10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1995: 26, “Istilah
tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu” Tuna artinya kurang dan Rungu artinya pendengaran. Orang yang atau anak dikatakan tunarungu
apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara”. Dari istilah tersebut beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian
tunarungu, diantaranya menurut Mohammad Efendi 2006: 59 mendefinisikan:
“Tunarungu sebagai seseorang yang mengalami ketulian tunarungu berat jika ia kehilangan kemampuan mendengar 70 dB atau lebih
menurut ISO sehingga ia akan mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain meskipun
menggunakan alat bantu dengan
hearing aid
atau tanpa alat bantu dengar. Kemudian yang dikategorikan lemah pendengaran adalah
apabila anak mengalami kehilangan pendengaran antara 35-65dB sehingga mengalami kesulitan dalam mendengar, tetapi tidak
terhalang untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain jika dibantu dengan alat bantu dengar
hearing aid
”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tunarungu
adalah suatu istilah umum yang menunjukan hambatan mendengar, yang meliputi seluruh hambatan mendengar dari yang paling ringan hingga yang
paling berat, dan digolongkan ke dalam bagian tuli dan kurang dengar. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Mardiati Busono 1993: 18
bahwa, anak tunarungu adalah anak yang lahir dengan sedikit pendengaran atau tidak dapat mendengar atau yang telah kehilangan pendengaran sejak
11 awal masa kanak-kanak sebelum dapat berbicara dan berbahasa yang
diperlukan. Menurut Mangunsong 1998: 66, yang dimaksud dengan anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa.
Tunarungu secara pedagogis dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memperoleh informasi secara lisan,
sehingga membutuhkan bimbingan dan layanan khusus dalam pembelajaran di kelas. Pengertian ini lebih menekankan pada upaya
peningkatan potensi penyandang tunarungu, melalui proses pendidikan khusus.
Dengan demikian
penyandang tunarungu
dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal dan bertanggung jawab dalam
kegiatan sehari-hari Suparno, 2009: 9.Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang dalam
pendidikan atau perkembangannya dibutuhkan layanan khusus agar anak mampu mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Menurut Samuel A. Kirk dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1995: 29 klasifikasi tunarungu dibagi menjadi:
a. 0 dB: menunjukkan pendengaran yang optimal.
b. 0 – 26 dB: menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran
yang normal.