102 hasil yang diperoleh dari pengamatan yaitu dari 49,9 menjadi 82,2.
Sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri Sangon dengan menggunakan
model
Quantum Teaching
. Peningkatan keaktifan belajar siswa ini dapat dilihat dari siklus I ke Siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari uraian sebagai
berikut. Keaktifan belajar siswa kelas V berdasarkan hasil supervisi kepala
sekolah pada saat peneliti mengajar di kelas, belum semua siswa memiliki keaktifan belajar yang tinggi yaitu hanya 20 siswa saja. Ketika guru
mencoba menerapkan metode diskusi pun belum semua siswa terlibat aktif, karena banyak siswa yang masih bermain sendiri dan mengandalkan pekerjaan
teman kelompoknya saja. Biasanya setelah diskusi, hasilnya tidak dipresentasikan, tetapi langsung dibahas secara bersama-sama sehingga siswa
kurang memiliki kesempatan dan keberanian untuk menunjukan hasil kerja kelompoknya.
Hal ini untuk mmeningkatkan keaktifan belajar perlu menggunakan model pembelajaran. Dalam suatu model pembelajaran terdapat metode-
metode yang digunakan secara sistematis yang menjadi satu kesatuan prosedur dalam penyampaian materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran pun
tercapai. Metode adalah salah satu komponen utama dalam perencanaan pembelajaran yang penting sekali keberadaannya. Hal ini sesuai dengan
103 pendapat Nana Sudjana bahwa metode yang digunakan adalah poin ketiga
dalam komponen perencanaan pembelajaran 2011:20. Keaktifan belajar masih rendah maka guru perlu menumbuhkan minat
dan motivasi siswa untuk menyanyi bersama. Guru menarik minat siswa dengan cara diajak untuk menyebutkan nama-nama bangun ruang dalam
bentuk nyanyian kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Deporter 2010:128 bahwa menumbuhkan minat siswa
dengan cara menyertakan diri mereka, memikat hati mereka dan memuaskan “apa manfaatnya bagiku” sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran selanjutnya. Keaktifan belajar siswa masih rendah maka pengalaman langsung
perlu diberikan dengan cara menggunakan kegiatan yang dapat mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Ini sesuai dengan pendapat Made
Wena 2012: 162 bahwa guru menciptakan simulasi konsep dengan cara memberi siswa tugas atau eksperimen agar siswa memperoleh pengalaman.
Keaktifan belajar siswa masih rendah maka siswa perlu dibawa untuk menemukan konsep. Bersama dengan guru berinteraksi memberikan data pada
siswa sesuai dengan keingintahuan siswa saat itu misalnya dalam bentuk gambar, poster, model benda dan tulisan. Hal ini sesuai dengan Deporter
2010:128 bahwa penamaan memuaskan hasrat siswa yang dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu.
Keaktifan belajar masih rendah maka siswa perlu mendemonstrasikan hasil belajarnya di depan kelas, yaitu dibuat permainan yang kompetitif untuk
104 menjadi juara dalam kelompok terkompak sehingga semua siswa tertantang
untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Made Wena 2012:166 bahwa siswa diberi peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan
pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain. Dalam pengulangan materi siswa perlu menggunakan permainan
“Lihat katakan”, ini sesuai dengan pendapat Made Wena 2012:166 bahwa pengulangan dilakukan dengan kegiatan berbeda tetapi masih dalam konteks
pembelajaran yang sama. Sehingga siswa yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya setelah melakukan pembelajaran.
Perayaan perlu dilakukan dengan memberikan hadiah berupa benda seperti pulpen atau benda lain yang berguna bagi siswa ini dilakukan sebagai
bentuk pengahargaan atas usaha siswa serta menggairahkan siswa dalam mencapai tantangan yang dilaluinya dalam permainan yang diciptakan oleh
guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Udin Saefudin Sa‟ud 2011:131 bahwa guru dituntut untuk mengetahui karakter emosional siswa, memiliki
kemampuan memotivasi siswa, mengetahui dan menghargai kemampuan yang dimiliki siswa sert melakukan penghargaan terhadap setiap upaya yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan seluruh rangkaian tindakan tersebut
dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar siswa pada materi bangun ruang meningkat jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan penelitian tindakan.
Apalagi peningkatan tersebut lebih terlihat pada siklus II, oleh karena itu penelitian tindakan ini cukup dilakukan dengan dua siklus saja.
105 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
quantum teaching
pada materi bangun ruang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD negeri Sangon semester genap tahun ajaran 2012
2013.
E. Keterbatasan Penelitian