7. Siswa menirukan skenario yang ada dalam video sesuai teks dialog
yang telah diberikan secara bersama- sama 8.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok 9.
Masing- masing kelompok melakonkan skenario video animasi yang telah dipelajarinya
10. Kelompok yang tidak maju mengamati kelompok pelakon
11. Guru melakukan penilaian individu dan kelompok
12. Guru merefleksi tampilan siswaSuyatno, 2009: 70
2.2 Kajian Empiris
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap metode Role Playing dalam meningkatkan pembelajaran.
Adapun hasil penelitian tersebut adalah: Baiti 2011 dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Kualitas
Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Role Playing pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 02 Kota Semarang, hasil penelitian menunjukkan
model pembelajaran role playing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Keterampilan guru pada siklus I dengan persentase 72,5 dalam kategori
baik, siklus II dengan persentase 80 dalam kategori baik, dan siklus III dengan persentase 90 dalam kategori sangat baik. Aktivitas siswa
mengalami peningkatan persentase pada tiap siklusnya. Siklus I 66 dengan kategori baik, siklus II sebanyak 75 dengan kategori baik, dan siklus III naik
menjadi 87 dengan kategori sangat baik. Sedangkan ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 64,16 dalam kategori cukup,
siklus II dengan persentase 70,83 dalam kategori baik, dan siklus III dengan persentase 78,12 dengan kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih 2012 dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Melalui Metode Pembelajaran Role
Playing pada Siswa Kelas V SDN Margomulyo Pegandon- Kendal”,
menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Margomulyo Pegandon- Kendal.
Setelah dilakukan tindakan penelitian siklus I ketuntasan klasikal menjadi 51,5, siklus II menunjukkan persentase 75,8, dan meningkat mencapai
81,8 pada siklus III. Penelitian lain juga telah dilakukan terhadap pemanfaatan media
audiovisual dalam meningkatkan pembelajaran. Penelitian tersebut dilakukan oleh Mudzakir 2011 dengan judul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD Student Teams Achievement Division dengan
Media Audiovisual Pembelajaran Pkn Kelas IV SDN Tangkil Tengah Kabupaten Pekalongan”. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan
kualitas pembelajaran PKn setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media audiovisual, dapat dilihat dari perolehan hasil
belajar siswa kelas IV pada siklus I nilai rata- rata 60,5 dengan persentase ketuntasan klasikal 52,63, siklus II nilai rata- rata 67,38 dengan persentase
ketuntasan klasikal 66,66, dan pada siklus III nilai rata- rata 71,9 dengan persentase ketuntasan klasikal 85,71.
2.3 Kerangka Berpikir