti 2011 menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu struktur, sistem, dan proses yang
digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang
saham, dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku.
Dari beberapa kutipan pengertian corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan struktur dan mekanisme yang
dirancang untuk dapat memberikan arahan dan kendali yang cukup dalam mengelola perusahaan.
Di Asia, termasuk Indonesia, corporate governance mulai banyak diperbincangkan pada pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda
negara-negara tersebut Susanty, 2009. Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta sekarang Bursa Efek Indonesia yang
mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independen dan membentuk komite audit
pada tahun 1998, corporate governance mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia. Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus yang
bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Governance KNKG melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri
Nomor: KEP-31M.EKUIN062000. Tugas pokok KNKG adalah merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan
memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia Gusti, 2011. Selain itu, Bapepam juga berusaha mendorong peningkatan corporate governance di
Indonesia dengan menerbitkan peraturan dan kebijakan terkait dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance.
Universitas Sumatera Utara
11
Praktik corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance.
Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG 2006 mengemukakan prinsip- prinsip dasar good corporate governance sebagai berikut:
1. Keterbukaan informasi Transparency, yaitu mengungkapkan
informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan, serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.
2. Akuntabilitas Accountability, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem,
dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Pertanggungjawaban Responsibility, yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Kemandirian Independency, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kesetaraan dan kewajaran Fairness, yaitu perlakuan yang adil dan
setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Daniri 2006, implementasi corporate governance bertujuan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan investor serta mendorong tumbuhnya
mekanisme check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam memberi perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Dengan demikian, hal ini sekaligus mampu meningkatkan nilai perusahaan dan mengembangkan perusahaan secara berkelanjutan.
2.1.1.1 Proporsi Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan, serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance. Dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
12
memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris, keberadaan komisaris independen sangat dibutuhkan, karena di dalam praktik sering ditemukan
transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik pemegang saham minoritas serta
stakeholders lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usahanya Gusti, 2011.
Dalam peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen, sedangkan
Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30 persen dari dewan komisaris adalah komisaris independen.
Kriteria komisaris independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK, yaitu:
1 berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik; 2 tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung
pada Emiten atau Perusahaan Publik; 3 tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan komisaris, direksi, dan
Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik; 4 tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.
Misi Komisaris Independen adalah mendorong terciptanya iklim yang
lebih objektif dan menempatkan kesetaraan fairness diantara berbagai kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholders
sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris Gusti, 2011.
Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
Good Corporate Governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan
Universitas Sumatera Utara
13
dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi
perusahaan.
2.1.1.2 Proporsi Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Pengaturan
mengenai jumlah komite audit bagi emiten dan perusahaan publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut, emiten diwajibkan membentuk komite audit yang berjumlah sekurang-kurangnya tiga orang
dimana salah satunya merupakan komisaris independen perusahaan dan bertindak sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya berasal dari
luar Emiten atau Perusahaan Publik. Adapun persyaratan keanggotaan komite audit yang diatur oleh
Bapepam-LK sebagai berikut: 1 memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik;
2 salah seorang anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan;
3 memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan;
4 memiliki pengetahuan yang memadai mengenai peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;
5 bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, maupun pihak lain yang memberikan jasa audit,
jasa non audit, dan atau jasa konsultasi lain kepada Emiten dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris;
6 bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan
kegiatan Emiten dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris, kecuali Komisaris Independen;
Universitas Sumatera Utara
14
7 tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik;
8 tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua dengan Komisaris, Direksi, atau
Pemegang Saham Utama Emiten; 9 tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten. Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG 2009 menyatakan
bahwa komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam hal : a. Memastikan bahwa pengendalian internal dilaksanakan dengan
baik. b. Memastikan bahwa pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku. c. Memastikan bahwa tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan
oleh manajemen. d. Memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. e. Membantu dewan komisaris dalam memproses calon auditor
eksternal, termasuk imbalan jasanya. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan
diharapkan bertindak mandiri baik dalam pelaksanaan tugas maupun dalam pelaporan. Oleh karena itu, dewan komisaris independen yang menjalankan
fungsinya secara efektif dan dibantu oleh komite audit adalah yang paling baik dalam memastikan implementasi good corporate governance berjalan dengan
baik sehingga kecurangan dalam bisnis dapat dihindari.
