III-3
2. Kondisi Non Fisik a. Potensi Pengem bangan
Berdasarkan segi fungsi peranan dan kedudukan geografisnya,kota Surakarta mempunyai potensi-potensi yang besar dan strategis yang sekaligus
merupakan modal pembangunan. 1 Surakarta sebagai kota budaya, merupakan unsur yang memperkaya
khasanah budaya bangsa. Nilai kota Surakarta di mata nasional ini akan berpengaruh pada perkembangan kota dan w ilayah sekitarnya.
2 Kota Surakarta yang berada diantara 2 kota besar di Indonesia Jakarta- Surabaya, merupakan potensi bagi pelayanan jasa-jasa umumnya dan
dalam pelayanan jasa angkutan khususnya, baik hubungan darat maupun udara.
3 Pertumbuhan ekonomi di w ilayah Surakarta yang cukup tinggi terutama yang berasal dari sektor perdagangan, jasa dan pariw isata, dimana terjadi
penanaman modal dan perputaran uang yang cukup besar merupakan potensi
yang dapat
dimanfaatkan dalam
pelaksanaan kegiatan
pembangunan. 4 Tersedia fasilitas yang cukup memadai, yang meliputi :
o Fasilitas perdagangan, meliputi fasilitas pertokoan, pasar skala kota dan
supermarket. Kegiatan ini tumbuh dan berkembang di jalur-jalur pergerakan lalu lintas kota yang kemudian berfungsi sebagai jalur
ekonomi kota. o
Fasilitas jasa komersial, meliputi fasilitas-fasilitas akomodasi hotel, losmen,
jasa keuangan
atau perbankan,
serta perkantoran
perdagangan. 5 Sumber daya manusia yang cukup besar, dimana melalui pembinaan dan
mobilisasi secara tepat akan menjadi pondasi pembangunan yang menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang.
Disamping itu sosial budaya masyarakat kota Surakarta yang khas merupakan potensi untuk meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan.
b. Kondisi historis
Surakarta adalah sebuah w ilayah bagian dari Jaw a Tengah yang mempunyai sejarah perkembangan yang sangat menarik bagi terbinanya kebudayaan Jaw a.
Surakarta sendiri mempunyai dua kubu kebudayaan yang sebenarnya mempunyai akar budaya dan kerabat yang sama. Kekuasaannya memiliki w ilayah yang berbeda,
namun demikian dua kerajaan tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan kota
Surakarta sendiri.
III-4 Asal mula terjadinya kota Surakarta beraw al dari berpindahnya pusat
kerajaan mataram dari Kartasura ke desa Sala pada 17 suro 1760 atau 17 Februari 1745. Sala berarti dataran, yang mana pada saat itu merupakan daerah dataran
beraw a di tepian sungai besar yang bernama Bengaw an Solo. Ki Gede Sala yang pertama melakukan babat alas, yang makamnya berada pada daerah jeron benteng.
Menurut perhitungan di lokasi inilah kraton akan mencapai kebesaran dan kemakmuran di masa yang akan datang. Sejarah kemudian membuktikan bahw a
terjadi perpecahan kekuasaan yang melahirkan Pura Mangkunegaran dan Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat serta Pura Pakualaman.
1
Pembangunan kraton dan kota Surakarta terbesar dilakukan oleh SISKS Paku Buw ana X. Pada masa sekarang ini menjadi peninggalan yang bernilai budaya
tinggi, dalam penataan kota dan lingkungan tampak jalur pemikiran konsepnya, meskipun masih sederhana. Orientasi dari konsep spiritual ternyata banyak terbukti
kebenarannya dalam penataan lingkungan kota dan Kraton Surakarta. Benteng Vastenburg yang berada dekat di hadapan kraton sangat strategis untuk mengamati
gerakan tentara di luar benteng termasuk tentara Belanda yang berada di luar benteng.
c. Morfologi Kota Solo
Morfologi Kota Solo telah mengalami proses perubahan selama 500 tahun. Kota yang umumnya tumbuh secara irreversible, secara biologis tersusun atas tiga
elemen utama, yaitu ‘tulang’ utilitas kota: jalan, rel, riol, ‘kulit’ bangunan hunian: rumah, pasar, gedung kantor, sekolah, rumah sakit dan
‘darah’ aktivitas manusia: bekerja, bepergian, berkumpul. Temuan utama dari studi kasus di Kota Solo pada
tahun 1500- 2000 adalah, elemen ‘tulang’ telah tumbuh membentuk berbagai formasi,
yaitu memusat, mengelompok dan organik. Elemen ‘kulit’ telah tumbuh secara
horisontal, vertikal dan interestisial. Sementara elemen ‘darah’ telah bertambah dari
orang pribumi Jaw a, Madura, Banjar, orang pendatang Cina, ArabIndia, Belanda, dan orang priyayi keturunan raja-raja Jaw a.
Kota Solo tersusun oleh tiga konsep yang berlainan, yang saling tumpang tindih, yaitu konsep organik oleh masyarakat pribumi, konsep kolonial oleh
masyarakat Belanda dan konsep kosmologi oleh masyarakat kraton Jaw a. Pada tahun 2000-an, Kota Solo telah mengalami permasalah kota yang umumnya juga
terjadi di kota-kota besar di Indonesia, yaitu pada lingkungan alaminya, lingkungan buatannya dan lingkungan sosialnya. Akumulasi permasalahan kota itu menjadikan
Kota Solo pada masa-masa mendatang memasuki masa decline. Sementara struktur
1
Babad Sala, RM Sajid, Rekso Pustaka Istana Mangkunegaran
III-5 kota berdasarkan elemen land telah berkembang dari kota air ke kota daratan. Untuk
elemen buildings juga telah berkembang dari tradisional, vernakuler, campuran dan kontemporer.
Untuk elemen human juga telah berkembang dari pribumi-agraris, non pribumi-non agraris hingga campuran keduanya. Rekomendasi model inovasi
perancangan kota masa depan berdasarkan karakter struktur kotanya, cenderung berbentuk kota batas pertanian agro- evelopment frontier dan kota batas sungai
water frontier.
2
d. Sosial-Budaya Masyarakat