Pengantar Hasil Temuan Informan Penelitian 1

72 BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan yaitu melakukan teknik wawancara secara mendalam dan observasi partisipatif dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan informasi mengenai strategi orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga studi kasus Ibu sebagai orang tua tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : 1. Studi kepustakaan library research yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti. 2. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh gambaran tentang kondisi fisik dan sosial lokasi penelitian dan selanjutnya untuk menggali informasi tentang strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 3. Melakukan wawancara terhadap informan pangkal, informan kunci dan informan tambahan untuk mengetahui strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Universitas Sumatera Utara 73

5.2 Hasil Temuan Informan Penelitian 1

Informan penelitian 1 yaitu Ibu Dahliana , berumur 43 tahun, informan sudah menjadi orang tua tunggal selama 4 tahun. Pendidikan formal Ibu Dahliana sampai pada jenjang SMA , tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 2 orang anak, anak pertama bernama Dina duduk di kelas 7 SMP dan anak kedua yang bernama Adit masih duduk di kelas 3 SD. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek dapat digolongkan keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, Luas rumah 5m x 12m walaupun bangunan rumah sudah ditembok namun dinding tembok masih berupa susunan batu bata dan belum di lapisi semen dan hanya terdapat satu kamar tidur saja serta masih beralaskan lantai degan semen biasa. Kemiskinan yang dialami keluarga informan 1 dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai petani kecil, Ibu Dahliana tidak memiliki lahan untuk bertani tetapi Ibu Dahliana menyewa sawah untuk ditanami. sawah yang Ibu Dahliana sewa dengan 1 juta rupiah per tahunnya ditanami pohon pisang, pohon pisang tersebut setiap hari diambil daunnya untuk dijual kepada pedagang-pedangan makanan seperti warung lontong disekitar rumah dan juga ke pasar pada pagi hari. Selain dari hasil menjual daun pisang Ibu Dahliana juga menanam tanaman yang dapat dijual setiap hari seperti kangkung, kangkung dapat dipanen setiap harinya untuk dijual ke pasar pada pagi hari. Pagi hari Ibu Dahliana berjualan ke pasar, barang dagangannya adalah lengkuas, daun pisang dan kangkung. Ibu Dahliana juga mencari barang dagangan dari hasil ladang milik tetangga seperti lengkuas , serai, dan daun singkong. Ibu Dahliana membelinya untuk kemudian dijual ke pasar pagi hari. Tetangga Ibu Universitas Sumatera Utara 74 Dahliana percaya pada Ibu Dahliana untuk diambil hasil ladangnya . Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu tetangga Ibu Dahliana sebagai berikut : “ Biasanya Ibu Dahliana ambil apa aja yang bisa dia jual dari ladang saya atau ladang tetangga sini, ada daun ubi, lengkuas, sere dan gori. Supaya ada aja barang dagangannya pagi ke pajak. Saya sih ngasih aja berapa dia bayar saya terima gak saya patok harganya.”Erliana,42th Pendapatan yang didapat oleh Ibu Dahliana tergolong rendah. Hasil dari berjualan ke pasar pada pagi hari tersebut sekitar Rp. 40.000 setiap harinya. Pendapatan tersebut bisa saja menurun jika kualitas tanaman subjek menurun atau ketika harga pertanian sedang turun. Pendapatan yang kecil dan tidak menentu membuat informan sulit dalam memenuhi semua kebutuhan keluarga karena untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga diperlukan biaya sekitar Rp.1.500.000 perbulan. Hal ini terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan : “Kalau cuma mengandalkan pendapatan dari hasil usaha bertani jelas tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga karena selama satu bulan paling tidak pengeluaran keluarga saya sekitar 1,5 juta rupiah” Dahliana, 43th. a. Strategi Aktif informan 1 Pendapatan informan 1 yang tergolong rendah tidak sebanding dengan biaya kebutuhan keluarga yang sangat tinggi sehingga diperlukan strategi untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga agar tetap bisa bertahan hidup. Informan menerapkan strategi aktif untuk menambah pendapatan keluarga, yaitu dengan melakukan pekerjaan sampingan. Untuk dapat memenuhi semua kebutuhan pokok Universitas Sumatera Utara 75 keluarga, informan 1 malakukan beberapa pekerjaan sampingan antara lain dengan menjadi buruh tani. Hal ini terungkap dari pengakuan informan yang mengatakan: “usaha yang saya lakukan untuk menambah penghasilan menjadi buruh tani, kalau ada yang membutuhkan bantuan tenaga saya diminta untuk membantu, kalau seperti sekarang ini saya paling bekerja membersihkan ladang orang.” Dahliana, 43 th. Pendapatan yang diperoleh Selain dari pekerjaan berjualan di pasar pada pagi hari adalah informan juga bekerja sebagai buruh tani yang bekerja sebagai penebar pupuk dan membersihkan ladang jagung ataupun membersihkan sawah orang. Pendapatan yang diterima dari pekerjaan menjadi buruh tani bervariasi dan tidak menentu karena tidak setiap hari ada pekerjaan. Hal ini terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “Penghasilan buruh tani tidak menentu dan berbeda-beda, paling tinggi ada yang ngasih 50 ribuan tapikan kerja diladang orang gak ada tiap hari. Kalau ada yang butuh bantuan tenaga ya di tawari kerja tp kalo gak ada yang lagi b utuh bantuan tenaga kerja ya gak kerja” Dahliana, 43 th. Walaupun telah melakukan berbagai pekerjaan sampingan namun pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak subjek yang mengatakan: Universitas Sumatera Utara 76 “kalau sekarang aku kerja upahan ngambil kangkung di sawah tetangga , satu ikat itu Rp.150 aku biasanya dapat 100 ikat kangkung satu hari, jadi sekitar Rp.15.000 satu harinya” Dina, 12th. Hasil yang didapat oleh anak pertamanya tidak digunakan Ibu Dahliana untuk memenuhi kebutuhan dapur tetapi hanya untuk menambah uang jajan sekolah ataupun keperluan perlengkapan sekolah Dina anak pertamanya. Hal ini terungkap dari pernyataan Ibu Dahliana yang mengatakan : “ Dina biasanya kerja upahan ambil kangkung pulang sekolah sampai sore hampir magrib, paling banyak dia bisa dapat Rp.15.000, itu juga kalau kangkungnya lagi bagus kalau gak ya paling Cuma dapat Rp.5000, uangnya dia pakai untuk tambahan jajan sekolah, beli pulpen atau keperluan sekolah lainnya.”Dahliana, 43th Informan juga mengoptimalkan sumberdaya yang dililiki keluarga yaitu dengan memanfaatkan pematang di sawah mereka untuk ditanami sayuran seperti kacang panjang dan labu. Tanaman tersebut nantinya akan dikonsumsi sendiri, seperti yang diungkapkan informan yang mengatakan: “Saya menanam sayuran seperti cabe rawit, daun ubi, rimbang dan kacang panjang jadi bisa untuk dikonsumsi sendiri sebagai sayur ” Dahliana, 43th. b. Strategi Pasif Informan 1 Strategi pasif dilakukan subjek agar pendapatannya mampu untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Strategi pasif yaitu strategi bertahan hidup dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga hemat. Strategi hemat dapat dilihat dari cara keluarga meminimalisir pengeluaran untuk kebutuhan keluarga Universitas Sumatera Utara 77 seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Sikap hemat dalam pemenuhan kebutuhan pangan terlihat dari budaya keluarga yang membiasakan makan dengan lauk seadanya seperti yang di ungkapkan informan yang mengatakan: “kalau untuk makanan keluarga kami, makan seadanya tapi tetap tiga kali sehari cuman lauknya sederhana ya kadang makan sama lauk tempe, tahu dan ikan asin sama kalo ikan basah gitu sekali-sekali, kalau makan daging paling pas lebaran atau kalau ada orang pesta aja .” Dahliana, 43th. Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan sandang adalah tidak pilih-pilih merk pakaian, bagi keluarga Ibu Dahliana merk pakaian bukanlah hal yang penting, yang terpenting bagi mereka dalam membeli pakaian adalah harganya murah. Keluarga informan juga jarang membeli pakaian baru, biasanya hanya akan membeli ketika lebaran seperti pengakuan informan yang mengatakan: “saya beli baju baru jarang, paling pas lebaran saja, biasa beli di pajak gak pernah liat merk bajunya apa ” Dahliana, 43th. Sikap hemat juga terlihat dari sikap informan yang tidak mementingkan model atau luasnya rumah. Bagi keluarga informan yang terpenting adalah rumah yang di tempati bisa untuk berteduh, hal ini terlihat dari bentuk bangunan rumah yang masih sederhana. Kesederhanan terlihat dari bangunannya yang masih sederhana, dinding rumah terbuat dari batu namun tidak diplaster dan ukuran rumah yag tidak besar hanya ada satu kamar dan dapur yang tidak luas. Universitas Sumatera Utara 78 Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak adalah menyekolahkan anak di sekolah Negeri, bagi keluarga dengan orang tua tunggal pendidikan yang bagus bukan dilihat dari sekolah yang mahal tetapi yang paling penting adalah anak dapat tetap bersekolah dan mendapat pendidikan yang baik. Sekolah di sekolah negeri dinilai dapat sangat meringankan beban biaya pendidikan anak karena tidak perlu membayar uang sekolah dan buku pelajaran juga diperoleh secara gratis. Informan menerapkan strategi berhemat dalam hal ongkos anak sekolah seperti pengakuan informan yang mengatakan: “uang sekolah saya tidak pusing karena anak sekolahnya di sekolah negeri jadi uang spp dan uang buku gratis, untuk jajan tiap hari saya kasihnya pas-pasan saya rasa cukup kalau anak pertama saya kasih Rp.7000 dan adeknya Rp.4000 udah termasuk ongkos” Dahliana, 43th. Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi ketika seseorang dalam keadaan sakit. Ketika sedang sakit informan biasanya tidak pergi ke dokter melainkan ke puskesmas. Sebagaimana pernyataan yang diungkapkan informan sebagai berikut: “Saya jarang ke dokter biasanya sakit paling ke puskesmas atau beli obat di warung udah sembuh, Alhamdulillah selama ini belum ada kami yang sakitnya parah jadi ke puskesmas udah cukup, kalo sakitnya parah gak sembuh dari puskesmas saya harus kerumah sakit kan sekarang ada bpjs jadi saya rasa rumah sakit juga biayanya udah ringan.” Dahliana,43 th. Cara hemat yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan adalah pergi ke puskesmas dan membeli obat di warung, faktor yang membuat keluarga Universitas Sumatera Utara 79 informan tidak berobat ke dokter adalah biaya pengobatan berobat ke dokter yang mahal sehingga mereka lebih memilih membeli obat di warung dan berobat ke puskesmas. Seperti pernyataan informan yang mengatakan: “kalau sakit saya tidak langsung ke dokter karena biasanya mahal. Karna puskesmas gratis tapi kalo ke dokter klinik dekat sini biasanya 35-50ribu, cuma sakit biasa beli obat di warung sudah sembuh, kalo sudah tidak sembuh- sembuh baru ke dokter” Dahliana,43th. c. Strategi Jaringan Informan 1 Strategi aktif dan pasif yang diterapkan keluarga informan 1 mampu membuat keluarga beliau tetap bisa bertahan hidup sampai sekarang, namun ketika seperti hasil tanaman yang menurun drastis seperti tidak adanya daun pisang ataupun tanaman lain yang dapat dijual dan ketika membutuhkan uang secara cepat mereka harus melakukan strategi lain. Strategi tersebut adalah strategi jaringan, strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal ketika dalam kesulitan. Ibu Dahliana menggunakan strategi yang cukup umum dalam membangun pandangan sosial masyarakat terhadap dirinya. Ibu Dahliana bersikap baik dan menjaga agar hubungan tetangga agar tetap baik. Tidak ada hal khusus yang dilakukan dalam membangun pandangan sosial masyarakat. Beliau juga mengaku tidak ada yang bersikap buruk atas status Ibu tunggal yang disandang, Ibu Dahliana yang tidak ambil pusing atas apa yang mungkin saja dijadikan bahan obrolan oleh masyarakat sekitar tempat tinggal beliau. Beliau memilih strategi untuk tetap berhubungan baik dengan para tetangga tetapi juga tidak mau ikut Universitas Sumatera Utara 80 campur atau dicampuri urusannya dengan tetangga beliau seperti pada pernyataan informan berikut ini : “ saya gak peduli apa kata tetangga, tapi sejauh ini gak ada tetangga yang nampaknya bersikap buruk. Saya selalu baik sama tetangga kalo ada yang mau pesta saya Cuma bantu pake tenaga aja. Tetangga saya baik kalo saya butuh barang jualan tetangga ngasih aja saya ambil barang dari ladangnya ‘’ Dahliana,43th Pendapatan orang tua tunggal yang tidak menentu dan kadang mengalami penurunan hasil pertanian membuat informan harus memiliki strategi ketika membutuhan uang secara mendesak. Meminjam uang merupakan langkah untuk mendapatkan uang secara cepat, informan biasanya meminjam uang kepada saudara atau tetangga terdekat. Budaya gotong royong dan kekeluargaan yang masih kental di Desa Namo Bintang membuat kepedulian masyarakatnya sangat kuat sehingga ketika salah seorang warga meminta bantuan maka warga yang lain akan membantu sebisa mungkin seperti pernyataan informan yang mengatakan: “pinjam ke tetangga yang penting jujur dan jangan suka berbohong, insyaallah pasti akan tetap dibantu” Dahliana, 43th. Adanya budaya gotong royong dan kekeluargaan dapat menjadi pelindung bagi informan ketika mangalami kesulitan namun bantuan yang diterima dari saudara atau tetangga tidaklah besar sehingga pinjaman yang didapat tergolong kecil, hal ini dikarenakan masyarakat di Desa Namo Bintang merupakan masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Ketika memerlukan pinjaman uang dalam jumlah yang cukup besar biasanya informan akan meminjam uang di koperasi. Sebagaimana pernyataan subjek yang mengatakan: Universitas Sumatera Utara 81 “kalau pinjamnya kecil ya pinjam ke tetangga kalau butuh pinjaman besar seperti untuk modal buat jualan ke pajak ke koperasi” Dahliana, 43 th. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 1 yaitu menerapkan strategi aktif dengan melakukan pekerjaan sampingan menjadi buruh tani serta peran anggota keluarga yaitu anak juga ikut bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Strategi pasif yang dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, menyimpan hasil panen padi untuk dikonsumsi sendiri, menanam sayuran di pematang sawah untuk dikonsumsi sendiri, membeli baju baru yang harganya murah dan hanya membeli ketika lebaran saja, berobat ke puskesmas atau membeli obat di warung ketika sakit. Sedangkan strategi jaringan yang dilakukan adalah meminjam uang pada saudara atau tetangga ketika membutuhkan uang secara mendadak dalam jumlah kecil sedangkan jika membutuhkan uang dalam jumlah banyak meminjam ke koperasi. Informan Penelitian 2 Informan penelitian 2 bernama Romaulina br.Sitepu , berumur 44 tahun, subjek 2 sudah menjadi orang tua tunggal selama 7 tahun. Pendidikan formal sampai tingkat SMA, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 3 orang anak dimana anak pertama bernama Roy duduk di kelas 3 SMA dan anak kedua bernama Rudi kelas 1 SMA dan anak ketiga bernama Lisa masih kelas 6 SD. