55
pasti untuk autokorelasi pada model regresi. Hal ini karena pola manajemen laba yang memang mempunyai keterkaitan untuk setiap periodenya.
4.2.3 Analisis Regresi
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan BLUE Best Linear
Unbiased Estimator dan layak dilakukan analisis regresi. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil regresi linear berganda yang diperoleh melalui pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 18 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8 Analisis Hasil Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .433
.191 2.270
.026 PDK X1
-.286 .173
-.171 -1.654
.102 PKA X2
-.514 .271
-.200 -1.895
.062 AUD X3
-.091 .027
-.394 -3.396
.001 REM X4
1.438E-12 .000
.238 1.961
.053 a. Dependent Variable: DA Y
Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
DA = 0,433 – 0,286 PDK – 0,514 PKA – 0,091 AUD + 1,438E-12 REM
Universitas Sumatera Utara
56
Persamaan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 0,433 menunjukkan bahwa jika proporsi dewan komisaris,
proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi nilainya adalah 0, maka akrual diskresioner nilainya sebesar 0,433.
2. Koefisien regresi PDK sebesar -0,286 menunjukkan bahwa jika proporsi dewan komisaris meningkat sebesar 1, maka akrual diskresioner akan
menurun sebesar 0,286. 3. Koefisien regresi PKA sebesar -0,514 menunjukkan bahwa jika proporsi
komite audit meningkat sebesar 1, maka akrual diskresioner akan menurun sebesar 0,514.
4. Koefisien regresi AUD sebesar -0,091 menunjukkan bahwa jika reputasi auditor meningkat sebesar 1, maka akrual diskresioner akan menurun
sebesar 0,091. 5. Koefisien regresi REM sebesar 1,438E-12 menunjukkan bahwa jika
remunerasi dewan komisaris dan direksi meningkat sebesar 1, maka akrual diskresioner akan meningkat sebesar 1,438E-12.
4.2.3.1 Analisis Koefisien Determinasi
Analisis R
2
R Square atau koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berikut hasil analisis koefisien determinasi yang diperoleh melalui pengolahan data dengan
menggunakan software SPSS 18.
Universitas Sumatera Utara
57
Tabel 4.9 Analisis Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .413
a
.170 .130
.106718 2.254
a. Predictors: Constant, REM X4, PDK X1, PKA X2, AUD X3 b. Dependent Variable: DA Y
Dari tabel 4.9 dapat diketahui nilai R
2
Adjusted R Square adalah 0,13. Jadi, sumbangan pengaruh dari variabel independen yaitu 13 sedangkan
sisanya sebesar 87 100 - 13 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
4.2.3.2 Uji Parsial Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Berikut hasil uji t yang diperoleh melalui
pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 18.
Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .433
.191 2.270
.026 PDK X1
-.286 .173
-.171 -1.654
.102 PKA X2
-.514 .271
-.200 -1.895
.062 AUD X3
-.091 .027
-.394 -3.396
.001 REM X4
1.438E-12 .000
.238 1.961
.053 a. Dependent Variable: DA Y
Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012
Universitas Sumatera Utara
58
Pengujian masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba. Diuji dengan hipotesis:
- H
1
: b
1
≠ 0, artinya proporsi dewan komisaris secara parsial berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengambilan keputusan: - Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka
H
1
ditolak. - Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka
H
1
diterima. Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah -1,654. Nilai t
tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025 uji 2 sisi dengan df= n-k-1 = 87-4-1 = 82, yaitu 1,989. Dapat diketahui bahwa
nilai -t hitung -t tabel -1,654 -1,989 dan signifikansi 0,05 0,102 0,05, maka H
1
ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris secara parsial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. 2. Pengaruh Proporsi Komite Audit Terhadap Manajemen Laba.
Diuji dengan hipotesis: - H
2
: b
2
≠ 0, artinya proporsi komite audit secara parsial berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengambilan keputusan:
Universitas Sumatera Utara
59
- Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka H
2
ditolak. - Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka
H
2
diterima. Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah -1,895. Nilai t
tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025 uji 2 sisi dengan df= n-k-1 = 87-4-1 = 82, yaitu 1,989. Dapat diketahui bahwa
nilai -t hitung -t tabel -1,895 -1,989 dan signifikansi 0,05 0,062 0,05, maka H
2
ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proporsi komite audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. 3. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba.
Diuji dengan hipotesis: - H
3
: b
3
≠ 0, artinya reputasi auditor secara parsial berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengambilan keputusan: - Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka
H
3
ditolak. - Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka
H
3
diterima. Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah -3,396. Nilai t
tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025 uji 2 sisi dengan df= n-k-1 = 87-4-1 = 82, yaitu 1,989. Dapat diketahui bahwa
nilai -t hitung -t tabel -3,396 -1,989 dan signifikansi 0,05 0,001
Universitas Sumatera Utara
60
0,05, maka H
3
diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa reputasi auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. 4. Pengaruh Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi Terhadap Manajemen
Laba. Diuji dengan hipotesis:
- H
4
: b
4
≠ 0, artinya remunerasi dewan komisaris dan direksi secara parsial berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengambilan keputusan: - Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka
H
4
ditolak. - Jika t hitung t tabel atau -t hitung -t tabel, signifikansi 0,05, maka
H
4
diterima. Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah 1,961. Nilai t
tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025 uji 2 sisi dengan df= n-k-1 = 87-4-1 = 82, yaitu 1,989. Dapat diketahui bahwa
nilai t hitung t tabel 1,961 1,989 dan signifikansi 0,05 0,053 0,05, maka H
4
ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa remunerasi dewan komisaris dan direksi secara parsial tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
4.2.3.3 Uji Simultan Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam uji F digunakan hipotesis
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
61
- H
5
: b
1
≠ b
2
≠ b
3
≠ b
4
≠ 0 Artinya proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor,
serta remunerasi dewan komisaris dan direksi secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengambilan keputusan: - Jika F hitung F tabel dan Signifikansi 0,05, maka H
5
ditolak - Jika F hitung F tabel dan Signifikansi 0,05, maka H
5
diterima Berikut hasil uji F yang diperoleh melalui pengolahan data dengan
menggunakan software SPSS 18.
Tabel 4.11 Hasil Uji Simultan Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
.192 4
.048 4.205
.004
a
Residual .934
82 .011
Total 1.125
86 a. Predictors: Constant, REM X4, PDK X1, PKA X2, AUD X3
b. Dependent Variable: DA Y
Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012 Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai F hitung adalah 4,205. Nilai F
tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada signifikansi 0,05, df1= k-1= 5- 1= 4, dan df2= n-k= 87-5= 82, yaitu 2,483. Dapat diketahui bahwa nilai F
hitung F tabel 4,205 2,483, dan signifikansi 0,05 0,004 0,05, maka H
5
diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris, proporsi komite audit, reputasi auditor, serta remunerasi
Universitas Sumatera Utara
62
dewan komisaris dan direksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian mengenai pengaruh proporsi dewan komisaris terhadap manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,654 dengan signifikansi 0,102.
Nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel, serta signifikansi lebih dari 0,05 menandakan bahwa proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Abbas et al. 2009 yang mengungkapkan bahwa proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Perusahaan sampel cenderung hanya memiliki proporsi dewan komisaris
independen sebesar 30, yaitu persentase minimum yang diwajibkan oleh Bursa Efek Indonesia. Jumlah ini diharapkan dapat ditingkatkan sehingga pengawasan
terhadap pengelolaan perusahaan dapat berjalan lebih efektif.
4.3.2 Pengaruh Proporsi Komite Audit Terhadap Manajemen Laba