26 Jenis-jenis evaluasi yang telah dijelaskan di atas dapat
ditegaskan bahwa dalam mengevaluasi kemampuan menulis permulaan perlu melakukan tahap-tahap penilaian, penilaian dapat
dilakukan dengan melalukan tes kemampuan menulis permulaan. Tes tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa tunarungu
dalam suatu pencapaian tertentu. Tes yang dilakukan berupa tes tertulis dan non-tes berupa
observasi atau pengamatan. Indikator yang menjadi acuan dalam menentukan keberhasilan tindakan dalam meningkatkan kemampuan
menulis permulaan anak tunarungu adalah 70. Kemampuan menulis permulaan anak tunarungu dapat dilakukan pre tes untuk melihat
kemampuan awal siswa dan melakukan pos tes 1 setelah diberi tindakan siklus 1, kemudian pos tes 2 dilakukan setelah diberi tindakan
siklus 2. Soal pre tes dan pos tes terdiri dari 20 item, 8 soal tertulis dan 12 soal tes perbuatan. Indikator keberhasilan tindakan yang harus
dicapai sesuai KKM yaitu 70. Cara yang digunakan untuk memberi skor penilaian dalam tiap item soal adalah, 1 item jawaban benar diberi
skor 5, jika terdapat 20 item soal maka akan diperoleh skor sebesar 100, dengan demikian siswa harus menjawab dengan benar minimal 14
item soal dengan benar untuk mencapai KKM yang telah ditentukan sebesar 70.
27
C. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana fisik yang dapat menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima serta merangsang siswa untuk
belajar.Banyak batasan yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan media pembelajaran. Menurut Arief S. Sadiman 2010: 7 membatasi
media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang, pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Demikian juga pendapat yang dikemukakan Gagne 1970
Arief S. Sadiman 2009: 6 media dalam pembelajaran adalah untuk membantu dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa,
dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit, serta suatu komponen yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikaji bahwa media
pembelajaran sebagai sebagai bentuk saluran dalam bentuk fisik yang digunakan untuk merangsang, pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
agar mempermudah dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi konkrit sehingga proses belajar lebih mudah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Jerome S Bruner Asri Budiningsih, 2003: 25 bahwa siswa belajar melalui tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap
enaktif yaitu dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda konkrit,
28 tahap ikonik yaitu dimana siswa belajar melalui gambar atau videotapes,
dan tahap simbolik dimana siswa belajar melalui simbol-simbol. Terkait dengan uraian di atas mengingat bahwa anak tunarungu
mengalami kesulitan dalam memahami konsep menulis maka, proses belajar anak tunarungu membutuhkan media atau alat bantu untuk
menyampaikan materi yang akan diajarkan serta memudahkan anak tunarungu dalam memahami konsep menulis. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman secara langsung pada anak dan membantu mempermudah dalam memahami materi yang bersifat abstrak menjadi
suatu yang konkrit. Menurut Schramm dalam Arif Sadiman 2009: 28, media dapat
dilihat berdasarkan karakteristik ekonomis, lingkup sasaran, dan kemudahan dalam pemakaiannya.Sedangkan karakteristik yang dilihat dari
kemampuannya dalam membangkitkan rangsangan panca indera atau kesesuaian dengan tingkatan hirarki belajar dinyatakan oleh Gagne. Untuk
tujuan-tujuan praktis pembelajaran, maka ada beberapa karakteristik yaitu: a.
Media Grafis Media grafis merupakan media visual yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima pesan. Media ini menyampaikan pesan atau materi pelajaran menggunakan symbol-
simbol komunikasi yang memanfaatkan indra penglihatan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media ini juga relatif
murah.Beberapa jenis media grafis yaitu, gambarfoto, sketsa, diagram,