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek 2 sama seperti kondisi ekonomi subjek 1, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditepati masih tergolong sederhana, Ibu Romaulina masih mengontrak dinding rumah terbuat dari batu namun ukuran rumah tidak besar, harga sewa rumah adalah 3 juta rupiah pertahun Universitas Sumatera Utara 82 Sama seperti informan pertama, kemiskinan yang dialami keluarga informan 2 dikarenakan pekerjaan informan 2 hanya sebagai buruh pabrik jagung. Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya menjemur dan mengangkat jagung adalah 60.000 rupiah perhari. Pendapatan tersebut akan menurun jika jagung sedang mengalami penurunan . Pendapatan yang kecil dan tidak menentu membuat informan kesulitan membiayai semua kebutuhan pokok keluarga karena untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga minimal di perlukan biaya sekitar Rp.1.500.000 perbulan. Hal ini terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan : “pendapatan dari hasil kerja di pabrik jagung ini tidak cukup jika untuk membiayai semua kebutuhan pokok karena jagung sekarang lagi sulit kadang banyak jagung yang masuk kadang sampai satu minggu tidak ada jagung yang masuk, ya saya tidak kerja.” Romauli, 44th. a. Strategi Aktif Informan 2 Pendapatan informan 2 yang tergolong kecil tidak mampu memenuhi semua kebutuhan keluarga sehingga di perlukan strategi untuk tetap bisa bertahan hidup. Subjek 2 menerapkan tiga startegi yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Strategi aktif yang dilakukan adalah melakukan pekerjaan sampingan sebagaimana yang diungkapkan informan sebagai berikut: “Kerja sampingan saya sebagai buruh tani di ladang orang. Kerja sampingan itu saya lakukan waktu gak ada jagung yang masuk, saya kan gajinya harian di gudang jagung kalo gak kerja saya gak ada uang jadi saya harus cari uang masuk lain.” Romaulina, 44th. Universitas Sumatera Utara 83 Pekerjaan menjadi buruh tani hanya dilakukan ketika jagung sedang tidak ada, upah yang didapat dari hasil buruh tani adalah 60 ribu rupiah perhari. Penghasilan dari bekerja di pabrik jagung ataupun kerja sampingan buruh tani masih dirasa belum cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan keperluan pendidikan anak seperti ongkos dan jajan anak sekolah setiap hari maka Ibu Romauli juga bekerja sebagai tukang cuci di rumah pemilik pabrik jagung. Aktivitas mencuci di rumah pemilik pabrik jagung biasanya dimulai pagi hari sekitar jam 6 pagi dan selesai pada jam 8 pagi. Upah yang diterima tukang cuci sekitar 200 ribu perbulan. Upah tersebut digunakan untuk bayaran uang sekolah anak. Sebagaimana yang diungkapakan subjek sebagai berikut: “setiap pagi saya kerja nyuci baju di rumah pemilik pabrik jagung ini, lumayan bisa buat bayaran uang sekolah anak tiap bulan. Saya kerjanya mulai jam 6 sampai 8 pagi.”Romauli,44 th Walaupun telah melakukan berbagai pekerjaan sampingan namun pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak subjek yang mengatakan: “ Pulang sekolah aku ikut kerja di pabrik jagung ini, kasian liat mamak angkat jagung berat-berat apalagi aku anak paling besar jadi ikut kerja di pabrik ini. Uangnya aku buat bantu mamak sama aku tabung karna betar lagi tamat aku pengen kuliah ” Roy, 17th. Keadaaan yang sulit tidak membuat anak Ibu Romauli untuk berhenti pada jenjang pendidikan SMA, keinginan anak-anaknya untuk mencapai jenjang Universitas Sumatera Utara 84 pendidikan tinggi. Hal ini membuat Ibu Romauli untuk lebih bekerja keras, apa saja pekerjaan yang dapat menghasilkan uang selalu di kerjakan tanpa pilih-pilih kerjaan. Seperti pada musim rambutan Ibu Romauli bekerja mengikat rambutan di rumah tetangga yang menjual rambutan. Upah yang didapat dari mengikat rambutan tidak banyak, seperti yang diungkapkan informan sebagai berikut : “Upah ngikat rambutan itu tergantung banyaknya rambutan yang sudah di ikat, satu ikat dihargai Rp. 200, dalam semalam saya biasanya hanya mampu mengikat sebanyak 150 ikat saja. Jadi upahnya Cuma Rp. 30.000 ” Romauli, 44th. Selain upahan mengikat rambutan pada musim rambutan, informan juga bekerja membuat roti pada saat menjelang tahun baru di salah satu rumah tetangga yang membuka usaha roti kering. Pekerjaan membuat roti ini rutin dilakukan Ibu Romauli pada saat menjelang tahun baru , karena pada saat menjelang tahun baru tetangganya membuka usaha penjualan roti kering dan membutuhkan bantuan dari Ibu-ibu untuk membuat roti dalam jumlah banyak. Pekerjaan harian ini juga tidak dilewatkan oleh Ibu Romauli. Upah yang didapat oleh Ibu Romauli dari hasil membuat roti tidak banyak dan tergolong kecil seperti yang diungkapkan pemilik usaha roti kering : “Menjelang tahun baru Ibu Romauli kerja sama saya buat roti kering, kerjanya mulai pagi sekitar jam 9 sampai jam 2 siang. Upah yang didapat Rp. 30.000,kata Ibu Romauli lumayan dia tabung buat beli baju tahun baru untuk anaknya ” Roslina, 43th. b. Strategi Pasif Informan 2 Universitas Sumatera Utara 85 Strategi pasif yang dilakukan informan 2 hampir sama dengan strategi pasif yang dilakukan subjek 1. Sifat hemat dalam pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan membiasakan makan dengan lauk seadanya sebagaimana pendapat subjek yang mengatakan: “kalau untuk makan saya tetap tiga kali sehari tapi ya dengan lauk yang seadanya kalo makan paling sering pake sayur aja, ikan saya jarang karna harga ikan dan daging itu mahal” Romaulina, 44th Ibu Romauli juga memilih untuk membeli barang yang harganya murah walaupun dengan kualitas yang kurang baik misalnya sayuran dengan harga yang murah, Ibu Romauli memilih berbelanja di pasar tradisional yang mensiasati berbelanja pada sore hari untuk memperoleh harga yang jauh lebih murah. Sesuai dengan pernyataan informan berikut ini : “saya belanja sayuran tiap hari sabtu waktu pajak lagi pekan, saya belanja sore-sore biar harga sayuran lebih murah, itupun saya pilih sayuran yang harganya murah dibawah harga biasanya walaupun sedikit jelek ya namanya saya cari harga murah pasti kualitasnya juga gak sama kayak sayuran yang bagus, tapi tetap masih bisa dimakan”Romauli,44 th Sedangkan untuk kebutuhan sandang keluarga subjek hanya membeli pakaian ketika Natal untuk dipakai pada saat Natal dan Tahun Baru. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “Pakaian baru saya Cuma beli waktu natal aja, itu juga Cuma buat anak- anak saya karna saya kasihan liat anak saya pasti liat teman-temannya Universitas Sumatera Utara 86 beli baju baru.Kalau saya gak beli baju baru, untuk saya setahun sekali juga jarang belinya” Romauli,44 th. Sikap hemat juga terlihat dari pemenuhan kebutuhan papan, dimana rumah subjek masih mengontrak dengan harga sewa 3 juta rupiah pertahun, rumah tersebut sederhana berdinding batu, beratap seng, lantaiya semen biasa dan juga terdapat dua kamar yang tidak luas ukurannya. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan, informan lebih memilih berobat ke puskesmas seperti pernyataan subjek sebagai berikut: “kalau saya dan anak saya sakit pertama-tama saya ke puskesmas setelah kalo gak sembuh baru ke rumah sakit ” Romauli, 44th. Puskesmas menjadi pilihan informan ketika sakit karena biaya berobat di puskesmas lebih murah dibandingkan jika berobat ke klinik atau rumah sakit. Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak adalah informan menyisihkan penghasilan yang didapat untuk ditabung didalam celengan anak-anak yang setiap bulannya uang tersebut digunakan untuk bayaran uang sekolah anak, jika belum cukup tabungan tersebut untuk bayar uang sekolah maka Ibu Romauli melakukan negosisasi pada pihak sekolah agar anaknya diberikan waktu untuk melunasi uang sekolahnya. Ibu Romauli juga menerapkan strategi berhemat dalam hal ongkos anak sekolah seperti pengakuan informan yang mengatakan: “saya sering kesulitan waktu datang tanggal bayar uang sekolah jadi saya akalin buat celengan uang sekolah anak-anak. Uang yang saya dapat sedikit saya tabung jadi waktu bayar uang sekolah udah ada uangnya. Kadang gak cukup juga jadi saya sering dipanggil ke sekolah karna Universitas Sumatera Utara 87 telat bayar, saya minta keringanan waktu. Karena satu anak saya sekolah di swasta kalau yang dua sekolahnya negeri jadi gratis uang sekolah. Ongkos dan jajan tiap hari saya kasihnya pas- pasan.” Romauli, 44th. c. Strategi Jaringan Informan 2 Dalam rangka membangun pandangan sosial yang baik di mata masyarakat sekitar tempat tinggal, Ibu tunggal selalu menjaga sikap yang wajar dan santun kepada para tetangga. Ibu Romauli dalam bersosialisasi dengan masyarakat tempat tinggal memilih sikap wajar apa adanya tetapi tetap peduli dan sering bertegur sapa sekedar menanyakan kabar dari orang yang lewat di depan rumah atau meluangkan waktu untuk mengobrol dengan para tetangga sekitar. Selain bersikap baik dengan tetangga, Ibu Romauli juga cukup aktif dalam perkumpulan gereja menurutnya hubungan dengan masyarakat dan kelompok sangat penting di jaga karena jika ada kesulitan yang pertama diminta bantuan adalah tetangga ataupun aggota kelompok. “ sama tetangga saya baik, sering cerita sama tetangga kalo ada masalah. Kalo cerita rasanya hati tenang . apalagi saya kan kerjanya sama tetangga saya, saya slalu di kasih tau kalo ada kerjaan di ladang orang jadi kalo bukan tetangga gak ada yang bantu saya. Perkumpulan gereja saya slalu ikut kalo curhat saya sering juga disemangati sama teman satu perkumpulan, kalo mau natal dari gereja dikasih bantuan buat janda, saya dapat juga. ”Romauli, 44 th Strategi jaringan merupakan strategi yang juga dilakukan informan 2 khususnya ketika membutuhkan uang, namun strategi ini adalah strategi terakhir Universitas Sumatera Utara 88 karena informan sebisa mungkin akan tetap berusaha sendiri tanpa meminta bantuan orang lain ketika membutuhkan uang, salah satunya adalah menjual sebagian harta berharga. Harta yang dijual biasanya perhiasan emas, namun jika belum cukup maka subjek akan meminjam kepada tetangga. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “kalau butuh uang dadakan biasanya saya menjual barang berharga seperti cicin emas milik saya tapi kelau masih tidak cukup terpaksa pinjam ke tetangga. Saya jual karena terpaksa karna anak saya pertama butuh uang buat ujian kalo ada tunggakan uang sekolah anak saya gak bisa ujian atau waktu tiba tanggal bayaran kontrakan ” Romauli, 44 th. Strategi jaringan lain yang diterapkan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan adalah dengan mengkonsumsi bantuan beras yang didapat dari pemerintah yaitu RASKIN, setiap bulan Ibu Romauli mendapat bantuan beras sebanyak 10kg dari kepala desa. Beras ini cukup membantu kebutuhan pangan informan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yaitu : “ Setiap bulan saya dapat bantuan beras RASKIN sebanyak 10kg dari kepala desa , berasnya untung-untungan kadang dapat yang enak tapi kadang keras dan berasnya banyak yang hancur. Tapi saya syukuri karena beras yang saya dapat cukup membantu apalagi harga beras sekarang mahal. Romauli,44 th Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 2 yaitu menerapkan strategi aktif dengan melakukan pekerjaan sampingan buruh tani, mengikat rambutan pada musim Universitas Sumatera Utara 89 rambutan dan membuat roti pada saat menjelang tahun baru serta peran anggota keluarga yaitu anak bekerja sebagai buruh pabrik di pabrik jagung untuk menambah pendapatan keluarga. Strategi pasif dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, membeli sayuran murah, menyimpan uang untuk uang sekolah anak, membeli baju baru ketika natal dan berobat ke puskesmas ketika sedang sakit. Sedangkan strategi jaringan yang dilakukan adalah meminjam pada tetangga ketika membutuhkan uang secara mendadak dan pemanfaatan jaringan sosial berupa RASKIN dari pemerintah setiap bulannya untuk kebutuhan pangan keluarga. Informan Penelitian 3 Informan penelitian 3 bernama Maimunah , berumur 45 tahun, beliau sudah menjadi orang tua tunggal selama 8 tahun. Pendidikan formal hanya sampai tingkat SD, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 3 orang anak, anak pertama bernama Wahyu sudah semester 5 di perguruan Tinggi Swasta dan kedua anak kembarnya bernama Ana dan Ani yang masih duduk di bangku sekolah kelas 3 SMA. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek dapat digolongkan keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, dinding rumah masih terbuat dari kayu beratapkan seng. Luas rumah yang mereka tempati hanya seluar 5m x 10m, terdapat dua kamar di dalam rumah mereka. Seperti informan 1 dan 2 kemiskinan yang dialami keluarga informan 3 juga dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai penjual gorengan. Hasil menjual gorengan yang diperoleh tidak menentu 100 ribu rupiah setiap hari jika penjualan banyak tetapi pada hari sepi penjualan bisa hanya dapat 50ribu rupiah. Pendapatan Universitas Sumatera Utara 90 yang kecil dan tidak menentu membuat informan tidak mampu jika harus membiayai semua kebutuhan keluarga. Hal tersebut terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan : “Pendapatan dari hasil jualan ini mah gak cukup dek buat kebutuhan sehari-hari, belum lagi Ibu harus mutar balik modal buat jualan besok, satu harinya ibuk harus ngasih ongkos anak sekolah Rp.30.000 .”Maimunah, 45 th Sama seperti informan 1 dan 2 informan 3 juga menerapkan tiga strategi bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Berbeda dengan informan sebelumnya yang melakukan pekerjaan sampingan, informan 3 memilih untuk tidak melakukan pekerjaan sampingan. Hal ini diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan: “saya tidak punya pekerjaan sampingan cuma jual gorengan saja” Maimunah, 45th. Alasan subjek lebih memilih fokus bekerja sebagai penjual gorengan karena keterampilannya yang terbatas dan ingin punya lebih banyak waktu di rumah dengan anaknya. a. Strategi Aktif Informan 5 Strategi aktif dilakukan oleh isteri informan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki keluarga mereka secara optimal yaitu menanami pekarangan rumah mereka dengan tanaman yang nantinya akan dijual. Sebagaimana yang diungkapkan informan yang mengatakan: Universitas Sumatera Utara 91 “Ibuk nanam duku di belakang rumah untuk lumayan tiap musim duku bisa dijual, sama nanam daun ubi untuk bisa di jual ke tukang pecal dekat sini atau buat sayur ibuk.” Maimunah ,45th. Usaha yang dilakukan informan hanya mampu memberi sedikit tambahan bagi pendapatan , pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak informan yang mengatakan: “ Aku sekarang kerja pulang kuliah di bengkel dekat rumah, uangnya aku pake buat ongkos kuliah aku sama bantu mamak buat belanja sehari- hari”wahyu, 21th Upah yang diterima dari pekerjaan di bengkel sekitar Rp.50.000 per hari namun upah tersebut belum termasuk uang makan sehingga untuk mensiasati hal tersebut wahyu membawa bekal dari rumah sehingga tidak perlu membeli makanan. Pekerjaan ini dilakukan sepulang kuliah dan pada hari libur. Alasan Wahyu memilih bekerja sebagai montir di bengkel adalah keinginannya yang kuat untuk tetap kuliah sampai kuliahnya selesai.Hal ini terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “kalau untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga tidak cukup ngandalin jual gorengan terutama jika harus menyekolahkan anak sampai tinggi tidak cukup apalagi anak Ibuk dua lagi masih SMA butuh biaya banyak juga udah kelas 3 jadi abangnya kerja buat bayar kuliahnya sendiri, adek- adeknya bantu ibuk jualan ” Maimunah, 45th. b. Strategi Pasif Subjek 3 Universitas Sumatera Utara 92 Mengenai keadaan ekonomi, beliau berucap syukur karena selalu merasa tercukupi. Beliau memanfaatkan pendapatan dari berdagang gorengan dengan mengutamakan hal-hal penting terlebih dahulu seperti sekolah anak, pangan sehari-hari dan kewajiban bayar listrik. Hal ini dilakukan agar tetap bisa bertahan hidup. Sebagaimana pernyataan informan yang mengatakan: “Alhamdulillah di cukup-cukupkan lah dek, orang cuma buat Ibuk sama anak Ibuk balik modal lah juga ada untung, kadang Rp.100.000 tapi itu kotor sudah sama modal kadang pernah kotor cuma dapet Rp.50.000, gak apa dek yang penting bisa kebayar semua kebutuhan makan ,bayar sekolah dan bayar listrik. ” Maimunah, 45th. Untuk kebutuhan pangan subjek tetap memenuhi kebutuhan makan keluarga tiga kali dalam sehari namun dengan lauk seadanya. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan: “tetap tiga kali makan sehari, tapi seadanya aja lauknya, lebih sering sayuran. Ikan atau daging jarang, diakalin kalo lauknya paling tempe atau telor disambel.”Maimunah 45 th Keluarga informan juga jarang membeli pakaian baru karena harus menghemat pengeluaran, biasanya keluarga informan membeli baju baru ketika lebaran bahkan terkadang informan hanya membelikan anak saja. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan: “Kalau untuk membeli pakaian baru biasanya Ibuk hanya membeli waktu lebaran itupun kalau beli, kalau uangnya terbatas Ibuk ya tidak beli Cuma beliin pakaian buat anak yang terpenting anak bisa pakek baju baru waktu hari lebaran,karena anak Ibuk udah besar jadi udah ngerti Universitas Sumatera Utara 93 juga gak minta beliin baju lebaran lagi” Maimunah, 45th. Beliau juga mengakui pentingnya memiliki uang simpanan kalau saja ada suatu kebutuhan mendadak dan mendesak, uang simpanan tersebut akan sangat berguna. Ibu Maimunah juga menegaskan pada anaknya bahwa uang tersebut tidak dipakai untuk sehari-hari tetapi bila benar-benar penting saja dan juga dapat dipakai sebagai tabungan anaknya. “Ibuk biasain anak-anak buat nabung, ibuk suruh uang jajannya jangan di abisin ditabung biar kalo ada perlu apalagi ini udah mau tamat, jadi anak ibuk nabung katanya buat nanti mau masuk kuliah” Maimunah 45 th Keadaan rumah informan juga masih sederhana karena dinding rumah belum terbuat dari tembok dan hanya terbuat dari kayu, hal ini dikarenakan subjek belum mempunyai uang untuk membangun rumah dengan dinding tembok, yang terpenting bagi beliau rumahnya bisa untuk tempat berteduh keluarganya. Ketika keluarga sakit informan lebih memilih berobat ke puskesmas karena biayanya cukup murah dibanding berobat ke klinik. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan: “ Ibuk kalo sakit atau anak ibuk sakit kami ke puskesmas aja gak ke klinik. Paling sering beli obat di warung karna sakitnya cuma sakit ringan aja, kalo ke klinik sini jarang.” Maimunah, 45 th c. Strategi Jaringan Informan 3 Ibu Maimunah bersikap baik dan menjaga agar hubungan tetangga agar tetap baik. Tidak ada hal khusus yang dilakukan dalam membangun pandangan sosial masyarakat. Beliau juga mengaku tidak ada yang bersikap buruk atas status Universitas Sumatera Utara 94 ibu tunggal yang disandang, Ibu Maimunah yang tidak ambil pusing atas apa yang mungkin saja dijadikan bahan obrolan oleh masyarakat sekitar tempat tinggal beliau. Beliau memilih strategi untuk tetap berhubungan baik dengan para tetangga dan juga anggota perwiritan. Ibu Maimunah memiliki strategi yang memang dapat dengan baik mengatasi, berikut petikan wawancara dengan tetangga Ibu Maimunah tersebut: “rumah ibuk ini deket sama rumahnya saya jadi ndak bingung kalau dia mau minta bantuan ke siapa. kalau Ibuk Maimunah butuh yah tinggal maen ke rumah saya cerita sama saya, sering juga dia datang cerita sama saya soal apa aja. Ibuk Maimunah juga aktif ikut wirit kalo hari Jumat kami sering wirit bareng”Sri,44 th Pada saat rumah beliau mengalami korsleting listrik yang seharusnya dapat diselesaikan oleh laki-laki beliau memanfaatkan jaringan dengan cara meminta tolong kepada tetangga . “kalo ada apa-apa yang rusak biasa Ibuk ke rumah tetangga minta bantuan, ada korslet listrik atau mesin air yang rusak ibuk minta tolong sama tetangga aja”Maimunah, 46 th Pendapatan yang tergolong kecil dan tidak menentu membuat informan sulit untuk menabung dalam jumlah banyak sehingga ketika membutuhkan uang secara mendadak sering mengalami kesulitan. Informan biasanya menggadaikan perhiasan emas miliknya ketika membutuhkan uang secara mendadak, jika masih kurang maka terpaksa meminjam uang di pada tetangga ataupun Kas perwiritan. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan: Universitas Sumatera Utara 95 “kalau sudah butuh uang biasanya Ibuk menggadaikan emas ke pegadaian, kadang juga pinjam uang sama anggota wirit yang megang uang Kas wirit, ibuk biasanya bayar tepat waktu jadi kalo pinjem uang slalu dikasih, tapi allhamdulillah selama ini ibuk belum pernah pinjam ke koperasi atau rentenir dekat sini” Maimunah, 45th. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 3 yaitu menerapkan strategi aktif dengan melakukan pekerjaan berjualan gorengan dan memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tumbuhan yang dapat dijual seperti duku yang dapat dijual pada musim duku dan juga daun singkong yang dapat dijual pada tukang sayur serta peran anggota keluarga yaitu anak bekerja sebagai montir di bengkel untuk menambah pendapatan keluarga. Strategi pasif yang dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, membeli pakaian baru ketika menjelang lebaran, berobat ke puskesmas ketika sedang sakit. Sedangkan strategi jaringan yang dilakukan adalah menggadaikan barang berharga seperti perhiasan emas ke pegadaian dan meminjam uang Kas Perwiritan ketika membutuhkan uang secara mendadak. Informan penelitina 4 Informan peneliatan 4 bernama Suratmi berumur 45 tahun, informan sudah menjadi orang tua tunggal selama 3,5 tahun. Pendidikan formal hanya sampai tingkat SD, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 2 orang anak, seorang anak Ibu Suratmi memilih untuk berhenti sekolah pada saat duduk dibangku SMP saat ini anak Ibu Suratmi bekerja di salah satu rumah sakit sebagai Cleaning service sedangkan anak kedua bernama Heru masih duduk di kelas 3 Universitas Sumatera Utara 96 SMP Negeri. Dilihat dari sisi sosial ekonomi keluarga, keluarga informan masih tergolong keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, bangunan rumah hanya bagian depan rumah yang berupa bangunan dari tembok sedangkan bagian belakang masih terbuat dari dinding kayu. Kemiskinan yang dialami keluarga informan dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai penjual Es kelapa muda di pinggir jalan. Hasil menjual es kelapa muda yang diperoleh tidak menentu Rp. 100.000 setiap hari jika penjualan banyak tetapi pada hari sepi penjualan bisa juga tidak dapat uang sama sekali. Hal tersebut terungkap dari pernyatan informan yang mengatakan : “ wawak jualan es ini gak bisa dibilang berapa pendapatannya karna gak tentu tiap hari, kalo hari libur wawak bisa dapat lebih dari Rp. 100.000 tapi kayak semalam itu wawak malah gak buka dasar apalagi susahnya kalo hujan wawak mana bisa jualan terpaksa tutup. ”Suratmi, 45 th Ibu Suratmi mulai berjualan es kelapa muda mulai pukul 11 pagi sampai 6 sore, setiap harinya Ibu Suratmi menjual es kelapa muda dipinggir jalan berbekal bangku plastik meja dan meja jualan. Pendapatan yang diperoleh dari menjual es kelapa muda tergolong rendah . Pendapatan tersebut bisa saja menurun jika hujan karena tidak ada orang yang membeli es jika sedang turun hujan dan tempat berjualannya juga tidak ada karena tempat jualan Ibu Suratmi tepat berada di pinggir jalan besar dan tidak ada dinding ataupun atap yang dapat melindunginya ketika hujan jadi ketika hujan Ibu Suratmi tidak akan dapat berjualan. Kesulitan yang dialami Ibu Suratmi dalam berjualan es kelapa muda bertambah jika kelapa muda tidak laku dalam dua hari maka harga kelapa muda Universitas Sumatera Utara 97 yang dijual juga akan turun dan bahkan dapat menyebabkan kerugian. Hal tersebut diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan: “ sekarang udah susah jualan es kelapa, harga kelapa udah mahal satu kelapa muda wawak beli Rp. 5.000 itu wawak jual Rp.8.000 kalau dua hari gak laku kelapa yang udah layu gak bisa dijual bulat lagi terpaksa wawak buka buat jual yg di gelas, kalo harga es kelapa yang di gelas kan murah cuma Rp.3.000 satu gelas.” Suratmi, 46 th Sama seperti informan 1 dan 2 informan 3 juga menerapkan tiga strategi bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. a. Strategi Aktif Informan 4 Pendapatan dari berjualan es kelapa muda informan 4 tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga membuat informan menerapkan strategi bertahan hidup aktif yaitu melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilannya. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “wawak kerja sampingan paling nyuci baju di rumah orang, sekarang wawak nyuci di dua rumah gajinya gak banyak satu rumah wawak dapat Rp.200.000 satu bulan.” Suratmi, 46 th. Walaupun telah melakukan pekerjaan sampingan namun pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus rela berhenti sekolah dan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari penyataan anak informan yang mengatakan: Universitas Sumatera Utara 98 “aku gak sekolah lagi kak sekarang mau kerja aja bantu mamak, bapak dah gak da lagi jadi aku aja bantu mamak nyari uang sama bantu nyekolahin adek” Widodo, 16 th. Widodo anak pertama Ibu Suratmi sudah setahun berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja membantu Ibunya, pekerjaan Widodo sebagai cleaning service di rumah sakit. Keputusan Widodo untuk berhenti sekolah bukanlah atas kemauan Ibu Suratmi tetapi atas kemauan Widodo sendiri. Hal ini terungkap dari penyataan informan yang mengatakan: ”Awalnya Dodo sendiri yang mau berhenti sekolah dia gak mau sekolah lagi karna nunggak uang sekolah aja waktu itu wawak belum jualan es kelapa masih kerja jadi baby sitter kan gaji dikit jadi suka nunggak uang sekolah. Dodo liat orang sini ada berapa orang kerja jadi cleaning service di rumah sakit terus dia bilang mak aku kerja aja mau bantu mamak cari uang kalo wawak tanyak apa ada masalah lain di sekolah dia jawabnya gak ada, terus wawak pertama gak setuju tapi dia gak mau sekolah lagi ya gimana.” Suratmi, 46 th Hasil yang didapat oleh anak pertamanya sebagai cleaning service sebesar 1,5 juta rupiah satu bulan, penghasilannya diberikan kepada Ibu Suratmi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga digunakan untuk membantu biaya sekolah adiknya. Hal ini terungkap dari pernyataan anak informan yang mengatakan : “ Gaji aku gak banyak kak cuman Rp.1.500.000 satu bulan itupun belum bersih kak, aku kan dari sini angkotnya nyambung lagi satu hari ongkos Universitas Sumatera Utara 99 ku Rp.10.000 kak kalau gajian aku kasih uangnya sebagian buat mamak, buat belanja tiap hari sama sekolah adek ”Widodo, 16th. Strategi yang dilakukan oleh Ibu Suratmi dalam menyiasati minimnya penghasilan keluarga adalah dengan memanfaatkan pekarangan belakang rumah sebagai kebun kecil untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman sayuran seperti, cabe, ubi, daun singkong, serai, rimbang dan jenis tanaman lain yang umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan sebagai berikut : “ Belakang rumah wawak cukup luas, wawak manfaatin buat nanam cabe rawit, daun ubi, ubi, dan papaya. Ubinya kalau panen wawak jual satu kilo dapat Rp.2000 satu kilonya, kalau cabe atau daun ubi wawak biasa buat sayur makan sehari- hari.” Suratmi, 46 th b. Strategi Pasif Informan 4 Pendapatan dari hasil berjualan es kelapa muda dan pekerjaan sampingan yang tergolong rendah dan yang tidak selalu ada, memaksa keluarga informan untuk menerapkan strategi pasif yaitu dengan hidup hemat. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “kalo dibilang kurang ya selalu kurang nak, tapi wawak cukup-cukupkan. Wawak makannya tetap tiga kali sehari kalo beraskan wawak dapat beras bulog dari kepala desa jadi terbantulah dikit,sayurnya wawak apa adanya aja. Makan daging jarang paling sekali sekali kalo pesta aja atau lebaran kalo ika n sekali seminggu lah nak .” Suratmi,46 th Universitas Sumatera Utara 100 Sedangkan untuk kebutuhan sandang keluarga subjek hanya membeli pakaian ketika lebaran untuk dipakai pada saat lebaran. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “wawak beli baju jarang nak, setahun sekali juga belum tentu kalau lebaran paling anak-anak dulu yang wawak utamain itu juga cuma bisa beli satu pasang aja kalo kawannya pada beli mukenah baru buat lebaran kadang anak ibuk yang perempuan suka minta beli juga tapi wawak bilang belum ada uang jadi Cuma beli bajunya aja ” suratmi,46 th. Sikap hemat juga terlihat dari pemenuhan kebutuhan papan, rumah informan masih sederhana berdinding kayu, beratap seng, lantainya semen biasa dan juga terdapat dua kamar yang tidak luas ukurannya. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan, informan lebih memilih berobat ke puskesmas seperti pernyataan informan sebagai berikut: “kalau sakit wawak ke puskesmas, di pijat atau minum jamu aja. Gitu juga udah sembuh, kecuali gak sembuh wawak ke klinik dekat rumah” Suratmi, 46th. Puskesmas menjadi pilihan sebagian orang tua tunggal ketika sakit karena biaya berobat di puskesmas lebih murah dibandingkan jika berobat ke klinik atau rumah sakit. Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak adalah informan menyisihkan penghasilan yang didapat untuk ditabung di Bank. seperti pengakuan informan yang mengatakan: “Disini ada koperasi yang datang ke rumah-rumah wawak nabung setiap hari, orang sini rata-rata nabungnya sama koperasi itu wawak Universitas Sumatera Utara 101 nabungnya gak banyak Cuma Rp.5000 satu hari jaga-jaga kalau ada keperluan mendesak misal bayaran sekolah anak atau tambahan modal jualan es.” Suratmi, 46th. c. Strategi Jaringan Informan 4 Ibu Suratmi dalam bersosialisasi dengan masyarakat tempat tinggal memilih sikap wajar apa adanya dan juga sering meluangkan waktu untuk mengobrol dengan para tetangga sekitar ataupun sesama temannya yang berjualan es kelapa muda di pinggir jalan. Selain bersikap baik dengan tetangga, Ibu Suratmi juga cukup aktif dalam perkumpulan perwiritan menurutnya hubungan dengan masyarakat dan kelompok sangat penting di jaga karena jika ada kesulitan yang pertama diminta bantuan adalah tetangga ataupun aggota kelompok. Hal ini terbukti dari pernyataan tetangga Informan yang meyatakan sebagai berikut : “ Kak Umi sama tetangga atau kawan yang sama-sama jualan disini baik, seandainya jualan ibuk gak ada yang jaga kan tiap ibuk tinggal sholat jualan ibuk ini Kak Umi mau jagain, Kak Umi juga gak pernah absen wirit tiap hari Jumat”Poniah, 37 th Walaupun informan 4 sudah melakukan pekerjaan sampingan dan penghematan terhadap pengeluaran keluarga namun terkadang kedua strategi tersebut belum cukup untuk tetap bisa bertahan hidup terutama ketika keluarga informan membutuhkan uang sacara mendadak. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang mendesak seperti ketika mengalami penurunan hasil jualan es maka informan menerapkan strategi jaringan yaitu memanfaatkan jaringan yang dimiliki untuk mendapat bantuan seperti meminjam uang ketika sedang membutuhkan Universitas Sumatera Utara 102 uang secara mendadak dalam jumlah besar. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “wawak meminjam uang ke koperasi untuk memenuhi kebutuhan yang udah mendesak kali misalnya buat modal jualan lagi jadi wawak pinjam ke koperasi. wawak pinjam biasanya gak banyak Cuma Rp.1.000.000 angsuran yang ditawarkan ada per hari, wawak harus bayar Rp.30.000 per hari selama 40 hari. Jumlah uang yang kita terima dari koperasi itu tidak sampai Rp.1.000.000 karena harus dipotong lagi dengan biaya administrasi sebesar Rp.50.000 dan tabungan kita Rp.100.000. Tabungan ini bisa kita ambil kalo angsuran udah lunas. Gitulah sistem bayarnya, mau gak mau harus dilakukan. ” Suratmi , 46 th. Pernyataan tersebut dipertegas oleh tetangga Ibu Suratmi yang sama berjualan es kelapa muda tidak jauh dari tempat berjualan Ibu Suratmi. “ Kak Umi setau Ibuk sering juga minjam uang sama koperasi yang datang-datang ke rumah warga sini, sistemnya kita nabung dulu baru boleh pinjem uang. Tapi kalo dia pinjem paling banyak itu dua juta kalo sama te tangga dia jarang pinjem uang” Poniah, 37 th Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 4 yaitu menerapkan strategi aktif dengan melakukan pekerjaan sampingan menjadi buruh cuci untuk menambah penghasilan, melakukan strategi pasif dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, membeli pakaian baru ketika menjelang lebaran, berobat ke puskesmas ketika sedang sakit. Sedangkan strategi jaringan yang Universitas Sumatera Utara 103 dilakukan adalah meminjam ke koperasi ketika membutuhkan uang secara mendadak. Informan Penelitian 5 Informan penelitian 5 bernama Dameria , umur 42 tahun, informan sudah menjadi orang tua tunggal selama selama 5 tahun. Pendidikan formal yang ditempuh hanya sampai tingkat SMP, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 3 orang anak. Anak pertama sekarang sudah sekolah di tingkat SMK sedangkan anak kedua dan ketiga masih duduk di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga informan masih tergolong keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, bangunan rumah berdinding kayu dan beratap seng serta memiliki dua kamar dengan ukuran yang tidak cukup luas. Ibu Dameria bekerja sebagai pemulung, barang-barang bekas yang biasanya dikumpulkan adalah jenis plastik, seperti plastik aqua, perlengkapan dapur yang terbuat dari plastik, ada pula jenis besi, kaleng dan aluminium. Pendapatan yang diperoleh dari mengumpulkan barang bekas tidak menentu tergantung berapa banyaknya barang bekas yang mampu dikumpulkan. Barang bekas dikumpulkan selama seminggu ketika sudah banyak biasanya setelah seminggu Ibu Dameria kemudian menjualnya ke tokeh. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan Informan mengenai penghasilannya selama satu minggu mengumpulkan barang bekas : “ Hasil dari jual botot ini gak nentu dek, gak tau mau kerja apalagi. Botot ini saya jual kalo udah satu minggu tiap hari sabtu, satu minggu ngumpulin botot ini dapat Rp.250.000 uang segitu diirit-irit supaya Universitas Sumatera Utara 104 cukup satu minggu kedepan. Itu juga belum tentu Rp.250.000 tiap minggu tergantung banyanya botot yang bisa kami kumpulkan.”Dameria, 42 th Pendapatan yang didapat oleh Ibu Dameria tergolong rendah. Pendapatan yang kecil dan tidak menentu membuat informan sulit dalam memenuhi semua kebutuhan keluarga. Ibu Dameria menerapkan tiga strategi bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. a. Strategi Aktif Informan 5 Informan menerapkan strategi aktif untuk menambah pendapatan keluarga, yaitu dengan melakukan pekerjaan sampingan. Strategi yang digunakan untuk dapat memenuhi semua kebutuhan pokok keluarga, informan melakukan pekerjaan sampingan antara lain dengan bekerja memilah dan mencuci barang bekas di tokeh tempat Ibu Dameria biasa menjual hasil barang bekas yang sudah dikumpulkan. Hal ini terungkap dari pengakuan informan yang mengatakan: “ saya sering juga upahan ke tempat tokeh milih-milih plastik atau ikut ke sunge nyuci plastik, satu hari saya dikasih uang Rp. 50.000 itu saya kerjanya mulai siang jam 11 sampe sore jam 5 ” Dameria, 42 th. Strategi aktif dilakukan oleh informan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki keluarga mereka secara optimal yaitu menggunakan pekarangan rumah untuk memelihara ayam. Hasil dari peternakan ini dapat dialokasikan sebagai nilai ekonomis dalam menambah pendapatan keluarga. Perawatan yang dilakukan juga tidak rumit ayam kampung yang dipelihara biasanya hanya diberi makan jagung bulat. Kegiatan dalam beternak ayam cukup mudah yaitu hanya Universitas Sumatera Utara 105 menyediakan tempat bertelur ayam, kemudian membukakan pintu kandang