2.1.1.3 Reputasi Auditor
Auditor eksternal merupakan mekanisme penting untuk membantu terjaminnya kualitas dan keandalan laporan keuangan. Semua laporan
keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh seorang akuntan publik yang independen Wild, 2010. Komite Nasional Kebijakan Governance 2009 juga
mengemukakan bahwa auditor eksternal Kantor Akuntan Publik diperlukan
Universitas Sumatera Utara
15
untuk melakukan pemeriksaan secara independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh direksi.
Perusahaan yang menggunakan jasa audit KAP Kantor Akuntan Publik besar akan lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangannya.
Hal ini karena auditor yang berasal dari kantor akuntan besar dianggap lebih patuh terhadap prinsip dasar etika profesi dibanding kantor akuntan kecil.
Prinsip dasar etika profesi tersebut meliputi: prinsip integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, dan perilaku
profesional IAPI, 2008. KAP besar dinilai bereputasi baik dan akan berusaha untuk mempertahankan kredibilitasnya sehingga lebih berhati-hati dalam
melakukan proses audit untuk mendeteksi kemungkinan salah saji atau kecurangan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa reputasi auditor
merupakan salah satu indikator corporate governance yang berperan dalam mewujudkan pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance.
Dalam penelitian ini, reputasi auditor dibedakan menjadi dua, yaitu auditor KAP big-4 dan auditor KAP non big-4. Adapun yang termasuk
dalam KAP big-4 di Indonesia, yaitu: 1. KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan yang berafiliasi dengan KAP
PwC Pricewaterhouse Coopers. 2. KAP Osman Bing Satrio yang berafiliasi dengan KAP Deloitte Touche
Tohmatsu. 3. KAP Purwantoro, Suherman dan Surdja yang berafiliasi dengan KAP
Ernst and Young.
Universitas Sumatera Utara
16
4. KAP Sidharta dan Widjaja yang berafiliasi dengan KAP KPMG Klynveld Peat Marwick Goerdeler.
2.1.1.4 Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi
Remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance yang pengungkapannya bagi emiten atau perusahaan
publik diwajibkan oleh Bapepam-LK. Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan publik mengenai proesedur
penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi. Kewajiban ini diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.X.K.6 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik.
Dewan komisaris dan direksi merupakan manajemen kunci perusahaan yang memiliki pengaruh penting terhadap pengelolaan perusahaan. Direksi
bertugas untuk mengurus dan mengelola perusahaan, dan dewan komisaris bertugas mengawasinya. Untuk itu, dibutuhkan remunerasi yang sesuai dan
memadai bagi dewan komisaris dan direksi agar fungsi masing-masing dapat berjalan secara efektif. Adithipyangkul et al. 2009 menyatakan bahwa
remunerasi yang diberikan kepada dewan komisaris dan direksi berpengaruh terhadap kinerja masing-masing, dan akhirnya berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
2.1.2 Manajemen Laba
Hasil survei di Indonesia, U.S., U.K., dan N.Z. mengungkapkan bahwa laporan keuangan yang paling diminati oleh investor dan analis adalah laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
17
Informasi laba adalah informasi yang sangat penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasinya. Kondisi ini seringkali memotivasi manajer untuk berperilaku
kreatif dengan berusaha menampilkan kinerja keuangan yang lebih baik dari biasanya. Hal inilah yang kemudian disebut dengan manajemen laba. Selain itu,
motivasi bonus dan motivasi utang juga dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba. Motivasi bonus timbul karena kecenderungan manajer
untuk memenuhi keinginannya, sedangkan motivasi utang timbul karena manajer harus menunjukkan kinerja perusahaan yang baik agar kreditor mau
menginvestasikan dananya dalam jumlah besar di perusahaan Sulistiawan dkk., 2011.
Manajemen laba menurut Schipper 1989 dalam Rahmawati dkk. 2006 ialah “suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal,
untuk memperoleh beberapa keuntungan privat”. Healy dan Wallen 1999 menyatakan bahwa
manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan
kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.
