146 kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompok tujuannya agar siswa lebih meningkatkan kerjasama dalam kelompok sehingga membuat siswa meningkatkan kerjasama dalam
kelompoknya. Guru juga bersikap lebih tegas kepada siswa sehingga siswa tidak seenaknya dalam pembelajaran. Sehingga berdampak pada peningkatan
pencapaian kompetensi siswa dalam pembuatan pola rok draperi.
2. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Membuat Pola rok draperi
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata diklat membuat pola rok draperi. Peningkatan aktivitas belajar siswa
dalam mata diklat membuat pola dapat dilihat melalui hasil observasi maupun tes unjuk kerja mulai pra siklus, siklus I dan siklus II. Aktivitas belajar dalam
mata diklat membuat pola rok draperi meningkat dengan diterapkannya model rotating trio exchange.
Pada pelaksanaan pra siklus aktifitas siswa pada pembuatan pola rok draperi masih kurang dilihan dari lembar observasi aktifitas siswa pada prasiklus
pada nilai rata rata aktivitas siswa 53. Pada siklus 1 nilai rata rata aktivitas 73 siswa dan peningkatan aktifitas siswa pada siklus 2 nilai rata rata siswa 89
sehingga pada siklus kedua indikator aktifitas belajar siswa sudah tecapai
3. Peningkatan Kompetensi Siswa Pada Pembelajaran Membuat Pola rok
Melalui Model Cooperative Learning Tipe rotatating trio exchange
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pencapaian kompetensi membuat pola rok draperi. Peningkatan kompetensi siswa membuat pola rok
draperi dapat dilihat melalui hasil penelitian mulai pra siklus, siklus I dan siklus
147 II. Kompetensi siswa membuat pola rok draperi meningkat dengan
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange, karena pembelajaran yang terpusat pada siswa ini menyebabkan siswa merasa
memiliki kegiatan pembelajaran tersebut karena siswa diikutsertakan secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selain itu pada pembelajaran
kooperatif tipe rotating trio exchange ini, siswa dituntut untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain setelah mengalami rotasi, sehingga ada tanggung
jawab bagi setiap siswa untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain. Adanya tanggung jawab kepada masing-masing siswa untuk mengajarkan sesuatu
kepada siswa lain telah meningkatkan dorongan kebutuhan siswa untuk belajar. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Setiap siswa
harus mengajarkan sesuatu sebaik mungkin kepada siswa lain agar masing- masing siswa dalam anggota kelompok dapat memahami apa yang diajarkan,
sehingga dapat mengerjakan tugas yang diberikan. Adanya tuntutan tersebut telah meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe rotating trio exchange melibatkan siswa berperan aktif dan dapat mengatasi kebosanan siswa terhadap metode pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru, sehingga timbul kesenangan dari diri siswa pada saat kegiatan pembelajaran.
Pendapat tersebut sesuai dengan Mel Silberman 2007: 170 yang menyatakan bahwa rotating trio exchange merupakan sebuah pembelajaran yang
dipakai secara luas yang memiliki perbedaan penting dengan pembelajaran yang lain yaitu setiap siswa mengajarkan sesuatu. Pembelajaran kooperatif tipe
148 rotating trio exchange merupakan pembelajaran yang menarik, karena setiap
siswa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain. Kelebihan dari pembelajaran ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam
belajar sekaligus mengajarkan kepada siswa lain, sehingga siswa akan lebih aktif pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pencapain kompetensi siswa dengan 2 tugas unjuk kerja, skor maksimal 8 dan skor minimal ideal 2 diperoleh
peningkatan kompetensi siswa dalam membuat pola rok draperi dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata kompetensi siswa dalam membuat pola rok
draperi pada siklus I melalui model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange mengalami peningkatan sebesar 16,65 dari nilai rata-rata pada pra
siklus meningkat menjadi 24,6. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 22,2 dari nilai rata-rata pada siklus I 28,7 meningkat
menjadi 35,3. Distribusi frekuensi kategorisasi kompetensi siswa dalam membuat pola rok draperi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi Siswa dalam Membuat Pola rok draperi
Rentang Skor
Kategori Pra Siklus
Siklus I Siklus II
Frek Frek
Frek ≥ 30
Sangat tinggi -
- -
24 85,72
25 – 29
Tinggi 11
39,3 15
53,57 4
14,28 20
– 24 Sedang
15 53,5
13 46,43
- 19
Rendah 2
7,2 -
- Total
28 100
28 100
28 100
Dari hasil penelitian yang semula pada pra siklus terdapat 11siswa 39,3 tergolong tinggi, 15 siswa 53,5 tergolong sedang dan 2 siswa 7,2
tergolong rendah, meningkat menjadi 15 siswa 53.57 tergolong tinggi, 13
149
10 20
30
Pra Siklus Siklus 1
Siklus 2
p e
rsen tase
Perbandingan Peningkatan Kompetensi Siswa Dalam Membuat Pola Busana Dari Pra Siklus, Siklus 1 Dan Siklus1
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
siswa 46,43 tergolong sedang. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 24 siswa 85,72 tergolong sangat tinggi dan 4 siswa 14,28 tergolong
tinggi. Perbandingan hasil penelitian terhadap kompetensi siswa dalam membuat
pola busana antara pra siklus, siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam
grafik batang histogram dibawah ini:
Gambar 8. Grafik Perbandingan hasil kompetensi Siswa antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan teori dan hasil data penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio
exchange dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membuat pola rok draperi.
150
4. Pendapat Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Membuat Pola Rok