Analisis dan Pe 1. Definisi Risiko dan Bahaya Kebakaran

Gambar 2-1. Hubung Berdasarkan ha 2009 menunjukkan direpresentasikan den hujan yang negatif. K potensi kerapatan hots Gambar 2-2. Hubun Kalimantan T 2. 2. Analisis dan Pe J u m la h H S ubungan Jumlah Hari Kering sebelum Kebakaran de Hotspot Sumber: Boer et al. 2010 hasil penelitian IRI bekerja sama dengan CCR ukkan bahwa kejadian kebakaran di Kalimanta dengan kerapatan hotspot berhubungan dengan . Kondisi anomali curah hujan negatif makin m n hotspot terlihat makin tinggi Gambar 2-2. ubungan anomali curah hujan dengan hotspot ke n Tengah Sumber: IRI dan CCROM-SEAP, IP Pengelolaan Risiko Risk dan Bahaya Hazar Hubungan JHKSKb CH5 mm dengan Jumlah HS MODIS Domain 10 KM H0 sd H-7 y = 0.0737x 2 + 0.2489x R 2 = 0.6248 10 20 30 40 50 60 5 10 15 20 25 JHKSKb hari J u m la h H S n dengan Jumlah ROM-SEAP, IPB ntan Tengah yang an anomali curah meningkat, maka pot kebakaran di IPB 2009 azard Kebakaran 2. 2. 1. Definisi Risiko dan Bahaya Kebakaran Risk atau risiko merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya suatu kejadian hazard yang tidak diinginkan peluang kejadian dan konsekuensi besar dampak vulnerability dari kejadian tersebut Beer dan Ziolkwoski 1995 dan USPCC RARM 1997 dalam Boer 2002. Terkait dengan kebakaran, risiko kebakaran Fire risk meliputi risiko penyalaan dan risiko penyebaran penjalaran-nya. Penilaian risiko kebakaran adalah sangat penting untuk dapat menduga penjalarannya dari beberapa tegakan hutan tempat mulainya api yang menimbulkan kebakaran. Hal ini dikarenakan penjalaran kebakaran hutan dapat menimbulkan ancaman bagi tutupan lahan alam dan keselamatan makhluk hidup. Berdasarkan definisi FAO 1986, risiko kebakaran hutan merupakan peluang dari sebuah awal kebakaran yang ditentukan oleh keberadaan dan aktivitas beberapa faktor penyebabnya. Sementara itu Chuvieco dan Congalton 1989 mendefinisikan risko kebakaran sebagai gabungan dua komponen, yakni bahaya kebakaran dan penyalaan kebakaran. Seluruh risiko tergantung pada bahan bakaran dan kemudahannya terbakar sebagai bahaya dan pada adanya penyebab- penyebab eksternal baik oleh faktor alam atau oleh faktor antropogonik yang menyebabkan penyalaan kebakaran. Sumber-sumber lain yang dipertimbangkan sebagai sumber penyalaan disebut sebagai jumlah potensi sumber penyalaan Canadian Forest Service 1997 . Chuvieco et al. 2003a, b menyebutkan risiko kebakaran sebagai kombinasi dua faktor, yakni behaya kebakaran peluang dari penyalaan dan penyebaran dan kerentanan kebakaran sebagai hasil atau akibat dari kebakaran. Bahaya kebakaran mengacu pada pendugaan faktor-faktor lingkungan yang tetap maupun yang berubah seperti: bahan bakar, cuaca, dan topografi yang menentukan kemudahan penyalaan, laju penyebaran, kesulitan pengendalian, dan dampak dari kebakaran lahan yang tidak terkendali Merril and Alexander 1987; Taylor and Alexander 2006 . Bahaya hazard kebakaran hutan didefinisikan sebagai peluang probability kejadian kebakaran hutan di suatu tempat pada intensitas tertentu. Dengan demikian, bahaya kebakaran tergantung pada dua unsur, yakni: kejadian occurrence dan intensitas intensity. Kejadian berkaitan dengan peluang sebuah kejadian kebakaran pada suatu waktu berdasarkan analisis statistik dari kebakaran hutan yang telah terjadi sebelumnya atau peluang untuk sebuah titik lokasi tertentu terbakar berdasarkan pada model perilaku kebakaran atau data historis. Intensitas dari sebuah kebakaran berhubungan dengan jumlah energi kebakaran yang terkait secara langsung dengan akibatnya. Kerentanan vulnerability terkait dengan akibat yang dapat diduga dari sebuah fenomena alam dan ditentukan oleh intensitas risikonya. Oleh karena itu, kerentanan dipengaruhi oleh tiga unsur, yakni: risiko, kerusakan, dan usaha pencegahan atau pengendalian Hardy 2005. Bahaya kebakaran fire hazardmenggambarkan keadaan bahan bakar bahan yang mudah terbakar yang ditentukan oleh volume, tipe, kondisi, susunan, dan lokasi yang menentukan derajat kemudahan penyalaan dan sulitnya pengendalian kebakarannya. Sementara itu, kerentanan kebakaran menentukan tingkat ancaman terhadap properti yang berisiko pada wilayah tertentu yang bernilai risiko: pemukiman, bangunan, kehidupan. Hutan dapat dianggap sebagai penyebab kebakaran bahan bakaran sekaligus sebagai penerima akibat kebakaran, yang secara bersamaan merupakan penentu risiko dan kerentanan. Manusia dengan kegiatannya yang dapat menimbulkan kebakaran sebagai penyebab dan juga yang menderita kerugian akibat dampak negatif dari fenomena kebakaran tersebut penerima dampak Hardy 2005. 2. 2. 2. Analisis dan Pengelolaan Risiko Kebakaran