Struktur Agraria Reforma Agraria dan Tingkat Kesejahteraan Petani

Hubungan Sosio Agraria Hubungan atau interaksi yang terjadi di antara subjek-subjek agraria baik pemerintah, swasta, dan masyarakat telah membentuk suatu dinamika sosial. Dampak hubungan antar subjek agraria tersebut pada kenyataannya sering kali menimbulkan permasalahan sosial, hal ini dikarenakan satu pihak mendominasi dan pihak lain terdominasi yang berujung pada munculnya ketidakadilan bagi subjek yang terdominasi. Untuk memperbaiki hubungan-hubungan sosio-agraria tersebut maka dicuatkan suatu program reforma agraria sebagi sebuah agenda bangsa untuk keadilan dan kemakmuran rakyat.

2.1.2 Struktur Agraria

Struktur agraria yaitu 3 suatu fakta yang menunjuk kepada fakta kehadiran minoritas golongan atau lapisan sosial yang menguasai lahan yang luas di satu pihak 3 Dikutip dari pengantar penerbit pada buku Sosiologi Agraria oleh Sediono M.P. Tjondronegoro, penyunting M.T. Felix Sitorus Gunawan Wiradi, AKATIGA, Bandung 1999. Komunitas Swasta Pemerintah Sumber agraria Hubungan teknis Agraria Gambar.1 Lingkup Hubungan-hubungan Agraria Sumber : Sitorus 2002 Keterangan: dan mayoritas golongan yang menguasai hanya sedikit atau bahkan tanpa tanah sama sekali di lain pihak. Struktur agraria dapat mempengaruhi munculnya hubungan sosial agraris yang berbeda antara satu tipe struktur agraria dengan tipe struktur agraria lain. Ada tiga macam struktur agraria yaitu: 1. Tipe Kapitalis: sumber-sumber agraria dikuasai oleh non-penggarap swastaperusahaan 2. Tipe Sosialis : sumber-sumber agraria dikuasai oleh negarakelompok pekerja 3. Tipe PopulisNeo-Populis: sumber-sumber agraria dikuasai oleh keluarga rumah tangga penguna. Wiradi 1998, dalam Sitorus 2002. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan seperti sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi. Semakin hari kebutuhan akan lahan semakin meningkat, sementara itu ketersediaan akan lahan tidak pernah bertambah. Hal ini mengakibatkan banyak sekali terjadi benturan kepentingan antar pihak karena setiap pihak mempunyai kepentingannya masing-masing dalam pemanfaatan lahan. Berbagai masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan kepentingan tersebut diantaranya adalah Utomo, dkk. 1992 : 1. Tumpang tindih dalam peruntukan lahan; 2. Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali; 3. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensi atau kemampuan tanahnya; 4. Penggunaan lahan yang tidak efisien atau tidak sesuai dengan fungsinya sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif seperti kerusakan tanah, kemerosotan produktivitas, tanah longsor, dan banjir.

2.1.3 Reforma Agraria