Klasifikasi Keaktifan Belajar Teori Keaktifan Belajar

15 Dengan penggunaan model ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, menjelaskan manfaat materi yang dipelajari bagi siswa dengan cara menjelaskan tujuan pembelajaran yang ditetapkan, mengingatkan kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa, memberikan stimulus atau rangsangan dengan pengalaman belajar siswa, memberikan petunjuk cara pembelajaran dengan cara pemberiaan nama konsep yang dipelajari, mendemonstrasikan apa yang dipelajari agar muncul partisipasi siswa, memberikan umpan balik dengan cara merayakan hasil belajarnya. Itu semua terangkum dalam rancangan pembelajaran model Quantum Teaching yang disebut dengan „TANDUR‟ yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

3. Klasifikasi Keaktifan Belajar

Para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam keaktifan karena keaktifan belajar itu banyak sekali macam aktivitasnya. Paul B. Diedrich dalam Nasution 2010: 91 berpendapat bahwa keaktifan belajar dibagi menjadi beberap kegiatan. a. visual, b. lisan oral, c. mendengarkan, d. menulis, e. menggambar, f. metric atau motor, g. mental, h. emosional, Gagne dalam Nana Sudjana 2011:46 membagi keaktifan belajar menjadi 8 tipe keaktifan belajar, yaitu belajar: a. signal. 16 b. mereaksi perangsang melalui penguatan, c. membentuk rangkaian, d. asosiasi verbal, e. membedakan hal yang majemuk, f. konsep, g. kaidah atau belajar prinsip, h. memecahkan masalah, Djamarah 2011:36 membagi keaktifan menjadi beberapa keaktifan belajar seperti. a. Mendengarkan, b. Memandang, c. Meraba, membau, dan mencicipi mengecap, d. Menulis atau mencatat, e. Membaca, f. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan, h. Menyusun paper atau kertas kerja, i. Mengingat, j. Berpikir, k. Latihan atau praktek, Berdasarkan pendapat para ahli tentang jenis-jenis keaktifan belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, diantaranya: keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan fisiknya. Hal ini dilakukan setelah penggunaan panca indera dalam mengintepretasikan sesuatu hal, otak akan mengolah data yang diterimanya, kemudian fisiknyalah yang akan terlihat apakah peserta didik ini melakukan keaktifan atau tidak. Dalam keaktifan rohani, perubahan tingkah laku yang terlihat adalah perubahan dalam tingkat emosionalnya. Keaktifan ini berkaitan dengan emosi jiwa siswa. keaktifannya berupa perasaan gembira, sedih, 17 antusias, marah dan kecewa. Contoh keaktifan mental yaitu berupa mengingat, memahami, dan berpikir. Belajar bukan hanya fisik tetapi juga mental. Keaktifan juga serupa, mereka saling berhubungan, bersama-sama melakukan keaktifan belajar menuju perubahan tingkah laku. Perubahan ini dalam bentuk tingkah laku kearah positif dan lebih tinggi tingkatannya serta saling berhubungan satu sama lain. Meskipun demikian, keaktifan dapat diklasifikasi menjadi satuan-satuan tersendiri, dan dapat diukur sesuai derajat keaktifan belajar yang dilakukannya.

4. Derajat Keaktifan Belajar yang Optimal