Landasan aspek filosofis Kurikulum 2013 Landasan aspek yuridis dan empiris Kurikulum 2013

35 7 kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan memperkaya antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurniasih Imas dan Berlin Sani, 2014 : 32-38 menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek yang menjadi landasan pengembangan kurikulum yang secara jelas terangkum dalam isi materi uji kurikulum adalah:

a. Landasan aspek filosofis Kurikulum 2013

Landasan filosofi dalam pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dan bangsa. Kurikulum yang berakar pada budaya lokal dan bangsa, memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting. Dalam UU No. 202003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bengsa, dan negara”. Undang-undang ini dirumuskan berlandaskan pada dasar falsafah negara, yaitu Pancasila. Oleh karena itu, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus tumbuh di dalam diri peserta didik. 36

b. Landasan aspek yuridis dan empiris Kurikulum 2013

Pertama yang menjadi landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kemudian Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang- undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan, “sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu”. Hal ini dipertegas lagi dalam Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Standar Kurikulum SDMI menyebutkan bahwa, “pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SDMI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari kelas I sampa i kelas VI”. Namun, hingga saat ini, pembelajaran tematik- terpadu masih dianggap membingungkan bagi sebagian guru. Implementasi kurikulum akan sesuai dengan harapan apabila guru mampu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran serta melaksanakan dan memahami konsep penilaian autentik serta melaksanakannya. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan juga bahwa perencana pembelajaran dirancang dalam bentuk 37 Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik authentic assesment yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh.

c. Landasan aspek konseptual