4. SIMPULAN Utilization of READY ARL NOAA data and CMORPH for land and forest fire risk model development in Central Kalimantan

aplikasinya masih memerlukan penyesuaian dan penambahan data untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Selanjutnya, pada bab berikutnya akan dibahas tentang hasil estimasi curah hujan dari data curah hujan CMORPH.

3. 4. SIMPULAN

Secara umum terdapat korelasi linier yang relatif baik antara parameter T, RH, WD dan WS dari arl dengan rason, baik di Juanda, Surabaya maupun di Cengkareng, Tangerang. Walaupun pada beberapa kasus ditemui korelasi yang tidak terlalu tinggi, namun sangat signifikan dari hasil p-value uji korelasi Pearson. Di Juanda, koefisien korelasi paling tinggi r 0.5 dihasilkan dari parameter T kecuali pada lapisan atmosfir 250mb – 150mb hanya sekitar 0.4, WD, dan WS. Di Cengkareng, nilai koefisien r untuk semua parameter T, RH, WD, dan WS relatif cukup tinggi r 0.5 kecuali pada T pada lapisan atmosfir 1000mb dan RH pada lapisan atmosfir 1000mb dan 925mb yang kurang dari 0.5. Walaupun dari hasil uji korelasi Pearson p-value sangat signifikan. Penggunaan metode PLSR pada analisis hubungan antara parameter profil atmosfir dari arl dengan radiosonde tidak selalu lebih baik hasilnya dibandingkan dengan hasil analisis regresi sederhana, namun secara umum akan meningkatkan perolehan nilai koefisien determinasi, korelasi, dan menurunkan nilai RMSE. Kelebihan penggunaan metode PLSR adalah mampu melakukan proses analisis secara simultan pada sejumlah peubah responbebas Y 1 , Y 2 , .., Y k yang menggunakan peubah prediktor penduga, terikat yang sama dan banyak X 1 , X 2 , ..., X m serta mampu mereduksi multikolinearitas yang mungkin terjadi antar peubah respon Y maupun antar peubah prediktor X. Kelemahannya adalah apabila terdapat data hilang pada salah satu peubah prediktor, maka nilai dari semua peubah respon tidak dapat diperoleh. Hal yang penting diperhatikan adalah dalam hal pemilihan komponen utama PC yang akan digunakan secara bersama- sama dalam menduga Y, karena pada beberapa peubah Y memerlukan PC yang lebih sedikit atau lebih banyak untuk mencapai koefisien determinasi R-sq yang optimum. Terdapat korelasi yang cukup signifikan antara T pada pukul 06.00 UTC dengan T max observasi BMKG dengan kisaran 0.31 – 0.68. Koefisien korelasi di Cilacap sangat baik dan cukup konsisten, sehingga T arl sangat potensial digunakan untuk menduga T max di wilayah ini. Sementara untuk wilayah lain masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut dengan menambah panjang data atau menambah jumlah data yang digunakan dalam pemodelan.

4. ANALISIS HUBUNGAN DATA CURAH HUJAN CMORPH DENGAN CURAH HUJAN OBSERVASI