pada pagi hari dan menutupnya kembali pada sore hari. Hasil dari beternak ayam adalah berupa ayam tersebut dan juga telurnya. Harga perkilo ayam dapat mencapai RP.45.000 sedangkan harga telur ayam RP.2.000 per butir. Hasil penjualan ayam dan telur tersebut dapat disisihkan untuk keperluan pendidikan anak dan juga keperluan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang menderita sakit. Seperti yang diungkapkan oleh Informan sebagai berikut : “ Halaman saya saya manfaatkan untuk ternak ayam. Hasil ternak ayam ini gak seutuhnya kami jual, kami konsumsi juga daging dan telurnya. Kami jual ayam satu kilo Rp. 45.000, telurnya Rp. 2.000 per butir, sekali jual ke warung bisa jual 10- 15 butir tapi gak tiap hari, kalo ada aja. ” Dameria, 42 th Strategi lain yang juga digunakan oleh keluarga Ibu Dameria dalam bertahan hidup adalah dengan mengoptimalkan anggota keluarga untuk ikut bekerja membantu perekonomian, ketiga anak Ibu Dameria ikut mengumpulkan barang bekas bersamanya. Hal ini terungkap dari pernyataan anak Informan yang mengatakan : “kerjaan pulang sekolah aku nyari botot kak tiap hari di jalan, kami kumpulin di rumah digabungin sama yang didapat mamak, tiap minggu baru kami jual kak uangnya aku gak tau berapa karna mamak yang jual kak” David, 9 th b. Strategi Pasif Informan 5 Universitas Sumatera Utara 106 Pendapatan dari hasil mengumpulkan barang bekas dan pekerjaan sampingan yang tergolong rendah dan yang tidak selalu ada, memaksa keluarga informan untuk menerapkan strategi pasif yaitu dengan hidup hemat. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “cara kami untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan cara hemat dek, uang Rp.250.000 seminggu memang cukup buat kami berempat makan, tapi kan kebutuhan lain masih ada, anak sekolah ini ongkosnya lagi jadi harus hemat kami dek ”Dameria, 42th. Keluarga Ibu Dameria memilih untuk memprioritaskan kebutuhan pokok terlebih dahulu daripada kebutuhan lainnya. Kebutuhan pokok beradapada urutan pertama dalam strategi bertahan hidup mereka. Penekanan pada pola konsumsi barang-barang sekunder dan tersier misalnya keperluan perabotan rumah tangga seperti lemari, kursi, pakaian dan sebagainya harus ditiadakan terlebih dahulu. Penekanan terhadap kebutuhan tersebut dilakukan agar kebutuhan pokok mereka dapat terpenuhi. Seperti yang diungkapkan oleh Informan sebagai berikut : “keluarga saya tidak sampai mengurangi jatah makan, tapi kalau makan kami memang seadanya aja misalnya pake telur dari hasil ternak atau beli di warung dan sayurnya kami ambil di sekitaran rumah.” Dameria, 42 th “kami jarang beli baju kak tiap natal aja beli baju satu-satu pasang lain dari itu mamak beliin kami baju bekas di pajak buat kami pake saehari- hari dirumah .” David,9 th. Sikap hemat juga terlihat dari pemenuhan kebutuhan papan, rumah informan masih bangunan rumah berupa dinding kayu dan beratap seng, serta Universitas Sumatera Utara 107 memiliki dua kamar dengan ukuran yang tidak cukup luas. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan, informan lebih memilih berobat ke puskesmas seperti pernyataan informan sebagai berikut: “kalau sakit biasa aja kami beli di warung aja obatnya dek, tapi kalau belum sembuh atau anak saya demamnya tinggi saya bawanya ke puskesmas atau ke rumah sakit .” Dameria, 42 th. Puskesmas menjadi pilihan sebagian orang tua tunggal ketika sakit karena biaya berobat di puskesmas lebih murah dibandingkan jika berobat ke klinik atau rumah sakit. c. Strategi Jaringan Informan 5 Strategi pasif yang di lakukan informan terkadang tidak cukup untuk tetap bisa bertahan hidup karena terkadang keluarga informan dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan secara mendadak seperti ketika tertimpa musibah atau mengalami penurunan penghasilan mengumpulkan barang bekas sehingga informan perlu melakukan strategi jaringan yaitu dengan meminjam uang kepada saudara. Hal tersebut terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan: “kalau butuh uang saya pinjam uang ke saudara, setelah saya ada uang langsung saya bayar, selama ini saudara masih ngasih kalau saya pinjam uang, kalau saudara saya gak ada uang saya pinjam uangnya ke tokeh. ” Dameria, 42th. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari informan tambahan yaitu tokeh tempat dimana informan kunci bekerja, yang mengungkapkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 108 “Ibuk ini udah berapa kali pinjam uang sama saya, saya kasih aja namanya anggota saya ya sebisa saya saya bantu, gak pake bunga tapi bayarnya gak boleh lama kan saya butuh juga buat modal lagi.”Ida, 50 th Selain memanfaatkan jaringan siosial untuk meminjam uang, informan juga memanfaatkan jaringan sosial untuk membiayai sekolah anakya. Seperti yang di uangkapkan oleh informan sebagai berikut : “sekolahnya anak saya kemarin dapat bantuan keluarga tidak mampu dari pemerintah, yang SMK dapatnya Rp.1.000.000 pertiga bulan kalau yang SD kemarin Rp.450.000 per tiga bulan juga. Kami yang punya KPS Kartu Perlindungan Sosial disini rata-rata dapat jadi biaya sekolah terbantu. Uangnya saya buat untuk bayaran spp, beli seragam dan keperluan sekolah anak-anak gak dipake buat yang lain .” Dameria , 42th . Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang diterapkan informan 5 yaitu menerapkan strategi aktif dengan beternak ayam yang nantinya akan dikonsumsi atau dijual untuk menambah pendapatan, melakukan pekerjaan sampingan dengan upahan memilah dan mencuci barang bekas untuk menambah penghasilan serta peran anggota keluarga yaitu anak juga ikut bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Strategi pasif dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanaya, membeli pakaian baru ketika menjelang Natal, berobat ke puskesmas ketika sedang sakit. Sedangkan strategi jaringan yang dilakukan adalah meminjam ke saudara atau ke tokeh ketika membutuhkan uang secara mendadak Universitas Sumatera Utara 109 serta memanfaatkan bantuan sekolah untuk siswa miskin sehingga tidak perlu membayar SPP sekolah anaknya.

5.3 Analisis Strategi Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Dokumen yang terkait

Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

2 76 108

Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

5 119 123

Efektifitas Penggunaan Fly Trap Dengan Umpan Ampas Tebu Terhadap Penurunan Tingkat Kepadatan Populasi Lalat Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 54 52

Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi di Yayasan Tali Kasih dan Kidz Smile Medan

7 58 78

Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung (Studi Antropologi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung Etnik Batak di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang).

11 140 119

Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

4 94 91

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa

0 0 6

Bimbingan Orang Tua Terhadap Anak Abnormal (Studi Kasus Keluarga Ibu Elly Harahap di Kelurahan Tegal Sari) - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 79

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Orang Tua Anak Binaan 2.1.1 Respon - Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

0 0 16