Manajemen laba menurut Assih dan Gudono 2000 ialah “suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Adopted Accounting Principles
GAAP untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan”. Nilai laba dalam laporan keuangan adalah sebuah fakta , tetapi bukan fakta
yang 100 persen objektif. Nilai laba dapat ditentukan oleh subjektivitas penyusunnya Sulistiawan dkk., 2011. Menurut Davin 2005 dalam Sulistyanto 2008, ada
beberapa cara yang dipakai perusahaan untuk mempermainkan besar kecilnya laba,
Universitas Sumatera Utara
18
yaitu mencatat pendapatan terlalu cepat, mencatat pendapatan palsu, mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya, tidak
mengungkapkan semua kewajiban, mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya, serta mengakui pendapatan masa depan menjadi
pendapatan periode berjalan. Scott 1997 dalam Sulistiawan dkk. 2011 : 40 merangkum pola umum yang
banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain:
1. Pola taking a bath, pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba
perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya.
Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi organizational stress atau sedang dalam proses pergantian
pimpinan manajemen perusahaan.
2. Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba
periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis.
3. Pola income maximization, pola ini merupakan kebalikan dari pola
income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba
sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang,
pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya
banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.
4. Pola income smoothing, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi
laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal
penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba
atau memaksimalkan laba.
2.1.2.1 Hubungan Corporate Governance dan Manajemen Laba
Direksi merupakan salah satu manajemen kunci perusahaan yang
bertugas mengurus dan mengelola perusahaan, serta bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kualitas
Universitas Sumatera Utara
19
laporan keuangan yang disajikan oleh direksi, diperlukan adanya pengawasan untuk menghindari tindakan kesalahan maupun kecurangan.
Pihak yang bertugas dalam mengawasi pengelolaan perusahaan adalah dewan komisaris. Dalam meningkatkan fungsi pengawasan dewan komisaris
diperlukan adanya komisaris independen yang dinilai relatif lebih independen dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, komite audit juga diperlukan untuk
membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasannya. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja komite audit,
diperlukan adanya anggota komite audit independen yang memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan sehingga memiliki pengetahuan yang cukup
untuk membaca dan memahami laporan keuangan. Dengan demikian, kualitas laporan keuangan dapat meningkat melalui pengawasan yang efektif.
Indikator lain untuk dapat menghindari tindakan kesalahan maupun kecurangan dalam perusahaan adalah jasa auditor KAP yang digunakan dan
remunerasi dewan komisaris dan direksi yang diberikan. Dengan memakai jasa kantor akuntan besar dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan, akan
lebih memicu direksi untuk lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan tersebut. Hal ini karena auditor yang berasal dari kantor akuntan
besar dianggap mampu untuk mendeteksi salah saji maupun kecurangan dalam laporan keuangan. Remunerasi dewan komisaris dan direksi juga dianggap
mampu mengefektifkan kinerja dewan komisaris dan direksi, serta meminimalisir bahkan menghilangkan praktik manajemen laba. Remunerasi
yang diberikan diharapkan dapat memuaskan manajemen kunci perusahaan
Universitas Sumatera Utara
20
tersebut sehingga dorongan untuk melakukan tindakan curang atau manajemen laba tidak timbul.
Pada bulan Juli tahun 2002, pemerintah Amerika mengeluarkan regulasi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan setelah terjadinya
skandal akuntansi Enron, yaitu SOX Sarbanes Oxley Act. SOX dipublikasikan dengan tujuan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan
corporate governance, mengembalikan kepercayaan para investor terhadap pasar modal, dan meningkatkan pengawasan terhadap kantor akuntan publik
KAP. Harapannya, tata kelola perusahaan yang baik dapat dicapai, dan juga untuk meningkatkan kualitas audit sehingga manajemen laba dapat dikurangi
Sulistiawan dkk., 2011. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komisaris independen,
anggota komite audit independen, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance yang
diharapkan dapat berperan dalam meminimalisir tindakan manajemen laba, bahkan bukan tidak mungkin menghilangkan praktik manajemen laba tersebut
apabila prinsip-prinsip GCG sungguh-sungguh dilaksanakan.
2.1.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Judul Variabel
Hasil Penelitian
1. Xie et al.
2001 Earnings
Management and Corporate
Governance: The Role of the Board
and the Audit Committee
Variabel Independen: Proporsi Dewan
Komisaris, Dualisme peran CEO, Frekuensi
Rapat Dewan, Proporsi Komite Audit
Variabel Dependen: Proporsi dewan
komisaris dan frekuensi rapat dewan
berpengaruh terhadap manajemen laba,
sedangkan dualisme peran CEO dan
Universitas Sumatera Utara
21
Manajemen Laba proporsi komite audit
tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba.
