109
serta memanfaatkan bantuan sekolah untuk siswa miskin sehingga tidak perlu membayar SPP sekolah anaknya.
5.3 Analisis Strategi Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Ibu sebagai orang tua tunggal di Desa Namo Bintang menggunakan tiga strategi
bertahan hidup sekaligus untuk tetap bisa bertahan hidup di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Strategi tersebut adalah strategi aktif, strategi pasif dan
strategi jaringan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suhartono yang menyatakan bahwa strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan
tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu srategi
aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Berikut penjelasan dari masing-masing strategi bertahan hidup Ibu tunggal di Desa Namo Bintang.
5.3.1 Strategi Aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan Ibu sebagai
orang tua
tunggal untuk
menambah pendapatan
keluarga mengoptimalakan sumberdaya yang dimiliki karena tuntutan hidup yang semakin
besar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, strategi yang dibangun oleh keluarga orang tua tunggal salah satunya adalah melakukan pekerjaan sampingan
dengan menjadi pekerja kasar seperti buruh tani. Hal ini terungkap dari pernyataan Informan 1 dan 2 yang mengatakan :
“usaha yang saya lakukan untuk menambah penghasilan menjadi buruh tani, kalau ada yang membutuhkan bantuan tenaga saya diminta untuk
Universitas Sumatera Utara
110
membantu, kalau seperti sekarang ini saya paling bekerja membersihkan ladang orang.” Dahliana, 43 th.
“Kerja sampingan saya sebagai buruh tani di ladang orang. Kerja sampingan itu saya lakukan waktu gak ada jagung yang masuk, saya kan
gajinya harian di gudang jagung kalo gak kerja saya gak ada uang jadi saya harus cari uang masuk
lain.” Romaulina, 44th. Selain menjadi buruh tani , sebagian Ibu tunggal lebih memilih melakukan
pekerjaan sampingan di luar sektor pertanian yaitu bekerja sebagai buruh cuci sebagaimana yang diungkapkan Informan 2 yang mengatakan:
“setiap pagi saya kerja nyuci baju di rumah pemilik pabrik jagung ini, lumayan bisa buat bayaran uang sekolah anak tiap bulan. Saya kerjanya
mulai jam 6 sampai 8 pagi.”Romauli,44
th
Selain buruh tani dan buruh cuci, pekerjaan sampingan lain yang dilakukan Ibu tunggal di Desa Namo Bintang adalah pekerjaan yang dilakukan
pada musim tertentu. Hal ini terungkap dari pernyataan Informan 2 yang mengatakan:
“musim rambutan saya upahan ngikat rambutan, Upah ngikat rambutan itu tergantung banyaknya rambutan yang sudah di ikat, satu ikat dihargai
Rp.200,dalam semalam saya biasanya hanya mampu mengikat sebanyak Rp. 150 ikat saja. Jadi upahnya Cuma Rp. 30.000
” Romauli, 44th.
Pekerjaan sampingan lain yang dilakukan Ibu tunggal di Desa Namo Bintang adalah pekerjaan upahan memilih dan mencuci barang bekas di tempat
Universitas Sumatera Utara
111
tokeh penjual barang bekas. Hal ini terungkap dari pernyataan Informan 5 yang mengatakan:
“ saya sering juga upahan ke tempat tokeh milih-milih plastik atau ikut ke sunge nyuci plastik, satu hari saya dikasih uang Rp. 50.000 itu saya
kerjanya mulai siang jam 11 sampe sore jam 5 ” Dameria, 42 th.
Pekerjaan tersebut mereka pilih karena keterampilan yang mereka miliki terbatas sehingga mereka hanya bisa menjadi pekerja kasar yang tidak
memerlukan banyak keterampilan. Walaupun sebagian besar Ibu tunggal di Desa Namo Bintang melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan
keluarga, namun ada juga Ibu tunggal yang memilih tidak melakukan pekerjaan sampingan, hal ini terungkap dari pernyataan Informan 4:
“saya tidak punya pekerjaan sampingan cuma jual gorengan saja
” Maimunah, 45th. Alasan informan lebih memilih fokus bekerja sebagai penjual gorengan karena
keterampilannya yang terbatas dan ingin punya lebih banyak waktu di rumah dengan anaknya.
Usaha menambah pendapatan dengan melakukan pekerjaan sampingan ternyata memberi sedikit tambahan bagi pendapatan Ibu tunggal, hal ini
dikarenakan pekerjaan yang dilakukan Ibu tunggal hanya sebagai pekerja kasar sehingga upah yang diterima masih tergolong kecil dan tidak menentu.
