terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar psikomotorik siswa. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 47.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif
Hasil analisis data awal menunjukkan kedua kelas bersifat homogen dan data berdistribusi normal, sehingga pengujian berikutnya menggunakan
statistik parametris. Hasil analisis uji perbedaan dua rata-rata pre test seperti yang ditunjukkan Tabel 4.3 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama. Dalam penelitian ini kemampuan berpikir
kreatif meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil dan berpikir elaboratif. Penilaian berpikir kreatif siswa diperoleh dari tes uraian.
Analisis data pretes pada Gambar 4.1 menunujukkan nilai kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen 41,45 sedangkan kelas kontrol 40,46.
Kemampuan berpikir kreatif kedua kelompok tersebut dalam kriteria kurang kreatif. Hal ini dikarenakan sebelum dilakukannya penelitian, pembelajaran masih
bersifat teacher centered. Menurut Kuspriyanto Siagiane 2013, pembelajaran yang bersifat teacher centered menyebabkan suasana belajar kurang menarik dan
kurang komunikatif. Hal ini akan mengakibatkan turunnya hasil belajar dan turunnya kreatifitas belajar siswa.
Analisis hasil post test pada Gambar 4.3 menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada kedua kelompok. Peningkatan kelas
eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran inkuiri. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marlinda 2012 menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelompok yang
belajar dengan pembelajaran berbasis proyek dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penilitian penelitian Afifudin 2013
menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Kemampuaan berpikir kreatif pada aspek berpikir lancar memiliki nilai yang paling tinggi yaitu pada kelas eksperimen sebesar 81,14, sedangkan pada
kelas kontrol sebesar 75,93. Hasil ini sesuai dengan penelitian Luthvitasari 2012 menyatakan bahwa pada aspek fluency berpikir lancar siswa memperoleh skor
tertinggi yaitu sebesar 88,75 dan memiliki peningkatan yang tertinggi. Hal ini membuktikan bahwa kelas eksperimen dengan pembelajaran berbasis proyek
lebih baik dalam meningkatkan aspek berpikir lancar siswa. Pada aspek berpikir luwes, pada kelas eksperimen meningkat sebesar
17,98 sedangkan kelas kontrol sebesar 17,82. Aspek berpikir luwes memiliki nilai yang paling rendah yaitu 62,28 atau dalam kriteria cukup kreatif sedangkan
kelas kotrol ssebesar 59,72 atau dalam kriteria cukup kreatif. Aspek berpikir luwes berkaitan dengan menghasilkan gagasan, jawaban, mencari banyak
alternatif atau arah yang berbeda-beda. Aspek ini memiliki nilai terendah dimungkinkan siswa masih terbiasa fokus pada proses menghafal sehingga
kemampuan siswa untuk berinovasi untuk menciptakan banyak gagasan dengan arah yang berbeda masih lemah.
Aspek berpikir orisinil keaslian pada kelas eksperimen sebesar 67,76 sedangkan kelas kontrol sebesar 61,11. Hasil ini membuktikan bahwa kelas
eksperimen dengan pembelajaran berbasis proyek lebih baik dalam meningkatkan aspek berpikir orisinil siswa. Untuk aspek berpikir elaboratif hasil kelas
eksperimen sebesar 62,83 dan kelas kontrol sebesar 60,42. Hasil aspek elaboratif kedua kelas memiliki hasil yang cukup baik.
4.2.2 Hasil Belajar Kognitif