2. Abbas et al.
2009 Corporate
Governance and Earnings
Management : An Empirical Study
of the Saudi Market
Variabel Independen: Ukuran Dewan
Direksi, Propoprsi Dewan Komisaris,
Dualisme Peran CEO, Proporsi Komite
Audit, Reputasi Auditor
Variabel Dependen: Manajemen Laba
Ukuran dewan direksi, proporsi
dewan komisaris, dualisme peran CEO,
dan proporsi komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hanya reputasi auditor yang
berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Fakhfakh
2010 Impact of CEO
Compensation on Earnings
Management Variabel Independen:
Kompensasi CEO Variabel Dependen:
Manajemen Laba Kompensasi CEO
berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Iqbal dan
Norman 2010
The Effect of Corporate
Governance on Earnings
Management around UK Rights
Issues Variabel Independen:
Ukuran Dewan Direksi, Proporsi
Dewan Komisaris, Proporsi Dewan
Direksi, Dualisme peran CEO,
Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Reputasi
Auditor Variabel Dependen:
Manajemen Laba Ukuran dewan
direksi, proporsi dewan komisaris,
proporsi dewan direksi, dualisme
peran CEO, dan reputasi auditor
berpengaruh terhadap manajemen laba,
sedangkan kepemilikan
institusional dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
5. Ahmed dan
Shehu 2012 Corporate
Governance, Earnings
Management, and Financial
Performance: A Case of Nigerian
Manufacturing Variabel Independen:
Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan
Institusional, Ukuran Komite Audit,
Kompensasi Eksekutif Variabel Dependen:
Manajemen Laba, Semua indikator
corporate governace yang digunakan,
yaitu ukuran dewan direksi, kepemilikan
institusional, ukuran komite audit, dan
kompensasi eksekutif
Universitas Sumatera Utara
22
Firms Kinerja Keuangan
berpengaruh terhadap manajemen laba dan
kinerja keuangan.
6. Rezaei dan
Maryam 2012
Efficient or Opportunistic
Earning Management with
Regards to the Role of Firm Size
and Corporate Governance
Practices Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan,
Reputasi Auditor, dan Proporsi Dewan
Komisaris Variabel Dependen:
Manajemen Laba Ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan, reputasi auditor, dan
proporsi dewan komisaris
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba.
Indikator corporate governance yang akan digunakan adalah proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris
dan direksi. Peneliti memilih indikator-indikator tersebut karena dinilai paling berpotensi dalam mempengaruhi manajemen laba. Seperti hasil penelitian yang
diungkapkan oleh Xie et al. 2001, Iqbal dan Norman 2010, Rezaei dan Maryam 2012 bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh dalam mengurangi tindakan
manajemen laba. Iqbal dan Norman 2010 menjelaskan bahwa komisaris independen berperan penting dalam mengendalikan perusahaan dari tindakan
manajemen laba. Rezaei dan Maryam 2012 juga menjelaskan bahwa keberadaan komisaris independen yang lebih banyak dapat mengurangi tindakan manajemen
laba. Hasil penelitian Xie et al. 2001, Abbas et al. 2009 mengungkapkan bahwa
proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Akan tetapi, pada awalnya kedua peneliti tersebut memiliki anggapan kuat bahwa proporsi komite audit
memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, peneliti memutuskan
Universitas Sumatera Utara
23
untuk memilih variabel tersebut karena ingin melihat bagaimana pengaruhnya pada perusahaan di Indonesia.