Pendapatan Ibu tunggal yang masih tergolong kecil membuat anggota keluarga yaitu anak juga ikut bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga
sebagaimana pernyataan anak dari Ibu tunggal yang mengatakan: “ Pulang sekolah aku ikut kerja di pabrik jagung ini, kasian liat mamak
angkat jagung berat-berat apalagi aku anak paling besar jadi ikut kerja di
Universitas Sumatera Utara
112
pabrik ini. Uangnya aku buat bantu mamak sama aku tabung karna betar lagi tamat aku pengen
kuliah ” Roy, 17th. Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut, mereka
membantu Ibu mereka untuk membantu perekonomian keluarga. Berikut ini penuturan dari salah satu informan :
“kerjaan pulang sekolah aku nyari botot kak tiap hari di jalan, kami kumpulin di rumah digabungin sama yang didapat mamak, tiap minggu
baru kami jual kak uangnya aku gak tau berapa karna mamak yang jual kak” David, 9 th
Fakta di atas relevan dengan pendapat Suhartono yang menyatakan bahwa strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara
mengoptimalkan segala potensi keluarga misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, pembagian kerja anggota keluarga,memperpanjang jam kerja dan
melakukan apapun demi menambah penghasilannya. Di satu sisi, strategi perlibatan anak dalam peran ekonomi akan memupuk
anak untuk membaca peluang ekonomi. Mereka akan lebih mampu memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mengakses uang. Namun disisi lain, strategi ini akan
berdampak pada pemenuhan kebutuhan hak anak terutama untuk memperoleh pendidikan. Sebagian besar waktu yang seharusnya untuk belajar mereka gunakan
untuk bekerja atau membantu keluarga dalam peran ekonomi. Akibatnya kualitas pendidikan anak-anak mereka relative rendah. Sadar ataupun tidak,
pemanfaatanstrategi ini dapat dikonotasikan sebagai suatu jebakan kemiskinan seperti yang diutarakan informan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
113
“aku gak sekolah lagi kak sekarang mau kerja aja bantu mamak, bapak dah gak da lagi jadi aku aja bantu mamak nyari uang sama bantu
nyekolahin adek” Widodo, 16 th. Strategi aktif yang dilakukan oleh Ibu sebagai orang tua tunggal di Desa
Namo Bintang tidak hanya melakukan pekerjaan sampingan dan anggota keluarga yang ikut bekerja tetapi untuk menyiasati minimnya penghasilan keluarga adalah
dengan memanfaatkan pekarangan belakang rumah sebagai kebun kecil untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman sayuran seperti cabe rawit, pisang, duku,
daun singkong dan jenis tumbuhan lain yang umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari Ibu sebagai orang tua tunggal
aktif menanam berbagai jenis sayuran ini, dari hasil tanaman tersebut mereka ddapat menekan biaya yang diperlukan untuk keperluan konsumsi. Hanya
beberapa kebutuhan pokok saja yang tidak dapat mereka produksi dan kebutuhan tersebut harus mereka beli di warung atau pasar.
Hasil dari tanaman ini sebagian besar untuk dikonsumsi, tetapi terkadang mereka dapat menjualnya. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan sebagai
berikut : “Ibuk nanam duku di belakang rumah untuk lumayan tiap musim duku
bisa dijual, sama nanam daun ubi untuk bisa di jual ke tukang pecal dekat sini atau buat sayur
ibuk.” Maimunah ,45th. “Saya menanam sayuran seperti cabe rawit, daun ubi, rimbang dan
kacang panjang jadi bisa untuk dikonsumsi sendiri sebagai sayur ”
Dahliana, 43th.
Universitas Sumatera Utara
114
Selain menanam sayuran, pekarangan rumah juga juga dimanfaatkan untuk memelihara ayam. Peternakan kecil ini ternyata member kontribusi yang
cukup lumayan bagi keluarga Ibu tunggal untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Selain itu, hasil peternakan ini juga dapat dialokasikan sebagai nilai
ekonomis dalam menambah pendapatan keluarga. Adapun jenis ternak yang dipelihara oleh Ibu tunggal tersebut yaitu ayam kampung. Perawatan yang
dilakukan sangat sederhana sekali yaitu hanya menyediakan kandang sebagai tempat tinggal ternak, sedangkan makannya diberikan adalah jagung bulat.
Kegiatan yang dilakukan dalam beternak ayam cukup mudah yaitu hanya member makan dan membukakan pintu kandang pada pagi hari dan menutupnya kembali
pada sore hari. Peternakan unggas akan member manfaat meliputi daging dan telurnya.
Daging dan telur unggas dapat dijadikan bahan konsumsi rumah tangga. Mereka juga dapat menjualnya hasil ternak, seperti yang diungkapkan informan berikut ini
: “ Halaman saya saya manfaatkan untuk ternak ayam. Hasil ternak ayam
ini gak seutuhnya kami jual, kami konsumsi juga daging dan telurnya. Kami jual ayam satu kilo Rp. 45.000, telurnya Rp. 2.000 per butir, sekali
jual ke warung bisa jual 10-15 butir tapi gak tiap hari, kalo ada aja. ” Dameria, 42 th
Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh Ibu sebagai orang tua tunggal di Desa Namo Bintang persis halnya seperti yang dikemukakan oleh Moses yang
membuat keran gka analisis yang disebutnya “The Aset Vulnerability
Framework”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan asset yang dapat
Universitas Sumatera Utara
115
digunakan untuk melakukan penyesuaian atau pengembangan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan salah hidup, satu asset produktif produktif
asset misalnya menggunakan rumah, sawah,ternak, memanfaatkan pekarangan rumah sebagai tanaman untuk keperluan hidupnya. Seperti apa yang telah
dilakukan oleh para Ibu tunggal di Desa Namo Bintang yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran misalnya cabe, ubi, dan tanaman lain
yang perawannta tidak rumit. Selain menanam sayur mereka juga memanfaatkan pekarangan rumah untuk memelihara ayam kampung.
Selama ini strategi aktif tersebut telah mampu mengatasi permasalahan mereka dalam memenuhi kebutuhan pokok walaupun dengan seadanya. Para Ibu
tunggal di Desa Namo Bintang mampu bertahan dengan keadaan mereka yang penuh dengan tuntutan dan masalah-masalah kebutuhan hidupnya. Mereka akan
memaksimalkan semua potensi sumber daya yang mereka miliki untuk menambah penghasilan walaupun tambahan pendapatan yang mereka dapat tergolong kecil
dan tidak menentu, namun hal tersebut tetap dilakukan agar mereka tetap bisa melangsungkan hidup.
5.3.2 Strategi Pasif