VI-1 BAB VI
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Makro
1. Eksisting dan Kondisi Tapak
KE KERATON SURAKARTA
220
364 199
337
BANK DANAMON
SITE
U
KALI PEPE RUKO
RUKO POM BENSIN
BANK INDONESIA KANTOR TELKOM
KANTOR POS BESAR
BANK BUKOPIN GEREJA
GEREJA LUWES
GEDUNG JUANG 45 BTC
PGS JL. KOL. SUNARYO
JL .
K A
P T
E N
M U
L Y
A D
I JL. MAYOR KUSMANTO
JL .
JE N
D R
A L
S U
D IR
M A
N
Gambar 6.1. Peta Eksisting Site Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi perencanaan terletak di kaw asan Gladak. Luas site ±40.672 m² dengan eksisting tapak yang harus dipertahankan dan diperbaiki berupa tembok
benteng dan parit yang mengelilinginya serta jembatan gantung khas benteng pertahanan Belanda. Batas tapak perencanaan :
Barat - Jl.Jend.Sudirman panj
: 146 m Lingk : Koridor kw s. Gladak
Utara – Jl. Kusmanto panj
: 230 m Lingk : perkantoran
Timur – Jl.Kapt.Mulyadi panj
: 164 m Lingk : pergudangan
Selatan – Jl.May.Sunaryo panj
: 248 m Lingk : perdagangan
2. Konsep Revitalisasi Benteng Vastenburg
a. Konsep yang diterapkan adalah Kontras dalam Penyelesaian Arsitektur Kelebihan-kelebihan penyelesaian rancang bangun yang kontras diantaranya:
VI-2 o
Dianggap berhasil mengangkatmenonjolkan bangunan lama dengan konsep background dan foreground, contohnya adalah De Louvre
Museum o
Dapat dijadikan sebagai penanda zaman, maksudnya dapat dilihat di masa yang akan datang bahw a bangunan baru tersebut berdiri jauh hari
setelah bangunan lama o
Kontras yang harmoni akan menjadi ikon yang baru yang menjadi perpaduan unik dengan bangunan lama, menarik pengunjung dan tentu
saja mengangkat citra kota Adapun setelah mengetahui bahw a penyelesaian rancang bangun yang
kontras adalah yang tepat dalam revitalisasi benteng Vastenburg Surakarta ini, namun harus tetap mempertimbangkan lokalitas, kearifan lokal dan iklim
setempat untuk mempertahankan jatidiri arsitektur lokal di kota Solo. b. Konsep Arsitektur di Solo Masa Depan
“It is pointless to ask w hether the new ones are better or w orse than the old, since there is no connection betw een them” Italo Calvino, Invisible Cities
Visi kota Solo “Solo‟s past is Solo‟s future” mesti diterjemahkan sebagai Solo masa depan adalah Solo yang akan ditentukan oleh kita saat ini. Artinya,
arsitektur sebagai arkeologi masa depan harus berlaku di sini karena sejarah bukan hanya yang lalu tetapi bagaimana kita membuat sejarah yang baru.
Bangunan baru yang akan datang harus lebih berkualitas dari bangunan- bangunan yang sudah ada sebelumnya.
Solo merupakan kota yang terbentuk oleh pengaruh kosmologi Jaw a, kolonial, Pecinan dan Arab. Kosmologi Jaw a nampak dalam Keraton
w alaupun beberapa pihak mengatakan bahw a keraton juga terpengaruh kolonial. Beberapa peninggalan kolonial seperti benteng Vastenburg, Pasar
Gede dan Bank Indonesia masih dapat dilihat hingga sekarang. Sementara itu saat ini, bangunan modern layaknya Solo Square dengan
kanopi kaca dan permainan geometris serta w arna-w arna, Solo Grand Mall, Solo Paragon, Solo Center Point turut mew arnai kota Solo saat ini.
Bangunan-bangunan tersebut menjadi embrio modernisasi arsitektur di Solo. Dari analisa tersebut dapat ditarik sebuah kenyataan bahw a Solo senantiasa
berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman. Solo sebagai kota budaya dan sebagai „the spirit of Java‟ selalu mempercantik diri. Kecantikan
visual kota Solo yang akan datang tetap harus mempertahankan lokalitas,
kearifan lokal sebagai jatidiri, tanpa mengesampingkan modernisasi. Kenyataan ini menguatkan bahw a Solo yang akan datang memerlukan
VI-3 sesuatu yang baru, apabila memang itu yang dibutuhkan oleh Solo, dan
sesuatu yang baru tersebut harus lebih baik dari apa yang telah ada di Solo saat ini.
3. Konsep Pencapaian