III-8
c. Museum Radya Pustaka
Gbr.3.5. Tampak depan bangunan museum Radya Pustaka Sumber : http:id.wikipedia.orgwikiMuseum_Radya_Pustaka
Museum ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuw ono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28
Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuw ono IX dan Pakubuw ono X. Museum ini lalu
dipindahkan ke lokasinya sekarang ini, Gedung Museum Radyapustaka di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913. Kala itu gedung
museum merupakan rumah kediaman seorang w arga Belanda bernama Johannes Busselaar.
Museum Radya Pustaka tidak berada di baw ah naungan Dinas Purbakala maupun Dinas Pariw isata Pemerintahan Daerah setempat namun
berstatus yayasan. Yayasan ini bernama Yayasan Paheman Radyapustaka Surakarta dan dibentuk pada tahun 1951. Lalu untuk tugas pelaksanaan
sehari-hari dibentuk presidium yang pertama kalinya pada tahun 1966 diketahui oleh Go Tik Sw an atau juga dikenal dengan nama K.R.T.
Hardjonagoro. Di halaman depan, di depan gedung museum, para pengunjung akan
menjumpai sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita. Beliau adalah seorang pujangga keraton Surakarta yang sangat termasyhur dan hidup pada
abad ke-19. Patung ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1953. Di depan dan di belakang patung ini terdapat prasasti yang menggunakan
aksara Jaw a. Untuk masuk ke dalam museum pengunjung cukup membayar Rp. 2.500 orang.
Lalu di serambi museum ada beberapa meriam beroda dari masa VOC yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Sementara itu ada pula
beberapa meriam-meriam kecil milik Keraton Kartasura. Selain itu terdapat pula beberapa arca-arca Hindu-Buddha. Antara lain terdapat arca Rara
Jon ggrang yang artinya adalah “peraw an tinggi” namun sebenarnya adalah
III-9 arca Dew i Durga. Selain itu ada pula arca Boddhisatw a dan Siw a. Arca-arca
ini ditemukan di sekitar daerah Surakarta. Museum Radya Pustaka memiliki koleksi yang terdiri dari berbagai
macam arca, pusaka adat, w ayang kulit dan buku-buku kuno. Koleksi buku kuna yang banyak dicari itu di antaranya mengenai Wulang Reh karangan
Pakubuw ono IV yang isinya antara lain mengenai petunjuk pemerintahan dan Serat Rama karangan Pujangga Keraton Surakarta bernamaYasadipura I
yang menceritakan tentang w iracarita Ramayana. Pada 18 November 2007, Kepala Museum Radya Pustaka, KRH
Darmodipuro Mbah Hadi ditahan pihak kepolisian sebagai tersangka dalam kasus hilangnya sejumlah koleksi museum, antara lain lima arca batu buatan
abad ke-4 dan 9 yang dijual kepada pihak lain dengan harga Rp 80 juta-Rp 270 juta per arca. Penyelidikan menunjukkan bahw a koleksi museum yang
hilang diganti dengan barang palsu. Dua hari kemudian, polisi menggeledah rumah pengusaha Hashim Djojohadikusumo, adik Prabow o Subianto di
Jakarta dan menemukan lima arca yang hilang dari museum. Sementara itu setelah sejumlah koleksi patungnya hilang, museum pernah kehilangan 72
naskah kuno. Naskah kuno berbahasa Jaw a, antara lain Serat Cariyos Purw o, Suluk Dhudha, Quran Kajaw ekaken, dan Lampahipun Sultan Ibrahim.
Hilangnya puluhan naskah kuno itu terjadi karena selama ini pengelolaan dan administrasi museum sangat kacau. Meski bernilai sejarah
tinggi, pihak luar museum bisa dengan mudah membaw a pulang atau meminjam koleksi tanpa berita acara yang jelas. Akibatnya banyak koleksi
museum yang tidak dikembalikan atau hilang. Selain hilang, ratusan naskah kuno di Museum Radya Pustaka juga rusak akibat tidak teraw at dengan baik.
Dari sekitar 380 koleksi naskah kuno, sebanyak 224 di antaranya rusak. Liputan6.com
B. Benteng Vastenburg Surakarta 1. Gam baran Um um Kaw asan
Benteng Vastenburg merupakan benteng peninggalan Belanda yang terletak di kota Solo, Jaw a Tengah, Indonesia. Benteng Vastenburg terletak di
pusat kota Solo yakni di ujung ruas jalan Slamet Riyadi Jl. Mayjen Sunaryo tepatnya di kaw asan bunderan Gapura Gladak.