Hasil penelitian Abbas et al. 2009, Iqbal dan Norman 2010, Rezaei dan Maryam 2012 mengungkapkan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Iqbal dan Norman 2010 tidak menemukan bukti adanya pengaruh ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, dualisme peran CEO, dan
proporsi komite audit terhadap manajemen laba. Seluruh indikator corporate governance tersebut tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kecuali reputasi
auditor. Peneliti menyatakan bahwa komite audit seharusnya lebih penuh pertimbangan dalam memilih auditor yang akan digunakan dalam mengaudit laporan
keuangan perusahaan. Rezaei dan Maryam 2012 juga menjelaskan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa audit kantor akuntan publik bereputasi baik, tidak
melakukan efficient earning management. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan reputasi auditor sebagai salah indikator dari corporate
governance. Remunerasi dewan komisaris dan direksi juga dianggap berpotensi dalam
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sebagai pertimbangan, hasil penelitian yang diungkapkan oleh Fakhfakh 2010 bahwa kompensasi CEO berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Tindakan manajemen laba terbukti menurun dengan pemberian kompensasi yang sesuai kepada manajemen perusahaan tersebut.
Begitupula dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Ahmed dan Shehu 2012 bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh dalam mengurangi tindakan manajemen
laba. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan remunerasi dewan komisaris dan direksi sebagai salah satu indikator corporate governance. Dewan
Universitas Sumatera Utara
24
H4 H1
H2
H3 H5
komisaris dan direksi merupakan manajemen kunci perusahaan yang memiliki pengaruh penting dalam pengelolaan perusahaan, maka pemberian kompensasi
terhadap keduanya harus dipertimbangkan sedemikian rupa.
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian
yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat
diuji secara empiris Iskandar, 2008. Untuk memperoleh jawaban-jawaban ilmiah mengenai pengaruh implementasi
corporate governance terhadap manajemen laba, peneliti menyusun kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Implementasi Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba
Corporate Governance X Proporsi Dewan Komisaris X1
Proporsi Komite Audit X2
Reputasi Auditor X3 Remunerasi Dewan Komisaris
dan Direksi X4 Manajemen Laba Y
Universitas Sumatera Utara
25
Kerangka konseptual penelitian theoretical framework menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana keterkaitan
teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat Sapto Haryoko, dalam Iskandar, 2008.
Dalam penelitian ini, variabel bebas independent variable dan variabel terikat dependent variable yang ingin diteliti adalah corporate governance dan manajemen
laba. Indikator corporate governance yang digunakan adalah proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris
dan direksi. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel tersebut, penelitian ini
menggunakan teori keagenan agency theory yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Jensen dan Meckling menyatakan bahwa setiap individu
memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara maksimal. Secara konsep, teori ini menjelaskan hubungan atau kontrak antara
pemegang saham principal dan manajer atau pengelola perusahaan agent. Saat terjadi pemisahan antara pengelola perusahaan manajerdireksi dan pemegang
saham, pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih dibandingkan pemegang saham. Akibatnya, karena pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih
banyak, lebih lengkap, dan lebih akurat, akan terjadi kecenderungan mereka memanfaatkan informasi ini untuk kepentingan mereka sendiri. Hal inilah yang
kemudian memunculkan tindakan manajemen laba dengan berbagai motivasi yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai solusi, corporate governance muncul dan
dinilai mampu mengatasi tindakan manajemen laba Sulistiawan, 2011.
Universitas Sumatera Utara
26
Proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance
yang dinilai berpengaruh terhadap manajemen laba. Komisaris independen memiliki peranan penting dalam mengawasi
pengelolaan perusahaan. Komisaris independen dinilai lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba.
Komite audit diperlukan untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasannya. Untuk meningkatkan efektivitas
kinerja komite audit, diperlukan adanya anggota komite audit independen yang memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan sehingga memiliki pengetahuan
yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan. Dengan demikian, kualitas laporan keuangan dapat meningkat melalui pengawasan yang efektif, dan
tindakan manajemen laba dapat diminimalisir. Selain itu, reputasi auditor juga berpengaruh terhadap manajemen laba.
Auditor yang berasal dari kantor akuntan besar dianggap lebih patuh terhadap prinsip dasar etika profesi dalam pelaksanaan auditnya. Auditor kantor akuntan besar akan
berusaha mempertahankan kredibilitasnya sehingga lebih berhati-hati dalam melaksanakan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan. Hal ini
sekaligus memicu pengelola perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan, dan berfikir ulang untuk melakukan tindakan manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
27
Remunerasi dewan komisaris dan direksi dianggap sebagai mekanisme internal untuk mengurangi masalah keagenan. Remunerasi yang diberikan diharapkan dapat
memuaskan sehingga dorongan untuk melakukan manajemen laba tidak timbul.
2.3 Hipotesis Penelitian