1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia tahun 2045 diperkirakan akan mengalami bonus demografi dan berpotensi menjadi 7 kelompok negara ekonomi terbesar dunia. Penyiapan SDM
yang berkualitas menjadi kebutuhan mutlak bagi Negara Indonesia untuk menghadapi tuntutan zaman tersebut. Salah satu upaya dalam menciptakan SDM
yang berkualitas adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Fisika sebagai bagian dari sains mencakup proses dan produk. Sains sebagai sebuah produk karena terdiri dari sekumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai sebuah proses, karena merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terstruktur dan
sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam termasuk di dalamnya adalah kemampuan berpikir untuk menyusun
dan menemukan konsep-konsep baru Yulianti Wiyanto, 2009. Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang
berguna untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Gough
sebagaimana dikutip oleh Anwar et al. 2012b, kemampuan berpikir dipandang penting bagi orang-orang berpendidikan untuk mengatasi dunia yang cepat
berubah. Potensi kemampuan berpikir kreatif ada diantara semua individu, dan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah masih menekankan pada perubahan kemampuan berpikir pada tingkat dasar, belum memaksimalkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa. Padahal kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat mempengaruhi perubahan pola pikir siswa. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah ialah kemampuan berpikir kreatif. Para peneliti juga menemukan bahwa berpikir kreatif juga dapat berkontribusi
penting untuk akuisisi informasi dan pendidikan keterampilan Anwar et al., 2012a.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran fisika berpusat pada guru teacher centered lebih sering digunakan daripada pembelajaran yang
berpusat pada siswa student centered. Hasil penelitiaan Kuspriyanto Siagian 2013 menyatakan bahwa pembelajaran yang bersifat teacher centered
menyebabkan suasana belajar kurang menarik dan kurang komunikatif. Hal ini akan mengakibatkan turunnya hasil belajar dan turunnya kreatifitas belajar siswa.
Kemampuan berpikir kreatif siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, apabila kemampuan berpikir kreatif siswa tinggi maka hasil belajarnya juga
tinggi. Hal ini sesuai hasil penelitian Anwar et al. 2012b yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif
dengan prestasi akademik.
Turunnya hasil belajar ditandai dengan rendahnya hasil Ujian Nasional UN mata pelajaran fisika. Berdasarkan persentase penguasaan materi fisika
Ujian Nasional UN materi fluida statis dan fluida dinamis di SMA Negeri 1 Toroh tahun pelajaran 20132014 menunjukkan rata-rata hasil UN pada tingkat
sekolah 64.49, pada tingkat kota kabupaten 58.54, pada tingkat provinsi 54,65, dan tingkat nasional 61,68 BSNP, 2014.
Solusi yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa adalah memperbaiki proses pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode pembelajaran berbasis proyek Project Based
Learning. Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning=PjBL adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyekkegiatan sebagai media.
Menurut Han dan Bhattacharya, dalam PjBL para siswa merasakan adanya masalah sendiri sebagai tantangan atau pertanyaan yang harus dijawab, serta
mengelola waktunya sendiri untuk dapat menyelesaikan proyeknya sehingga dalam pembelajaran proyek peranan guru benar-benar sebagai fasilitator
Warsono Hariyanto, 2014:154. Pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan secara berkelompok yaitu
antaran 4-5 orang, sehingga dalam kelompok ini ada peluang untuk siswa menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain dan merefleksikan ide sendiri
kepada ide-ide orang lain. Menurut Ngalimun 2014:188, proses pendekatan dengan teman sejawat seperti itu akan membantu proses kontruksi pengetahuan
meaning-making process.
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, melalui pembelajaran berbasis proyek akan memberikan kesempatan pada siswa untuk
menggali konten materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif sehingga diharapkan
kemampuan berpikir kreatif dapat meningkat. Menurut Hadim dan Esche yang dikutip oleh Yam Rossini 2010, PjBL juga dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran belajar aktif dan belajar mandiri, juga membantu untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi keterampilan yang
penting dalam pekerjaan hidup mereka nanti. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Fisika di SMA
”.
1.2 Rumusan Masalah