Strategi Revitalisasi Tinjauan Revitalisasi 1.

II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Revitalisasi 1.

Pem aham an Revitalisasi Revitalisasi berasal dari kata re dan vitalitas. Re berarti kembali sedangkan vitalitas berarti daya hidup vita : hidup. Revitalisasi mempunyai makna upaya untuk mengembalikan serta menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada pada kaw asan kota yang mengalami degradasi, melalui intervensi fisik dan non-fisik rehabilitasi ekonomi, rekayasa sosial budaya serta pengembangan institusionalDanisw oro: 1988. Revitalisasiadaptasi dilakukan dengan merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai. Fungsi tersebut tidak menuntut adanya perubahan fisik atau hanya memerlukan sedikit perubahan atau dampak minimal. Langkah ini dilakukan apabila konservasi sulit dilakukan dan asalkan tidak merusak nilai budayanya.

2. Strategi Revitalisasi

Menurut Danisw oro 1988 terdapat tiga kategori strategi revitalisasi berdasarkan tingkat perubahannya. Untuk tingkat perubahan kecil diterapkan preservasi konservasi. Tingkat perubahan sedang diterapkan rehabilitasi dan untuk tingkat perubahan besar dilakukan redevelopment pembangunan kembali. Pendekatan strategi revitalisasi tersebut menurut beberapa ahli seperti Danisw oro 1988, Pontoh 1992, Karyoedi 1992 dan Sudjarto 1992 serta Piagam Burra dapat dijelaskan dari lingkup sasaran, syarat obyek dan strateginya masing-masing sebagai berikut. Pendekatan preservasi mempunyai lingkup sasaran monumen, bangunan atau lingkungan. Kriteria umum yang biasa digunakan untuk menentukan objek yang perlu dilestarikan yakni estetika, kejamakan, kelangkaan, peranan sejarah, memperkuat kaw asan di dekatnya serta keistimew aan. Adapun strategi yang dilakukan antara lain melindungi melestarikan bangunan yang mempunyai nilai historis dan menunjang fungsi kota, melestarikan unsur-unsur alam dari kerusakan. Memeliharanya sesuai aslinya serta mencegah proses kerusakan. Selain itu mengupayakan semaksimal mungkin agar orisinalitas keaslian bentuk, fasade bangunan, monumen serta pola kaw asan tetap dipertahankan. II-2 Pendekatan konservasi memilik lingkup objek berupa gedung, lahan, kaw asan dengan kehidupan budaya dan tradisi yang mempunyai arti atau kelompok gedung termasuk lingkungannya cagar budaya, hutan lindung dsb. Memiliki kriteria umum yakni estetika, kejamakan, kelangkaan, peranan sejarah, memperkuat kaw asan di sekitarnya dan keistimew aan. Dalam skala lebih luas yakni bagian kota atau w ilayah, kriteria yang dapat digunakan dalam proses penentuan konservasi antara lain kriteria arsitektural yang tinggi di samping memiliki proses pembentukan w aktu yang lama atau keteraturan dan keanggunan elegan. Kriteria historis yang memberikan inspirasi dan referensi untuk kehadiran bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya yang memudar. Kriteria simbolis maksudnya kaw asan memiliki makna simbolis paling efektif bagi pembentukan citra suatu kota. Strategi yang dapat dilakukan antara lain melestarikan suatu tempat sedemikian rupa sehingga mempertahankan nilai kulturalnya. Melestarikan, melindungi, memanfaatkan sumber daya suatu tempat. Memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung memberi w adah bagi kegiatan yang sama kegiatan yang baru sama sekali. Mencegah perubahan sosial masyarakat dan tradisi, meningkatkan nilai ekonomi suatu bangunan sehingga bernilai komersial. Mengupayakan semaksimal mungkin agar orisinalitas keaslian bentuk, fasade bangunan serta pola kaw asan tetap dipertahankan. Rehabilitasi mempunyai lingkup pelestarian khusus yakni bangunan dan lingkungan kota. Yakni apabila kaw asan menunjukkan gejala kemerosotan antara lain adanya kemerosotan kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh umur bangunan dan pemeliharaannya. Sarana dan prasarana dari sebagian seluruh kaw asan yang tidak dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Adanya penurunan nilai ekonomis kegiatan yang ada sebelumnya yang tidak mendukung fungsi kegiatan usaha tersebut. Atau apabila fungsinya sudah tidak memadai sama sekali dan fungsi umunya tidak sesuai dengan struktur tata ruang kota. Fungsi kaw asan jelas dan tidak ada perubahan fungsi yang drastis. Selain itu kaw asan berada pada lokasi yang telah mantap dan sesuai dengan rencana peruntukan lahan. Strategi revitalisasi dengan pendekatan rehabilitasi antara lain mengembalikan fungsi seperti sedia kala, mengembalikan kondisi bangunan yang mengalami kerusakan. Mengupayakan semaksimal mungkin orisinalitas bentuk, fasade serta pola kaw asan tetap dipertahankan. Strategi selanjutnya II-3 adalah meningkatkan nilai ekonomis, meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta menambah, memperbaiki dan memelihara fasilitas umum. Redevelopment pembangunan kembali memiliki lingkup objek pelestarian bangunan, lingkungan dan kaw asan kota. Kaw asan mengalami kemerosotan fisik dalam hal adanya kemerosotan kondisi lingkungan, serta sarana dan prasarana tidak dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Penurunan nilai ekonomis yang kurang mendukung kegiatan usaha tersebut. Bangunan tersebut sudah tidak memadai sama sekali dan tidak sesuai dengan struktur ruang kota. Strategi yang perlu dilakukan antar lain membongkar dan membangun sarana yang sudah tidak dipertahankan lagi. Membongkar dan membangun kembali bangunan, lingkungan dan kaw asan kota. Meningkatkan nilai ekonomis agar daya guna dapat bersifat muti guna serta merubah dan mempertahankan fungsi kaw asan.

3. Studi Kasus