terhadap  seluruh  pengeluaran  rumah  tangga.  Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  rumah tanggakeluarga  akan  semakin  sejahtera  bila    persentase  pengeluaran  untuk  makanan
jauh lebih kecil dibandingkan persentase untuk non makanan.
2.3 Kerangka Pemikiran Konseptual
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Permasalahan agraria di Indonesia merupakan hambatan yang serius bagi proses pembangunan  yang  sedang  berlangsung.  Berbagai  komponen  bangsa  sesuai  dengan
status  dan  perannya  telah  berupaya  melakukan  perbaikan  dalam  bidang  agraria,  baik penataan konstitusi maupun upaya perbaikan dalam bentuk program nyata.
Sejak  tahun  2007  pemerintahan  SBY-JK  telah  mengimplementasikan  program reforma agraria di beberapa daerah di Indonesia. Program utama dari reforma agraria ini
adalah  dengan  mendistribusikan  tanah  kepada  rakyat  termiskin  untuk  dikelola  guna
Implementasi Kegiatan Reforma Agraria:
Sertifikasi Lahan eks- HGU
Subjek yang Memenuhi Kriteria
Hambatan: Resistensi eks pemilik
HGU dan SDM yang rendah
Perubahan Struktur
Kepemilikan Lahan
Kapasitas Subjek Meningkat
memiliki lahan Kapasitas Subjek
Tidak Mengalami Peningkatan yang
Signifikan penjualan lahan
Kesejahteraan Petani Meningkat
memenuhi  kebutuhan  hidup.  Selain  pendistribusian  tanah,  ada  juga  program-program lainya yang bersifat pendukung yang disebut dengan pemberian access reform, kegiatan
ini  antara  lain  dengan  pemberian  kredit  lunak,  pelatihan  kelompok  tani,  bantuan teknologi pertanian, pupuk, bibit tanaman, dan lain sebagainya.
Program  reforma  agraria  diharapkan  dapat  membentuk  struktur  kepemilikan lahan yang lebih merata dan adil, sehingga ketimpangan dalam kepemilikan lahan dapan
teratasi. Begitu juga dengan permasalahan-permasalahan sosial penyerta lainnya, seperti konflik ataupun sengketa lahan.
Program  reforma  agraria  ini  diperuntukan  bagi  masyarakat  miskin,  terutama petani  dengan  berbagai  kriteria  yang  telah  ditetapkan  oleh  pemerintah.  Bantuan  yang
diberikan  melalui  program  reforma  agraria  diharapkan  dapat  meningkatkan  kapasitas sasaran  program,  di  antaranya  berupa  peningkatan  kualitas  sumber  daya  manusia
melalui  pelatihan  atau  penyuluhan,  memiliki  akses  terhadap  sumber  agraria  berupa tanah garapan, mampu memiliki modal produksi, memiliki dan memahami penggunaan
teknologi pertanian, dan sebagainya. Meningkatnya  kapasitas  petani  sebagai  komponen  penting  dalam  produksi
pertanian berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya alam secara optimal. Kondisi ini  akan  mendorong  peningkatan  hasil  produksi.  Selanjutnya,  keterampilan  yang
diperoleh dari pelatihan  maupun penyuluhan akan dimanfaatkan untuk  membuat suatu produk  olahan  yang  lebih  bernilai.  Jika  sasaran  program  dapat  mendistribusikan
memasarkan  hasil  produksi  olahan  tersebut  dengan  baik,  maka  ini  akan  berdampak pada kondisi perekonomian rumah tangganya.
Akan  tetapi,  dalam  pelaksanaannya  program  reforma  agraria  sudah  pasti memiliki hambatan baik secara internal maupun eksternal. Hambatan-hambatan internal
berasal  dari  dalam  diri  individu  masyarakat  yang  menjadi  subjek  program,  sedangkan hambatan  eksternal  berasal  dari  luar  diri  individu  subjek,  mislanya  dari  pemerintah,
resistensi pihak swasta, faktor alam, dan lain sebagainya. Sehingga setelah mendapatkan bantuan-bantuan  dari  pemerintah  kondisi  perekonomian  petani  tidak  mengalami
peningkatan yang signifikan.
2.4 Hipotesis Penelitian