digunakan untuk berkebun tapi itu belum menjadi hak milik belum ada suratnya hanya mendapatkan izin menggarap saja dari Pemda Bogor, lokasinya pun bukan di
Pamagersari tapi masuk wilayah Desa Jasinga. ”
Rumah yang didirikan di Kampung Citeureup Blok Citeureup masih berupa rumah yang sangat sederhana, hal ini terlihat dari dinding rumah yang masih terbuat
dari bilik bambu, sebagian besar beratap daun kelapa atau daun ilalang, sebagian besar lantai masih berupa tanah.
7.2.2 Areal Pertanian berkebun, berladang, dan sawah
Selain untuk pemukiman ada juga warung kecil, namun sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk bertani. Sebenarnya pemanfaatan lahan eks-HGU sebagai lahan
pertanian sudah dilakukan jauh sebelum adanya program reforma agraria. Pada umumnya warga memanfaatkan lahan untuk berladang atau berkebun.
Tabel 16 memperlihatkan pemanfaatan lahan eks-HGU berdasarkan jenis pemanfaatan dan lamanya waktu pemanfaatan lahan.
Tabel 16: Pemanfaat Lahan Eks-HGU
No Nama
Lamanya menggarap
Bentuk Pemanfatan Komoditas
utama
1 Abah Dira
5 thn Rumah, ladang, dan
kebun Sengon
2 Aki Momo
5 thn Ladang dan kebun
Sengon 3
Bapak Sukatmo 5 thn
Ladang dan kebun Sengon
4 Ibu Ciah
5 thn Rumah, ladang dan
kebun Sengon
5 Ibu Upik
5 thn Belum digarap
- 6
Bapak Cepi 5 thn
Tidak digarap dijual -
8 Bapak Budi
5 thn Tidak digarap dijual
- 9
Bapak Soleh 5 thn
Belum digarap -
10 Bapak Suhedi
5 thn Belum digarap
- 11
Bapak Agus Kosasih 5 thn
Belum digarap -
12 Bapak Afif
5 thn Ladang dan kebun
Sengon 13
Bapak Sarhan 5 thn
Ladang dan kebun Sengon
14 Ibu Oom
5 thn Rumah, warung, dan
ladang. Sengon
15 Bapak Oscar
5 thn Belum digarap
- 16
Bapak Suhanda 5 thn
Tidak digarap dijual -
17 Bapak Jaya
5 thn Ladang dan kebun
Sengon 18
Bapak Sodik 5 thn
Kebun Sengon
19 Bapak Ajir
5 thn Ladang dan kebun
Sengon 20
Bapak Jajat 5 thn
Ladang dan kebun Sengon dan
Afrika 21
Bapak Ujang 5 thn
Ladang dan kebun Sengon
Terdapat bermacam-macam tanaman yang ada di atas lahan eks-HGU ini. Pada umumnya warga menanam tanaman ladang yang tergolong memiliki usia pendek seperti
singkong, ubi, jagung, dan pisang. Beberapa warga juga menanam buah-buahan yang umurnya lebih panjang seperti durian, manggis, rambutan, nangka, dan cempedak.
Selain itu, terdapat warga yang menggunakan lahanya untuk areal persawahan dan padi gogo huma.
Salah satu warga yang memiliki sawah di lahan eks-HGU ini adalah CH 53 tahun, beliau memiliki beberapa petak sawah di belakang rumahnya, sawah ini terletak
di Blok Citeureup yang berbatasan dengan Blok Ancol.
“Di belakang juga ada sawah Ibu, tapi tidak banyak cuma ada beberapa petak saja. Lumayan untuk kebutuhan sendiri, jika ada sisa terkadang Ibu gunakan untuk sedekah
jika ada tetangga atau saudara yang hajatan
6
.” CH 53 tahun
6
Hajatan adalah sebuah acara yang diadakan oleh sebuah keluarga, semacam kenduri atau acara syukuran. Biasanya hajatan dilakukan jika ada warga yang menikah atau khitanan, terkadang juga
sebagai acara pemberian nama pada bayi. Kebiasaan warga di Desa Pamagersari jika ada kerabat saudar atau tetangga yang hajatan mereka membantunya dengan memberi sedekah berupa beras atau
bahan makanan pokok lainnya.
Gambar 6: Sawah CH 53 tahun yang berbatasan dengan Blok Ancol
Akan tetapi, sebagain besar warga menanami lahannya dengan pohon Sengon Ambon, Jengjeng, Albasia. Semua responden dan informan yang ditemui
mengutarakan bahwa lahan mereka ditanami pohon Sengon. Menurut mereka perawatan pohon Sengon cukup mudah, umur 4-5 tahun sudah dapat dipanen. umumnya banyak
pemborong yang mencari pohon Sengon untuk dibeli, para pemborong rata-rata membeli sengon yang talah berumur 4-5 tahun dengan harga Rp. 150.000batang hingga
Rp. 300.000batang. Hal ini tergantung pada kualitas pohonnya. Untuk bibit Sengon itu sendiri harganya cukup murah, harga bibit sengon dengan ukuran 1 meter berkisar Rp.
1.500poliybag hingga Rp. 2.500polybag.
Tabel 17: Pemanfaatan Lahan yang Ditanami Pohon Sengon.
Harga bibit polybag
dengan panjang 1 m Rata-rata
lamanya masa perawatan
Harga jualbatang Persentase
penggarap yang menanam Sengon
Rp. 1.500 – Rp. 2.500
4 – 5 tahun
Rp. 150.000 – Rp. 300.000
75
Gambar 7: Pohon Sengon yang ditanam di atas lahan eks-HGU yang telah disertifikasi
Selain itu, terdapat warga yang tidakbelum menggarap lahan yang diterimanya. Bahkan diantara mereka ada yang sudah mejualnya kepada orang lain. Warga yang
belum menggarap mengutarakan bahwa mereka belum memiliki waktu untuk menggarap lahannya karena mereka sudah memiliki pekerjaan lain. contohnya AGK 40
tahun, beliau merupakan mitra Yamaha Motor dan memilki sebuah dealer di depan rumahnya.
“ Saya juga punya lahan, dulu sebelum sertifikasi Saya membeli lahan itu dengan harga Rp. 1500.000 dengan luas 1024 m
2
, tapi belinya hanya beli garapan. Ketika ada program sertifikasi alhamdulillah saya juga mendapatkan sertifikat. Tapi sampai sekarang lahan
itu belum sempat saya garap, rencananya jika ada waktu nanti saya akan tanami Jengjeng
Sengon.”
Selain itu, terdapat responden yang mengutarakan bahwa mereka sedang mengumpulkan modal untuk berkebun. Hal ini seperti diutarakan oleh SLH 36
tahun salah seorang staf di kantor Desa Pamagersari yang mendapatkan sertifikat lahan eks-HGU.
“Rencananya saya akan menanam Jati Mas, karena tanah di Pamgersari ini sudah diteliti cocok untuk berkebun Jati Mas. Tapi saya akan mengumpulakan modal terlebih dahulu,
harga bibit Jati Mas ckup mahal yaitu Rp. 25.000polybag .”
Pemaparan mengenai pemanfaatan lahan eks-HGU di atas sejalan dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah. Akan tetapi, selain itu ada juga beberapa warga yang
telah menjual lahannya setelah mereka mendapatkan sertifikat.
7.2.3 Sarana Umum