14
7 tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik;
8 tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua dengan Komisaris, Direksi, atau
Pemegang Saham Utama Emiten; 9 tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten. Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG 2009 menyatakan
bahwa komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam hal : a. Memastikan bahwa pengendalian internal dilaksanakan dengan
baik. b. Memastikan bahwa pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku. c. Memastikan bahwa tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan
oleh manajemen. d. Memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. e. Membantu dewan komisaris dalam memproses calon auditor
eksternal, termasuk imbalan jasanya. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan
diharapkan bertindak mandiri baik dalam pelaksanaan tugas maupun dalam pelaporan. Oleh karena itu, dewan komisaris independen yang menjalankan
fungsinya secara efektif dan dibantu oleh komite audit adalah yang paling baik dalam memastikan implementasi good corporate governance berjalan dengan
baik sehingga kecurangan dalam bisnis dapat dihindari.
2.1.1.3 Reputasi Auditor
Auditor eksternal merupakan mekanisme penting untuk membantu terjaminnya kualitas dan keandalan laporan keuangan. Semua laporan
keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh seorang akuntan publik yang independen Wild, 2010. Komite Nasional Kebijakan Governance 2009 juga
mengemukakan bahwa auditor eksternal Kantor Akuntan Publik diperlukan
Universitas Sumatera Utara
15
untuk melakukan pemeriksaan secara independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh direksi.
Perusahaan yang menggunakan jasa audit KAP Kantor Akuntan Publik besar akan lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangannya.
Hal ini karena auditor yang berasal dari kantor akuntan besar dianggap lebih patuh terhadap prinsip dasar etika profesi dibanding kantor akuntan kecil.
Prinsip dasar etika profesi tersebut meliputi: prinsip integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, dan perilaku
profesional IAPI, 2008. KAP besar dinilai bereputasi baik dan akan berusaha untuk mempertahankan kredibilitasnya sehingga lebih berhati-hati dalam
melakukan proses audit untuk mendeteksi kemungkinan salah saji atau kecurangan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa reputasi auditor
merupakan salah satu indikator corporate governance yang berperan dalam mewujudkan pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance.
Dalam penelitian ini, reputasi auditor dibedakan menjadi dua, yaitu auditor KAP big-4 dan auditor KAP non big-4. Adapun yang termasuk
dalam KAP big-4 di Indonesia, yaitu: 1. KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan yang berafiliasi dengan KAP
PwC Pricewaterhouse Coopers. 2. KAP Osman Bing Satrio yang berafiliasi dengan KAP Deloitte Touche
Tohmatsu. 3. KAP Purwantoro, Suherman dan Surdja yang berafiliasi dengan KAP
Ernst and Young.
Universitas Sumatera Utara
16
4. KAP Sidharta dan Widjaja yang berafiliasi dengan KAP KPMG Klynveld Peat Marwick Goerdeler.
2.1.1.4 Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi
Remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance yang pengungkapannya bagi emiten atau perusahaan
publik diwajibkan oleh Bapepam-LK. Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan publik mengenai proesedur
penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris dan direksi. Kewajiban ini diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.X.K.6 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik.
Dewan komisaris dan direksi merupakan manajemen kunci perusahaan yang memiliki pengaruh penting terhadap pengelolaan perusahaan. Direksi
bertugas untuk mengurus dan mengelola perusahaan, dan dewan komisaris bertugas mengawasinya. Untuk itu, dibutuhkan remunerasi yang sesuai dan
memadai bagi dewan komisaris dan direksi agar fungsi masing-masing dapat berjalan secara efektif. Adithipyangkul et al. 2009 menyatakan bahwa
remunerasi yang diberikan kepada dewan komisaris dan direksi berpengaruh terhadap kinerja masing-masing, dan akhirnya berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
2.1.2 Manajemen Laba