3. Faktor status sosial berdasarkan jabatan. Jenis jabatan dan pekerjaan yang dipangku oleh karyawan pada
umumnya mempengaruhi status sosial, baik di lingkungan kerjanya maupun dilingkungan masyarakat. Pekerjaan atau jabatan yang
memberikan posisi yang tinggi dan terhormat, maka cenderung mempertinggi semangat kerja karyawan.
4. Faktor tujuan yang mulia dan pengabdian. Karyawan yang bekerja dengan cita-cita mewujudkan tujuan yang
mulia menunjukkan sikap bersedia dalam pekerjaan meskipun tidak memperoleh penghasilan yang memadai.
5. Faktor suasana lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang menyenangkan karena bersih, teratur rapi,
sejuk, sirkulasi udara lancar, cukup luas dan tidak menghambat gerakan dalam bekerja dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
6. Hubungan manusiawi yang dikembangkan. Kondisi hubungan sosial yang bersumber dari hubungan manusiawi,
yang dikembangkan antara pekerja dalam suatu organisasi merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap semangat kerja.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus
untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Nasution 2007 dengan judul penelitian “Pengaruh Kesejahteraan Karyawan terhadap Semangat Kerja Karyawan pada PT. Pangansari Utama
Medan”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji F variabel bebas kesejahteraan langsung dan kesejahteraan tidak langsung secara
bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat semangat kerja karyawan. Melalui pengujian koefisien korelasi R
diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara kesejahteraan karyawan terhadap semangat kerja karyawan merupakan hubungan erat.
Koefisien determinasi R
2
= 0,485, uji F sebesar 31,538, nilai hitung pada program kesejahteraan langsung X
1
2,240 t tabel dan nilai t hitung pada program kesejahteraan tidak langsung X
2
4,813 t tabel. Noviana 2006 dengan judul penelitian “Pengaruh Pelaksanaan
Program Kesejahteraan terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
hasil uji F variabel bebas kesejahteraan karyawan secara bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat motivasi
kerja karyawan. Melalui pengujian koefisien korelasi R diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara kesejahteraan karyawan terhadap
motivasi karyawan merupakan hubungan erat. Koefisien determinasi R
2
= 0,7145, nilai hitung pada program kesejahteraan karyawan X 7,725 t
tabel 1,701. Ibrahim 2010 dengan judul penelitian “Is Job Satisfaction
Mediating The Relationship Between Compensation Structure And
Universitas Sumatera Utara
Organisational Commitment? A Study In The Malaysian Power Utilily”.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur kompensasi memiliki
hubungan yang signifikan terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja memiliki hubungan signifikan dengan komitmen organisasi, dan struktur
kompensasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Koefisien korelasi R diperoleh bahwa tingkat
korelasi atau hubungan antara struktur kompensasi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi memiliki hubungan yang sangat erat. Koefisien
determinan R
2
= 0,20 20. Rahayu 2012 dengan judul penelitian “Pengaruh Kepemimpinan,
Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. PLN Cabang Madiun”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, lingkungan kerja fisik memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan, dan kompensasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Melalui pengujian koefisien korelasi
R diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara kepemimpinan, lingkungan kerja fisik dan kompensasi terhadap kinerja karyawan memiliki
hubungan yang sangat erat.
2.5 Kerangka Konseptual