18
yaitu mencatat pendapatan terlalu cepat, mencatat pendapatan palsu, mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya, tidak
mengungkapkan semua kewajiban, mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya, serta mengakui pendapatan masa depan menjadi
pendapatan periode berjalan. Scott 1997 dalam Sulistiawan dkk. 2011 : 40 merangkum pola umum yang
banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain:
1. Pola taking a bath, pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba
perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya.
Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi organizational stress atau sedang dalam proses pergantian
pimpinan manajemen perusahaan.
2. Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba
periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis.
3. Pola income maximization, pola ini merupakan kebalikan dari pola
income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba
sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang,
pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya
banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.
4. Pola income smoothing, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi
laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal
penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba
atau memaksimalkan laba.
2.1.2.1 Hubungan Corporate Governance dan Manajemen Laba
Direksi merupakan salah satu manajemen kunci perusahaan yang
bertugas mengurus dan mengelola perusahaan, serta bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kualitas
Universitas Sumatera Utara
19
laporan keuangan yang disajikan oleh direksi, diperlukan adanya pengawasan untuk menghindari tindakan kesalahan maupun kecurangan.
Pihak yang bertugas dalam mengawasi pengelolaan perusahaan adalah dewan komisaris. Dalam meningkatkan fungsi pengawasan dewan komisaris
diperlukan adanya komisaris independen yang dinilai relatif lebih independen dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, komite audit juga diperlukan untuk
membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasannya. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja komite audit,
diperlukan adanya anggota komite audit independen yang memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan sehingga memiliki pengetahuan yang cukup
untuk membaca dan memahami laporan keuangan. Dengan demikian, kualitas laporan keuangan dapat meningkat melalui pengawasan yang efektif.
Indikator lain untuk dapat menghindari tindakan kesalahan maupun kecurangan dalam perusahaan adalah jasa auditor KAP yang digunakan dan
remunerasi dewan komisaris dan direksi yang diberikan. Dengan memakai jasa kantor akuntan besar dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan, akan
lebih memicu direksi untuk lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan tersebut. Hal ini karena auditor yang berasal dari kantor akuntan
besar dianggap mampu untuk mendeteksi salah saji maupun kecurangan dalam laporan keuangan. Remunerasi dewan komisaris dan direksi juga dianggap
mampu mengefektifkan kinerja dewan komisaris dan direksi, serta meminimalisir bahkan menghilangkan praktik manajemen laba. Remunerasi
yang diberikan diharapkan dapat memuaskan manajemen kunci perusahaan
Universitas Sumatera Utara
20
tersebut sehingga dorongan untuk melakukan tindakan curang atau manajemen laba tidak timbul.
Pada bulan Juli tahun 2002, pemerintah Amerika mengeluarkan regulasi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan setelah terjadinya
skandal akuntansi Enron, yaitu SOX Sarbanes Oxley Act. SOX dipublikasikan dengan tujuan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan
corporate governance, mengembalikan kepercayaan para investor terhadap pasar modal, dan meningkatkan pengawasan terhadap kantor akuntan publik
KAP. Harapannya, tata kelola perusahaan yang baik dapat dicapai, dan juga untuk meningkatkan kualitas audit sehingga manajemen laba dapat dikurangi
Sulistiawan dkk., 2011. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komisaris independen,
anggota komite audit independen, reputasi auditor, serta remunerasi dewan komisaris dan direksi merupakan indikator corporate governance yang
diharapkan dapat berperan dalam meminimalisir tindakan manajemen laba, bahkan bukan tidak mungkin menghilangkan praktik manajemen laba tersebut
apabila prinsip-prinsip GCG sungguh-sungguh dilaksanakan.
2.1.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu