Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Karangan Siswa Kelas Xi Smk Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.)

oleh

MAMAN SURYAMAN 207013000356

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Maman Suryaman (207013000356). “Pengaruh Metode Diskusi terhadap

Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Karangan Siswa Kelas XI SMA Al Kautsar

Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini bertujuan mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarkan dengan metode diskusi sebagai metode pembelajaran dan metode ceramah yang memanfaatkan buku paket dan LKS sebagai sumber belajar. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini penentuan sampel diambil secara cluster random sampling dengan jumlah 40 siswa yang terbagi menjadi dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen (kelas XI AK yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi) dan satu kelas sebagai kelas kontrol (kelas XI TKJ yang dalam pembelajarannya menggunakan metode ceramah). Instrument penelitian ini berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal yang sudah diuji validitas, homogenitas, daya beda soal, dan indek kesukarannya.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t terdapat perbedaan skor kelas eksperimen dan kontrol diperoleh t hitung > t tabel, yaitu 2,85 > 2,75 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil penelitian data yang diperoleh melalui posttest, kelas eksperimen dengan rata-rata 77, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 63. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 70 nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 63. Dari data tersebut terdapat selisih rata-rata belajar sebesar 7. Hal ini Terbukti ada pengaruh positif antar siswa yang mengunakan metode diskusi sebagai metode pembelajaran terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan dengan siswa yang menggunakan metode ceramah sebagai metode pembelajaran dalam mengidentifikasi jenis karangan siswa kelas XI SMK Al Kautsar Jakarta.

Kata kunci : Metode diskusi dan jenis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia


(6)

ii

penulis diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Metode Diskusi terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Karangan Siswa Kelas XI SMA Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berkaitan dengan hal itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, karya ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., Dekan FITK UIN Jakarta yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Dosen Penasehat Akademik. Beliau adalah figur pimpinan yang tidak pernah lelah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini;

3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekertaris Jurusan PBSI yang telah memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Makyun Subuki, M.Hum., selaku dosen pembimbing dan dosen bahasa yang sangat berpengaruh dalam menyelesaikan skripsi ini, juga telah mengenalkan dan membangkitkan kecintaan penulis pada dunia linguistik;

5. Bapak dan ibu Dosen di Lingkungan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan;


(7)

iii

7. Paling istimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang selalu memberi dukungan baik materil maupun motivasi kepada penulis untuk terus maju dan selalu memberikan kasih sayangnya sampai detik ini tanpa kenal lelah. Penulis sangat menyayangimu sampai kapanpun;

8. Seluruh mahasiswa PBSI Nonreguler angkatan 2007, kalian teman-temanku seperjuangan meniti masa depan, terima kasih atas dukungannya;

9. Seluruh Immawan dan Immawati IMM Cabang Ciputat periode 2010-2011, sebagai teman perjuangan di dalam persyarikatan, IMM Jaya;

10.Seleruh teman di KPMDB (Keluarga dan Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes) di Jakarta, sebagai keluarga kedua di UIN Jakarta;

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga semua bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada penulis senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.

Akhirnya, penulis pun berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 19 Juli 2013 Penulis,


(8)

iv

Surat Pernyataan Karya Sendiri

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Bagan ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI A. Metode Diskusi 1. Pengertian Metode Diskusi ..………... 6

2. Tujuan Metode Diskusi ... 7

3. Jenis-jenis Metode Diskusi ... ... 7

4. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi ... 11

B. Jenis-jenis Karangan 1. Pengertian Karangan ... 13

2. Jenis-jenis Karangan ... 13

a. Karangan Narasi ... 13

b. Karangan Deskripsi ... 16

c. Karangan Eksposisi ... 17


(9)

v

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode dan Desain Penelitian ... 31

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 34

G.Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 37

H.Teknik Pengumpulan Data ... 40

I. Analisis Data dan Interpretasi Data ... .... 41

J. Hipotesis Statistik ... 44

K.Indikator Keberhasilan ... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Sekolah ………. 45

B. Deskripsi Objek Penelitian …..………. 49

C. Pengujian Desain Penelitian ………. 49

D. Pengujian Persyaratan Analisis ……… 63

1. Uji Normalitas Kelas Eksperimen .……… 63

2. Uji Normalitas Kelas Kontrol …... .……… 65

3. Uji Homogenitas ………. 66

E. Analisis Interpretasi Data ………. 68

F. Pembahasan ……….. 73

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………...…… 77

B. Saran ……… 77 DAFTAR PUSTAKA


(10)

vi

Tablel 1 Perbedaan Antara Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ….. 15

Tablel 2 Desain Penelitian ……….. 21

Tablel 3 Kisi-kisi Instrumen ………... 32

Tablel 4 Tingkat Kesukaran ……… 35

Tablel 5 Klasifikasi Daya Beda ………... 39

Tablel 6 Peserta Didik SMK Al Kautsar Jakarta ………. 40

Tablel 7 Ketenagaan Pendidik SMK Al Kautsar Jakarta ……… 47

Tablel 8 Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 48

Tablel 9 Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 50

Tablel 10 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Eksperimen …………... 56

Tablel 11 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Eksperimen …………... 59

Tablel 12 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ………. 62

Tablel 13 Uji Normalitas Kelas Kontrol …..………. 64

Tablel 14 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ………. 65

Tablel 15 Uji Homogenitas ………... 66

Tablel 16 Persiapan Uji-t Kelompok Eksperimen ………. 68

Tablel 17 Persiapan Uji-t Kelompok Eksperimen ………. 68


(11)

(12)

viii

Gambar 2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol ……… 55 Gambar 3 Grafik Poligon Hasil Tes Kelas Eksperimen ………. 60 Gambar 4 Grafik Poligon Hasil Tes Kelas Kontrol ……… 63


(13)

ix

Lampiran 2 Media Pembelajaran ……….. 93

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Karangan ……….. 103

Lampiran 4 Naskah Soal Penelitian ……….. 105

Lampiran 5 Kunci Jawaban ………. 115

Lampiran 6 Uji Validitas ………. 116

Lampiran 7 Uji Reliabilitas ………. 117

Lampiran 8 Taraf Kesukaran Soal ……… 118

Lampiran 9 Daya Beda Soal ………. 119

Lampiran 10 Angket Ranah Afektif Siswa ……… 121


(14)

1

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu dan tinggi adalah pendidikan.

Sementara itu Komisi tentang Pendidikan Abad 21 (commission on

education for the “21” century), merekomendasikan empat strategi dalam mensukseskan pendidikan; Pertama, learning to learn, yaitu memuat bagaimana pelajar mampu menggali informasi yang ada disekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri; Kedua, learning to be, yaitu pelajar diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya;

Ketiga, learning to do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide

yang berkaitan dengan sainstek; dan Keempat, learning to be together, yaitu memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu untuk menghargai orang lain.

Mengacu pada konsep tersebut, menurut Buchori dalam Khabibah bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didiknya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti


(15)

yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Secara empiris, bedasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Dengan dalih bahwa model tersebut tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar (buku paket dan LKS), atau referensi lain.

Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran.

Salah satu langkah perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didomiasai oleh ekspositori banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontektual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

Salah satu inovasi yang menarik mengiringi paradigma tersebut adalah diterapkannya strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan efesiansi pembelajaran, yaitu dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran inovatif dan progresif. Dengan menggunakan metode diskusi yang tepat mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret, mandiri, dan kelompok.

Melalui metode diskusilah peserta didik mampu mengubah pola prilaku afektif siswa secara konkrit, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah bersama (problem solving) melalui sumbangan buah pikirannya serta mengekpresikan pendapatnya secara bebas.

Di zaman modern ini juga paradigma yang terjadi di sekolah khususnya dikalangan siswa kurang tertarik dan terbiasa untuk membaca diantaranya membaca jenis-jenis karangan pada pelajaran bahasa Indonesia, karena


(16)

menganggap membaca merupakan kegiatan yang menjenuhkan. Sehingga siswa tidak termotivasi dan kurang memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi bacaan. Jika siswa diberikan soal untuk menjawab soal pilihan ganda yang berhubungan dengan menganalisis karangan masih ada yang belum benar. Hal ini disebabkan siswa tidak terbiasa untuk membaca.

Hampir seluruh siswa belum bisa mengidentifikasi jenis karangan yang dibacanya, yang terjadi siswa diam saja beberapa saat lamanya. Bahkan kelihatan gelisah (tidak tenang). Sehingga mengidentifikasi jenis karangan tidak selesai tepat waktu yang disediakan oleh guru.

Beradasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian “Pengaruh Metode Diskusi terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Karangan Siswa Kelas XI SMK Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat teridentifikaasi sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI dengan menggunakan metode diskusi dalam mengidentifikasi jenis karangan.

2. Pengaruh hasil belajar bahasa Indonesia siswa dengan menggunakan metode diskusi dalam mengidentifikasi jenis karangan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasai masalah pada “Bagaimana Pengaruh Metode Diskusi terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Karangan Siswa Kelas XI SMK Al Kautsar Jakarta”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, serta pembatasan masalah seperti yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(17)

1. Apakah terdapat pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan siswa kelas XI SMK Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011-2012?

2. Seberapa besar pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan siswa kelas XI SMK Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011-2012?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini terfokus pada pokok masalah yang akan diteliti, sehingga peneliti dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada langkah pemecahan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan.

2. Mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan.

F. Manfaat Penelitain

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan kahazanah intelektual untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode diskusi dalam proses mengidentifikasi jenis karangan secara umum.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk : 1) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.


(18)

3) Mempermudah guru membuat bahan ajar. b. Bagi Siswa

1) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.

2) Menumbuhkan pemikiran reflektif.

3) Membantu perkembangan dan keterlibatan aktif dalam proses belajar. 4) Mengembangkan cara berpikir ilmiah dan sifat demokratis dalam

belajar.

5) Memberikan petunjuk kepada siswa dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar.

c. Bagi Sekolah

1) Mendorong untuk meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.


(19)

6

1. Pengertian Metode Diskusi

Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan seorang guru di sekolah. Di dalam kelas ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga terjadi semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.1

Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif.Sedangkan dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil atau kelompok besar untuk mendiskusikan topik yang merupakan minat bersama, sehingga setiap anggota dari peserta menyampaikan pendapatnya baik tertulis maupun lisan tentang suatu masalah atau topik.Kemudian pendapat tersebut dibahas bersama anggota lainnya, sehingga diperoleh pendapat bersama.2

Menurut E. Mulyana diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematika yang diarahkan untuk memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan.3

1

Rostiyah, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rhineka Cipta. 2008) Cet. Ketujuh. hlm. 5.

2

Siti Sahara, Mahmudah Fitriyah ZA, dan E. Kusnadi, Keterampilan Berbahasa Idonesia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009), Cet. Ketiga. hlm. 18.

3

E. Mulyana, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenagkan, (Bandung: Rosda Karya, 2006), hlm. 116.


(20)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah salah satu bentuk komunikasi dua arah, di mana terjadi proses tukar pikiran atau ide, baik antara siswa dan siswi ataupun siswa dengan guru untuk memecahkan masalah.

Metode diskusi merupakan metode yang biasanya dipergunakan dalam pembelajaran orang dewasa, karena mereka dapat berpartisipasi aktif untuk menyumbangkan pikiran, gagasan dalam kegiatan diskusi.Jika dalam metode ceramah hanya terjadi komunikasi satu arah, maka metode diskusi terjadi banyak arah.Dengan demikian, metode diskusi adalah menggunakan pendapat dan gagasan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat.

2. Tujuan Metode Diskusi

Tujuan diadakannya diskusi yaitu untuk menyampiakn informasi tentang suatu objek kepada suatu kelompok , mendiskusikan tentang suatu objek kepada suatu kelompok, dan mendiskusikan tanggapan terhadap infomasi tersebut sehingga tercapailah keinginan untuk memperkaya, menyempurnakan, atau mengubah pendapat perorangantentang suatu masalah atau topik menjadi pendapat kelompok yang lebih lengkap dan sempurna.4

Tujuan diskusi pada umumnya adalah mencari pemecahan masalah, dari sinilah muncul bermacam-macam jawaban yang perlu dipilih satu atau dua jawaban yang logis dan tepat guna dari bermacam-macam jawaban yang lain untuk mencapai mufakat atau persetujuan.5Diskusi merupakan perkumpulan dua orang lebih yang memiliki permasalahan untuk menemukan jalan pemecahan masalah tersebut secara bersama sebagai bahan pembuat kesimpulan.

4

Ibid. hlm. 18.

5

Sudiyono, Triyo Supriyanto dan Moh. Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), hlm. 125.


(21)

3. Jenis-jenis Metode Diskusi

Selama ini, dalam pembelajaran orang dewasa, dikenal banyak macam metode diskusi dan seorang guru atau fasilitator dapat memilih salah satu atau gabungan dari berbagai teknik ini sehingga mampu memberikan berbagai variasi bagi siswa dalam belajar sehingga tidak membosankan. Adapun macam-macam diskusi adalah sebagai berikut :

a. Whole group

Whole group merupakan diskusi kelas di mana para pesertanya duduk

setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pimpinan, dan topik yang akan dibahas sudah direncanakan sebelumnya.6

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang peserta, dan diskusi kelompok besar yang terdiri dari tujuh sampai lima belas orang. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris.Para anggota diskusi diberi kesempatan berbicara atau mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah.Sementara itu, Kang dan Song mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama.7

c. Buzz group

Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri tiga sampai empat orang peserta.Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar peserta didik dapat bertukar pikiran dan bertatap muka dengan mudah.Diskusi ini biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

6

M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 40.

7

Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa: dari Teori Hingga Aplikasi,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Kedua. hlm. 97.


(22)

d. Panel

Yang disebut panel di sini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri dari tiga sampai enam orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik tertentu dan duduk dalam semi melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator.Panel ini secara fisik dapat berhadapan langsung dengan audiensi atau dapat juga secara tidak langsung.Sebagai contoh diskusi panel yang terdiri dari para ahli ini para audien tidak turut bicara, tetapi dalam forum tertentu para audien diperkenankan untuk memberikan tanggapannya.8

e. Syndicate group

Adalah suatu kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil dengan anggota tidak lebih dari lima orang. Masing-masing kelompok kecil tersebut melakukan diskusi tertentu, dan tugas ini bersifat sementara.Fasilitator dalam hal ini guru memberikan penjelasan secara umum dan garis besar permasalahan, kemudian tiap-tiap kelompok kecil

(syndicate) diberi tugas mempelajari suatu parkrit tertentu yang berbeda

dengan kelompok kecil lainnya.Jika memungkinkan seorang guru menyediakan referensi.Setelah kelompok bekerja sendiri-sendiri, kemudian masing-masing kelompok menyajikan hasil diskusinya dalam siding pleno untuk dibahas lebih lanjut.9

f. Simposium

Dalam simposium biasanya terdiri dari pembawa makalah, moderator, dan notulis, serta beberapa peserta simposium. Pembawa makalah diberi kesempatan untuk menyampaikan makalahnya di muka peserta secara secara singkat (antara sepuluh sampai lima belas menit). Sesudah persentasi, para anggota simposium diperkenankan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para peserta atau mengadakan suatu panel

8

M. Basyirudin Usman,op.cit, hlm. 41.

9


(23)

diskusi di antara mereka sendiri.10Bahasan diskusi kemudian disimpulkan dalam bentuk rumusan hasil simposium.

g. Informal debate

Biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi dua tim yang agak seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan. Fasilitator memberikan persoalan yang sama kepada kedua kelompok tersebut dan memberikan tugas yang bertentangan, yaitu satu

kelompok yang “Pro” dan satu kelompok yang “Kontra”.

h. Fish bowl

Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan dipimpin oleh seorang ketua untuk mencari suatu keputusan.Tempat duduk diatur setengah melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap peserta diskusi.Kelompok pendengar duduk melingkari kelompok diskusi yang seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkok.Selama diskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang telah disediakan.Apabila ketua diskusi mempersilahkannya berbicara, maka dia boleh bicara dan kemudian meninggalkan kursi tersebut setelah selesai bicara.

i. The open discussion group

Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam mengemukakan pendapat, mendengarkan dengan baik, dan memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah kelompok yang baik terdiri antara tiga sampai Sembilan orang peserta. Dengan diskusi ini dapat membantu para siswa belajarr mengemukakan pendapat secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa yang dikemukakan oleh orang lain dan dapat menilai kembali pendapatnya.

10


(24)

j. Brainstorming

Brainstorming ialah aktivitas dari sekelompok kecil yang telah berkumpul

untuk memproduksi/menciptakan gagasan baru, original, praktis sebanyak-banyaknya.11

Bentuk diskusi ini menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri delapan sampai dua belas orang peserta.Setiap anggota kelompok diharapkan dapat menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide yang ditemukan atau dianggap benar.12

Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan di atas, Engkoswara, dalam bukunya Dasar-dasar Metodologi Pengajaran hanya membagi jenis diskusi menjadi lima, tiga diantaranya telah disebutkan sebelumnya yakni simposium, diskusi panel, dan buzz group. Adapun yang belum dijelaskan berikit ini : a. Diskusi kelas

Guru mengajukan persoalan kepada seluruh kelas, kemudian ditanggapi oleh anak-anak. Guru berfungsi sebagai pengatur, pendorong, dan pengarah pembicaraan. Pimpinan diskusi dapat juga dilakukan oleh anak.Diskusi semacam ini tampaknya cukup formal karena itu ada kalanya disebut juga sebagai diskusi formal.Pembicaraan diatur oleh ketua diskusi.Siapa saja yang siap berbicara kadang-kadang harus mencatatkan diri, baru kemudian diperkenankan berbicara.Segala pembicaraan dicatat oleh penulis dan pada akhir diskusi diajukan beberapa kesimpulan untuk ditanggapi anggotanya. b. Diskusi kuliah

Seorang pembicara, guru atau seorang anak berbicara di mula kelas mengemukakan persoalannya sekitar 20 atau 30 menit.Setelah itu, diadakan pertanyaan-pertanyaan.Diskusi terbatas pada satu persoalan yang dikemukakan pembicara, sehingga melalui diskuisi semacam itu persoalan diharapkan dibicarakan dan dipelajari secara mendalam.

11

Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, (Jakarta: Erlangga, 1982), hlm. 199.

12


(25)

Pembagian jenis-jenis diskusi itu pada dasarnya sama, yang membedakan dari kedua penjelasan itu adalah teknik penyajian materi dan jumlah pembagian siswa dalam setiap kelompok diskusi.13

4. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi

Diskusi sebagai satu metode yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tentunya tidak terlepas dari kelemahan dan kelebihannya. a. Kebaikan

1) Suasana hidup dan dinamis.

2) Mempertinggi partisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya baik secara individu atau kelompok.

3) Merangsang siswa untuk mencari jalan pemecahan masalah yang dihadapi bersama dengan jalan bermusyawarah turun rembuk bersama-sama.

4) Melatih sikap kreatif dan dinamis dalam berpikir.

5) Menumbuhkan sikap toleransi dalam berpendapat maupun bersikap.

6) Hasil diskusi dapat disimpulkan dan mudah dipahami.

7) Memperluas cakrawala dan wawasan berpikir peserta diskusi. b. Kekurangan

1) Kemungkinan siswa yang tidak ikut aktif dijadikan kesempatan untuk main-main dan mengganggu teman yang lain.

2) Apabila suasana kelas tidak dapat dikuasai, kemungkinan penggunaan waktu tidak efektif dan dapat berakibat tujuan pengajaran tidak tercapai.

3) Sulit memprediksi arah penyelesain diskusi. Hal ini terjadi jika proses jalannya diskusi hanya merupakan ajang perbedaan pendapat yang tidak ada ujung penyelesaiannya.

13

Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. Kedua.hlm. 52.


(26)

4) Siswa mengalami kesulitan untuk mengeluarkan pendapat secara sistematis. Terutama bagi siswa yang memiliki sifat pemalu dan rasa takut mengeluarkan pendapat.

5) Kesulitan mencari tema diskusi yang actual, hangat, dan menarik untuk didiskusikan.14

B.JENIS-JENIS KARANGAN 1. Pengertian Karangan

Karangan merupakan suatu proses menyususn, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh.Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik pokok atau bahasan.Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih laus dari alinea.15

Menurut Keraf karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya.

2. Jenis-jenisKarangan a. Karangan Narasi

1) Pengertian Karangan Narasi

14

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 45.

15

Lamudin Finoza, S.S., Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, (Jakarta: Diksi Insan Mulia), 2008, hlm. 228.


(27)

Karangan narasi ialah suatu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.16

2) Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi

a. Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa

b. Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir

c. Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian

d. Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci

Berdasarkan karakteristik karangan narasi di atas disimpulkan karangan narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian cerita berdasarkan urutan waktu, yang terdapat nama-nama tokoh di gambarkan secara terperinci.

3) Jenis-jenis Karangan Narasi

a) Narasi Ekspositoris (Narasi Fakta)

Narasi Ekspositorisadalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang(biografi).Narasi ekspositoris bersifar nonfiktif yang disajikan dalam bahasa denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca secara rasional.17Contoh Narasi Ekspositorik (Narasi Fakta):

Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan

16

Jos Daniel Parera, op.cit,hlm. 3.

17

Ninik M. Kuntarto, cermat dalam berbahasa teliti dalam berpikir, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 20110), Cet. VIII, hlm. 227.


(28)

Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948.

b)Narasi Sugestif (Fiksi)

Narasi Sugestif (Fiksi)adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.Contoh narasi fiksi:

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah.Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak.Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.

4) Perbedaan antara narasi ekspositotis dan narasi sugestif yaitu sebagai berikut :


(29)

Tabel 1

Perbedaan Antara Narasi Ekspositotis dan Narasi Sugestif18

No Narasi Sugestif Narasi Ekspositoris

1 Menyampaikan sesuatu makna atau suatu amanat yang tersirat.

Memperluas pengetahuan.

2 Menimbulkan daya kahayal. Menyampaikan informasi faktual mengenai suatu kejadian 3 Penalaran hanya berfungsi sebagai

alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

4 Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik beratkan pada penggunaan kata-kata konotatif.

Bahasanya lebih condong ke bahasa inofatif dengan menitik beratkan pada penggunaan kata- kata denotatif.

b. Karangan Deskripsi

1) Pengertian karangan deskripsi

Deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan atau mengambarkan mengenai suatu benda, suasana, tempat, dan hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.Pelukisan untuk karangan deskripsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ditangkap atau diserap oleh pancaindera.19

18

M. Yunus, Menulis 1, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 8.29.

19

R. Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 166.


(30)

2)Jenis paragraf deskripsi:

a) Deskripsi teknis/ekspositoris/fakta

Deskripsi teknis adalah deskripsi yang diterangkan dalam karangan atau paragraf yang memberikan uraian langsung dan objektif mengenai rupa, letak, atau struktur sesuatu.Contoh deskripsi berisi fakta:

Hampir semua pelosok Mentawai indah.Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan.Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna.Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai.Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata. b) Deskripsi sugestif/fiksi

Deskripsi sugestif adalah deskripsi yang membangkitkan kesan atau impresi tentang tempat, pemandangan, atau orang yang membentuk atau menyusun wacana khusus.Contoh deskripsi berupa fiksi:

Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Berdasarkan pengertian dan contoh dari kedua karangan deskripsi di atas perbedaan antara deskripsi ekspositoris dan deskripsi sugestif adalah terletak pada penggambaran suatu objek yang kebenarannya dapat dibuktikan (deskripsi ekspositori), sedangakan deskripsi sugestif adalah penggambaran khayalan suatu objek yang kebenarannya masih diragukan.

c. Karangan Eksposisi

1) Pengertian karangan eksposisi

Karangan atau pemaparan karangan yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan pokok pikiran yang dapat memperluas


(31)

pandangan dan pengetahuan seseorang.20 Karangan eksposisi karangan yang berusaha memaparkan atau menjelaskan sesuatu hal sehingga apabila pembacanya membaca tulisan eksposisi akan menambah pengetahuan baru.

2) Ciri-ciri karangan eksposisi

a) Menjelaskan dan menguraikan. Artinya tidak memaksa apa yang diuraikan harus diikuti pembaca. Ibarat pembuat jalan, tidak memilih selera pembeli, yang penting dibuat dan dijual, diserahkan kepada pembeli.

b) Contoh dan sejenisnya bagi paparan hanya untuk menjelaskan. c) Gaya pemaparan bernada informatif.

d) Penutup dan akhir paparan bernada menjelaskan kembali apa yang diuraikan.

e) Fakta yang dikemukakan hanya dijadikan alat untuk membantu perumusan masalah yang dikemukakan.21

Untuk memahami karangan eksposisi adalah karangan ini menyajikan penjelasan, pemaparan, penguraian tentang suatu hal yang bersifat fakta dan tujuan akhirnya berharap pembaca pengetahuannya bertambah.

3) Teknik Karangan Eksposisi

a) Teknik Identifikasi (Metode Deskripsi)

Teknik Identifikasi adalah sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan jelas.Contoh Teknik Identifikasi (Metode Deskripsi)22

Memilih Lemari Pakaian yang Tepat

20

Anwar Hasnun, Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis, (Yogyakarta: Absolut, 2004), hlm. 185.

21

Ibid, hlm. 185-186.


(32)

Lemari pakaian merupakan salah satu furniture yang menjadi elemen pendukung dalam menciptakan keindahan dalam kamar.Namun sayangnya, hal ini kerap luput dari perhatian sehingga pemilihannya pun hanya dititik beratkan pada masalah fungsi. Padahal ada hal lain yang terkait di dalamnya.

Berikut beberapa hal yang mampu mendongkrak estetika lemari pakaian.Pemilihan material ini bisa disesuaikan dengan nuansa yang digunakan di kamar tidur.kayu merupakan jenis material yang umum digunakan karena sifatnya yang mampu memberikan kesan elegan sekaligus klasik dalam kamar.

Pintu lemari pun bisa menggunakan beberapa desain, selain terbuka ke bagian luar.Untuk rangka yang tidak terlalu besar.Ukuran pintu merupakan salah satu penentu harmonisasi desain ruangan dalam menciptakan kenyamanan bagi pemilik kamar.

b) Teknik Perbandingan

Teknik Perbandingan adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kesamaan-kesamaan atau perbedaan-perbedaan antara satu hal dengan hal yang lain.Contoh teknik perbandingan:23 Rata-rata kyai tradisional adalah hasil didikan pesantren tradisional (salaf).Dan hal ini tidak berbeda dengan para kyai di India yang

umumnya lulusan “pesantren salaf” Darul Ulum,

Deoband.Deoband adalah sebuah daerah sejauh kurang lebih 150 km dari New Delhi salah satu pesantren tertua di India (didirikan pada 30 Mei 1866).Dilihat dari usianya sebenarnya pesantren ini tidak jauh berbeda usianya dengan pesanten-pesantren tua di Indonesia yang terkenal, seperti Lagitan, Sidogiri, Lirboyo, Tebuireng, dll.

c) Teknik Ilustrasi

23


(33)

Teknik ini berusaha memberikan gambaran, contoh-contoh, atau penjelasan yang khas dan nyata. Gambaran, contoh, dan penjelasan khusus tersebut digunakan untuk menggambarkan yang abstrak, sehingga apa yang dikemukakan dapat meyakinkan dan menambah efektivitas eksposisi.24Contoh teknik ilustrasi:

Hal yang hangat diperbincangkan adalah masalah poligami.

Anak-anak bung karno dari fatmawati punya istilah unik “hindul-hindul

markindul” untuk istri-istri bungkarno yang lain. Diantara guntur oekarno dan bapaknya, terdapat gentelman agreement, yang isinya

guntur berhak tidak mengenal dan mengakui “hindul-hindul” bung karno dan boleh melarang adik-adiknya berhubungan dengan mereka. Disamping itu, bung karno berjanji tidak akan

mengizinkan para “hindul-hindul” masuk kawasan istana mereka demi menjaga perasaan fatmawati dan anak-anaknya.

Sebagai imbalan guntur harus menghargai hak-hak bung karno

sebagai seorang muslim untuk menikah lebih dari satu. “memang

dalam soal tadi (poligami) bapak bertindak blak-blakan, demokratis, dan yang paling membuatku senang bahkan bangga adalah karena bapak dalam masalah tadi tidak bertindak hipokrit atau plinat-plinut apalagi sembunyi-sembunyi,” tulis guntur dalam bukunya.

d) Teknik Klasifikasi

Suatu metode untuk menempatkan barang-barang atau mengelompokkan bermacam-macam subjek dalam satu sistem kelas.Kelas-kelas tersebut merupakan suatu konsep mengenai ciri-ciri yang serupa yang harus dimiliki oleh barang-barang atau sekelompok subjek tertentu.Contoh teknik klasifikasi :25

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme.Objek kajiannya biasanya adlah

24

Ibid, hlm. 8.53.

25


(34)

semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungsi, alga mikroskopik, protozoa, dan archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupu sebenarnya ia tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.

Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri.Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri.Di dalamnya dipelajari struktur anatomi sel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan hidupnya.Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.

Sementara itu, protozoologi merupakan cabang biologi (dan mikrbahwa obiologi) yang mengkhususkan dari dalam mempelajari kehidupan dan klasifikasi protozoa. Secara klasik, objek pengkajiannya adalah empat kelompok besar protozoa:

amoeboidea, ciliata, flagellata, dan sporotozoa. Sekarang diketahui

bahwa keempat kelompok ini tidak banyak memiliki kemiripan secara genetik dan sering kali dibahas secara terpisah.

e) Teknik Analisis

Teknik Analisis adalahcara memecahkan suatu pokok masalah. Contoh Teknik Analisis :26

Dicangkok pun bisa

Tanaman anglonema atau akrab disebut sri rejeki ini memiliki ragam spesies yang cukup banyak dan mempunyai beberapa varientas terkenal. Ada cara yang digunakan kuntuk mengembangbiakan aglonema ini, di antaranya yaitu dengan anakan dan pencangkokan.

f) Teknik Definisi

Teknik definisi adalah Penjelasan terhadap arti kata atau pengertian suatu kata, frasa, atau kalimat.ContohTeknik Definisi:27

26

Ibid, hlm. 8.58.

27


(35)

Pada dasarnya, saat seseorang membaca kritis dia melakukan keghiatan membaca dengan bijaksana, penuh tegangan hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis.Membaca kritis adalah kemampuan memahami makna tersirat sebauah bacaan.Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir dan bersikap kritis.Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.

Selain itu, dikemukakan pula bahwa membaca kritis merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan.Membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya.

4) Perbandingan Teknik Karangan Eksposisi

No Teknik Fungsi

1 Identifikasi Penjelasan ciri-ciri atau unsur-unsur suatu objek sehingga pembaca dapat mengenal objek tersebut

2 Perbandingan Menjelaskan sesuatu hal dengan hal yang lainya untuk mengungkapkan persamaan atau perbedaannya

3 Ilustrasi Menjelaskan khas dan nyata sehingga penjelasannya dapan meyakinkan pembaca 4 Klasifikasi Menjelaskan bermacam-macam subjek dalam

satu sistem kelas

5 Analisis Menjelaskan bagaimana memecahkan pokok masalah.

6 Definisi Menjelaskan arti kata atau pengertian suatu kata/kamus.


(36)

Berdasarkan teknik-teknik karangan eksposisi di atas maka kita dapat memberikan kesimpulan sesungguhnya karangan eksposisi karangan yang sebelumnya belum pernah dibaca oleh pembaca, ketika pembaca membaca tulisan yang berupa penjelasan kemudian pembaca merasakan efek dari tulisan tersebut itulah karangan eksposisi.

d. Karangan Argumentasi

1) Pengertaian Karangan Argumentasi

Karanganargumentasi merupakan salah satu bentuk karanagan yang berusaha mempengaruhi pembaca dan pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didaskan pada pertimbangan logis maupun emosional.28

Karangan argumentasi isi bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, doktrin, sikap, dan contoh nyata.

2) Kategori karangan argumentasi

a) Pernyataan : sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penulis sehingga dapat diterima dengan alas an-alasan mendasar yang dapat ditunjukan.

b) Alasan : bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk mendukung pernyataan.

c) Pembenaran : pernyataan yang menunjukan kaidah-kaidah umum untuk mempertahankan pernyataan.

d) Pendukung : kriteria yang digunakan untuk membenarkan pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran

e) Modal : kata atau frasa yang menunjukan derajat kepastian atau kualitas suatu pernyataan.

f) Sanggahan : lingkungan atau situasi di luar kebiasaan yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan.

28


(37)

3) Teknik pengembangan karangan argumentasi 1) Teknik Induktif

Adalah salah satu teknik pengembangan karangan argumentasi yang memulai penulisannya dengan bukti-bukti kemudian atas bukti tersebut ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Contoh teknik induktif:

Para ahli mencoba membandingkan wilayah dua pengendali bahasa di dalam otak wanita dengan yang terdapat pada otak pria.Mereka ternyata menemukan bahwa pusat Wernicke yang membantu menginterpretasikan kata-kata dan suara, 30% lebih banyak pada wanita daripada pria.Begitu juga dengan daerah Broca yang mengatur memproduksi bahasa, pada wanita lebih besar dari 20% dibandingkan dengan pria.Perbedaan ini diduga karena kombinasi program genetik dan perkembangan otak wanita yang lebih cepat pada masa kanak-kanak.Perbedaan itulah yang menyebabkan wanita lebih banyak berbicara daripada pria.

Teknik induktif teknik mengambil kesimpulan khusus-umum, karena itu kesimpulan dari tulisan di atas ada di akhir paragraf yaitu perbedaan otak pria dan wanita.

2) Teknik Deduktif

Adalah salah satu teknik pengembangan karangan argumentasi yang mengawali tulisan kesimpulan umum dilanjutkan hal-hal yang khusus. Contohteknik deduktif :

Perkembangan fisik seseorang sangat dipengaruhi pertumbuhan sel otaknya sejak ia dalam kandungan hingga melewati masa anak-anaknya. Pertumbuhan sel otak ini biasanya terjadi dari usia nol hingga tiga tahun. Karena itu, selagi hamil, menyusui, hingga anak tumbuh berkembang, si ibu sangat perlu untuk memperhatikan pasokan gizinya.


(38)

Teknik deduktif teknik mengambil kesimpulan umum-khusus, karena itu kesimpulan dari tulisan di atas ada di awal paragraf yaitu pekembangan sel otak anak.

e. Karangan Persuasi

1) Pengertian karangan persuasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persuasi adalah ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alas an dan prospek baik yang meyakinkan; atau dengan bujukan halus.

Karangan Persuasi adalah Karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang.29

2) Ciri-ciri karangan persuaif

a) Memuat pernyataan factual, memaparkan alasan, mempengaruhi pembaca, dan membuat asumsi/kesimpulan.

b) Meyertakan perasaan di samping menyertakan logika. c) Mencari efek tanggapan emosional.

d) Biasa dipergunakan dalam dunia politik, pendidikan, advertasi, dan propaganda.30

3) Macam-macam Persuasi a) Persuasi Politik

Persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan.Contohpersuasi politik:31

Pada masa pemilu banyak kontestan parpol yang menggunakan tokoh tertentu untuk keperluan kampanye agar masyarakat dapat terpengaruh dengan ucapan tersebut.Tidak sedikit para ustad atau tokoh tertentu yang dijadikan alat untuk mempengaruhi masyarakat agar meyakini partai yang disarnkannya.

29

Lamuddin Finoza, op.cit, hlm. 247.

30

M. Yunus, dkk, op.cit, hlm. 9.19.

31


(39)

b) Persuasi Pendidikan

Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.Contoh persuasi pendidikan:32

Seorang pelajar yang tidak lulus ujian kemudian menjadi frustasi. Ia disadarkan oleh seorang guru dengan cara diajak berdialog untuk menyadarkan bahwa sesungguhnya pelajar itu masih menyimpan banyak potensi lain selain masalah pelajaran. Potensi lain itupun jika diangkat dan dikembangkan akan berate bahkan bisa melebihi keberhasilan di sekolah. Seperti halnya hobi olahraga, hobi musiknya, keahlian dalam bidang seni atau organisasi yang dimasukinya yang dapat menambah nilai positif sang pelajar setelah akhirnya pelajar itu menyadari kekeliruannya dan dia bertekad mengembankan hobi yang dimilikinya sehinggga berkembang dan menjadi andalan keberhasilannya. Cara ini dinamakan kompetensi dari tujuan yang semula gagal.

c) Persusai Iklan/Advertensi

Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Conotoh persuasi iklan:33

Jika senang bepergian, Anda tentunya memiliki banyak persiapan dalam menghadapi liburan ini. Persiapan yang terpenting adalah kesehatan fisik. Anda tidak mungkin dapat berlibur jika terserang penyakit.Oleh karena itulah, kami ciptakan sebuah produk multivitamin terbaik. Selain vitamin A, B kompleks, dan vitamin C, multivitamin ini pun diperkaya oleh vitamin D yang dapat menguatkan tulang, serta vitamin E agar kulit Anda senantiasa

32

Ibid, hlm. 249.

33


(40)

sehat. Dengan tubuh yang sehat dan bugar, berbagai aktivitas dapat Anda lakukan dengan bersemangat. Jika Anda ingin senantiasa sehat dan mendapatkan khasiat dari X-C, segera kunjungi apotek terdekat di kota Anda. Dijamin, Anda tidak akan pernah merasa kecewa.

d) Persuasi Propognda

Objek yang disampaikan dalam persuasi propoganda adalah Informasi.Dengan informasi pembaca atau pendengar mau atau Sadar untuk berbuat sesuatu.Contoh persuasi propaganda :34

Kolusi di mana-mana sudah menutup kesempatan kerja kita.KKN telah menghilangkan bagian terbesar dari bangsa ini mendapatkan kesempatan di berbagai lini kehidupan. Ketimpangan, kebodohan, kemiskinan, kejahatan sosial, dan ketidakberdayaan tidak pernah akan lenyap dari bumi ini jika tidak kita lawan. Marilah kita mulai dari diri kita masing-masing tersebut, bertindak , dan berperilaku yang sadar. Jika sedikit saja kita bertindak salah, dapat menyebabkan gambaran kesengsaraan itu tidak akan hilang (semakin lestari). Kita bangkit dari keterpurukan seperti kupu-kupu berusaha keras keluar dari kepompong yang menutupinya. e) Persuasi Pemindahan

Suatu metode penulisan yang berupaya menjadikan sasaran sebagai orang yang dikenai suatu perbuatan atau korban akibat kelemahannya.Contoh persuasi pemindahan:

Seorang guru melampiaskan kemarahannya kepada siswanya sebagai pemindahan dari kemarahan kepada keluarganya atau kemarahan sesama guru. Seorang atasan memarahi bawahannya karena persoalan lain yang sedang dihadapinya. Dapat dikatakan pemindahan seperti itu sebagai pengambinghitaman.

34


(41)

f. Karangan Campuran

Karangan campuran adalah karangan yang isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Contoh karangan campuran :35

Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil, hingga pada akhirnya saya membaca iklan Impression di harian Kompas, Minggu, 7 November 1993. Saya seperti mendapat firasat, inilah program yang tepat.(Narasi)

Dalam waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang 5 kg.Waktu hal ini saya kabarkan pada puteri saya.Maya, yang sekolah di New York, anak saya mengatakan, “Ya, program itulah yang saya maksudkan, Mama, di sini (Amerika) juga pengikut program tersebut

yang berhasil.”(Deskripisi)

Selama mengikuti program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek samping, sangat mudah dan menyenangkan. (Eksposisi)

Bagi saya saat ini terasa begitu ceria, muka berseri, tubuh enteng, baju-baju lama dapat dipakai kembali, bahkan banyak teman yang jadi

panglingakan penampilan saya. (Eksposisi)

Tetapi, penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hamper setengah abad ini. Program Impession ternyata memulihkan kesehatan saya, tekanan darah menjadi normal, kembali rata-rata 120/80, kadar gula dan kolestrol normal, pokoknya semua terasa segar dan ringan. (Eksposisi)

Ny.Lusia Susanto, seorang pigur tokoh pendidikan dan wiraswasta yang sukses, ibu dari tiga orang putra-putri pembimbing sekitar 10.000 siswa dari bimbingan belajar, pendidikan computer & akuntansi, bahasa inggris, sekertaris, program pendidikan Magister Management (M.M.), mendapat predikat sebagai Kharisma Puteri

Kebaya Kartini ’94 dan Citra Eksekutif Indonesia 1994 setelah

mengikuti program Impression. (Eksposisi)

35


(42)

C. KERANGKA BERPIKIR

Belajar pada intinya adalah proses memperoleh berbagai pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Proses belajar ini dapat terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal, sekolah mempunyai peranan penting dalam mendewasakan peserta didik agar menjadi masyarakat yang berguna.Utuk tujuan tersebut sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dan kurikulum sebagai bahan mentahnya.

Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting, tetapi tidak bisa dipisahkan peranan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan. Khususnya dalam hal pemberian materi pelajaran.Agar pembelajaran lebih efektif guru dituntut untuk menguasai manajemen kelas atau pengelolaan kelas.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang diajarkan di dalam kelas pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukan bahwa bahasa Indonesia itu memegang penting kedudukannya. Diajarkan bahasa Indonesia dalam semua jenjang pendidikan ternyata tidak membuat prestasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan yang diharapkan.

Kembali mengingat tingkat kelulusan SMA dan MA tingkat kelulusan bahasa Indonesia pada tahun 2011 dari 1.786 siswa, empat diantaranya tidak lulus pada mata pelajaran bahasa Indonesia, jumlah tersebut merupakan jumlah kedua setelah mata pelajaran Matematika.36

Dari data di atas menunjukan rendahnya kemampuan bahasa Indonesia siswa. Rendahnya nilai kemampuan bahasa Indonesia siswa setidaknya disebabkan oleh siswa cenderung mnyepelekan pelajaran bahasa Indonesia, kurang ketelitian dalam mengidentifikasi soal hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa membaca.

36

Arif Hulwan, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok. http://www.mediaindonesia.com/read/2011/230703/293/14/UN-Bahasa-Indonesia-Kembali-Jadi-Momok. Sabtu, 6 Juli 2013.


(43)

Strategi merupakan suatu rencana tentang penggunaan dan pemanfaatan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan aktivitas dan efesiensi dalam pembelajaran.Khususnya dalam meningkatkan minat baca siswa di sekolah sehingga siswa diharapkan mampu mengidentifikasi bacaann dengan benar. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia masih berpusat pada guru yakni dengan menggunakan metode ceramah.

Strategi yang diubah oleh peneliti dalam mengidentifikasi bacaan dalam hal ini mengidentifikasi jenis karangan yaitu metode diskusi karena metode diskusi tidak lagi diarahkan oleh guru, tetapi siswa diberi kemampuan untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri.Melalui metode diskusi pula dapat mengubah pola perilaku afektif siswa secara konkrit.

D. PENGAJUAN HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah diajukan di atas maka hipotesis penelitian dapat dirumusakan sebagai berikut: Terdapat pengaruh positif penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa Indonesia di kelas XI SMK Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011-2012. Diharapkan dengan menggunakan metode diskusi sebagai sumber belajar lebih memudahkan siswa dalam mengidentifikasi jenis karangan.

Jika dirumuskan dalam rumus statistka sebagai berikut:

Keterangan :

: Tidak ada pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan.

: Terdapatpengaruh metode diskusi terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan.

: Pengaruh metode diskusi sebagai sumber belajar nonformal (x) terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis karangan.


(44)

31 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Al Kautsar Jakarta Selatan. Sekolah ini sengaja di jadikan objek penelitian karena :

1. letaknya yang strategis,

2. tersedianya laboratorium komputer dan WIFI, dan

3. keadaan kelas yang cukup kondusif (jumlah siswa tiap kelas tidak lebih dari tiga puluh orang).

Dalam Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Dimulai dengan uji coba instrument, kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan terhadap kelas eksperimen, dan diakhiri dengan pemberian posttest untuk mendapatkan skor hasil belajar dari materi yang telah diberikan.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yakni penelitian yang dilihat dan meneliti adanya akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variable bebasnya.1 Variabel bebas dibagi ke dalam dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode diskusi sebagai metode pembelajaran, dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang hanya menggunakan buku pelajaran dan LKS sebagai sumber belajar.

2. Desain Penelitian

Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah pretest-posttest

equivalent group design, yaitu kelompok eksperiment dan kontrol sebelum

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekaan Praktek (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 2006), hlm. 6.


(45)

dilakukan perlakuan diobservasi untuk menjamin bahwa kedua kelompok tersebut sebelum mendapat perlakuan adalah sama dan jika berbeda itu dapat dikendalikan.2 Pada akhir penelitian subjek diberikan posttes. Subjek diambil dari kelompok tertentu yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan dari metode ini yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain yang menjadi objek penelitian melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisa serta pengambilan kesimpulan.

Tabel 3 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

Eksperimen : Kelompok yang menggunakan metode diskusi sebagai metode pembelajaran

Kontrol : Kelas yang menggunakan buku paket dan LKS sebagai sumber belajar

X1 : Perlakuan dengan menggunakan metode diskusi

sebagai metode pembelajaran

X2 : Perlakuan dengan menggunakan buku paket dan

LKS sebagai sumber belajar O1 : Pemberian pretest

O2 : Pemberian posttest

2 Ronny Kountour, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta: Penerbit PPM, 2005), hlm. 127.


(46)

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Suharsimi Arikunto mendefinisikan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Adapun populasi menurut Agus Suradika diartikan jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak diduga.4 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Al Kautsar Jakarat. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas XI SMK Al Kautsar Jakarat. Untuk penentuan kelas yang diapakai sebagai sampel (kelompok eksperimen) dilakukan dilakukan dengan cara cluster random

sampling, yaitu memilih salah satu atau beberapa kelompok secara sampel

random sampling sebagai sampel.5

2. Sampel

Menurut Anas Sudjiono sampel adalah suatu proposisi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisa.6 Menurut Moh. Hariyadi sampel adalah cara pengumpulan data dengan jalan mencatat atau meneliti sebagian kecil dari seluruh elmen yang menjadi objek penelitian.7 Sedangkan menurut Agus Suradika adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi.8

Pada penelitian ini sampel diambil secara acak dengan cara mengambil dua kelas, yaitu kelas XI AP (kelompok eksperimen) dan kelas XI TKJ (kelompok kontrol).

3 Suharsimi Arikunto, op,cit, hlm. 130-131.

4 Agus Suradika, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UMJ Press, 2000), hlm. 37. 5 Ronny Kountor, op.cit, hlm. 142.

6 Anas Sudjiono, Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 266. 7 Moh. Hariyadi, Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2009), hlm. 14. 8 Agus suradika, op.cit, hlm. 37.


(47)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian secara langsung ke objek yang diteliti dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:

1. Eksperimen, peneliti menganalisis secara langsung ke lapangan untuk membandingkan dua perlakuan yaitu dengan menggunakan metode diskusi sebagai metode pembelajaran formal dan metode ceramah. 2. Tes, hasil tes ini kemudian akan dijadikan acuan berhasil atau

tidaknya eksperimen penerapan dengan penggunaan metode diskusi sebagai metode pembelajaran formal.

3. Instrumen yang digunakan berupa tes objektif, dimaksudkan untuk mengukur aspek kongnitif siswa yang menyangkut penguasaan konsep.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian atau bisa dikatakan sebagai variabel atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas (X) adalah pengguna metode diskusi sebagai salah satu metode pembelajaran dengan pola konvensional atau sebagai kontrol dan variabel terikat (Y) adalah hasil belajar bahasa Indonesia.

F. Instrumen Penelitian 1. Tes Objektif

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif yang berupa pilihan ganda. Masing-masing item pada soal pilihan ganda terdiri lima alternatif jawaban dengan satu jawaban yang benar.


(48)

Kisi-kisi instrument tes pilihan ganda dibuat berdasarkan kurikulum KTSP bahasa Indonesia untuk SMA kelas XI. Adapun kisi-kisi instrument tes dapat dilihat dari tabel berikut:9

Tabel 4 Kisi-kisi Instrument Konsep

PB/SPB

Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir

Jumlah

C1 C2 C3 C4 Jml %

Megidentifikasi Karangan:

a. Karangan Narasi 13 4, 5, 14, 16

26 6 20

b. Karangan Deskrpsi 12 6, 15 11 10 5 17

c. Karangan Eksposisi 8 30 7, 29 9 5 17

d. Karangan Argumentasi 3, 18, 19, 20, 24

17 6 20

e. Karangan Persuasi 2 23, 28 1, 21, 22

6 20

f. Karangan Campuran 25 27 2 6

Total 10 7 6 7

30% 100% Persen 34% 23% 20% 23 %

Keterangan:

C1 : Ingatan (recalling) C3 : Penerapan (application) C2 : Pemahaman (comprehension) C4 : Analisis (analysis)

2. Lembar Observasi

Teknik nontes dalam penelitian ini berupa observasi. Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. 10

9 Lampiran 3, hlm. 122.

10 M. Hariwijaya dan Trinton, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Oryza, 2007), hlm. 63.


(49)

Melalui kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dilakukan untuk mengadakan pencatatan mengenai aktivitas siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi pada pembelajaran di dalam kelas. Data yang diperoleh dari lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menggunakan metode diskusi sebagai sumber belajar. Analisis persentase tiap aspek keterampilan bahasa Indonesia siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Persentase = Skor yang diperoleh X 100% Skor ideal yang diharapkan

3. Lembar Angket

Angket adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengungkapkan pendapat, keadaan, kesan yang ada pada responden sendiri maupun di luar dirinya. Angket menurut Ramlan A. Gani adalah pertanyaan yang digunakan untuk menjaring pendapat (opini) orang tentang sesuatu.11 Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesai dengan menggunakan metode diskusi sebagai sumber belajar. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala likert. Cara kerja ada skala ini yaitu siswa memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan respon dengan memilih:

SS : jika sangat setuju S : jika setuju TS : jika tidak setuju STS : jika sangat tidak setuju

Analisis persentase sikap siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

11 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah ZA., Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2011), hlm. 143.


(50)

G. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Data diperoleh melalui instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif (pilihan ganda) sebanyak 30 soal. Sebelum instrumen digunakan, instrumen tersebut harus terlebih dahulu memenuhi uji validitas dan uji reliabilitas. Selain itu, dicari taraf kesukaran dan daya beda tes dengan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan jumlah mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas konstrak. Validitas ini

(content validity) sering pula dinamakan validitas kurikulum yang

mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur.

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur sesuai dengan domain dan tujuan khusus tertentu yang sama dengan isi pelajaran yang telah diberikan di kelas. Selain itu perlu dilakukan validitas empiris. Untuk itu instrumen tes harus diajukan untuk mendapatkan validitas butir soal atau validitas item, untuk mengukurnya peneliti akan menggunakan rumus korelasi point bilateral:12

= √

: koefisien korelasi biserial

: rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar : rerata skor total

S : standar deviasi dari skor total P : populasi siwa yang menjawab benar q : populasi siswa yang menjawab salah (1-p)


(51)

Setelah didapat r hitung, maka dikonsultasikan dengan r tabel. jika

r hitung lebih besar dari r table, maka butir soal tersebut adalah valid,

dan jika r hitung lebih kecil dari atau r table, maka butir soal tersebut adalah tidak valid.

Hasil perhitungan valid dapat dilihat dalam table uji validitas lampiran 6. Setelah dikonsultasikan pada r tabel, dari 30 soal tes diperoleh 8 soal yang valid sedangkan soal tes yang tidak valid sebanyak 22 soal sehingga soal tersebut dibuang.13

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian alat tes tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Untuk reliabilitas ini digunakan rumus Richardson (KR-20):

=

[

]

: koefesien reliabilitas tes

k : banyaknya butir soal yang valid

p : proposisi peserta tes yang menjawaba benar q : proposisi peserta tes yang menjawab salah (1-p) : standar deviasi total yang valid

Hasil peerhitungan uji reliabilitas didapat koefesien reliabilitas instrument hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia dengan uji reliabilitas 0,95 dan termasuk ke dalam kategori tinggi.14

3. Uji Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dicari dengan menggunakan rumus:15

13 Lampiran 6, hlm. 135. 14 Lampiran 7, hlm. 136.


(52)

P=

P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal

Adapun tingkat kesukaran soal dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu mudah, sedang, dan sukar yang dapat dilihat pada table berikut.16

Tabel 5 Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Niali P

Sukar P > 0,3 Sedang 0,3 ≤ P 0, 7 Mudah P > 0,7

Dari hasil uji coba intrumen dan uji validitas kemudian reliabilitas diketahui bahwa terdapat 22 soal tergolong soal yang mudah, tidak ada soal yang tergolong sukar, dan 8 soal tergolonng soal yang sedang.17

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antar siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampaun rendah. Seluruh peserta tes akan dibagi dalam kelompok upper group (kelompok atas) dan lower group (kelompok bawah). Adapun cara menentukan daya beda dapat menggunakan rumus berikut:18

=

-: Indeks daya beda

16Ibid, hlm. 21.

17 Lampiran 8, hlm.137.


(53)

: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

: Banyak peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah

Adapun klasifikasi daya beda dapat dilihat pada table berikut:19 Tabel 6

Klasifikasi Daya Beda

Klasifikasi Daya Beda Indeks Daya Beda <0.00 (negatif) Tidak baik (soal dibuang)

0.00- 0.20 Jelek (poor)

0.21 - 0.40 Cukup (satisfactory) 0.41 – 0.70 Baik (good)

0.71 - 1.00 Baik sekali (excellent)

Dari tingkat daya beda instrument hasil belajar bahasa Indonesia pada konsep karangan diketahui bahwa soal yang tidak valid yaitu 14 soal tergolong soal yang jelek (poor), 6 Soal tergolong soal sangat baik (good), 4 Soal nomor tergolong soal yang cukup (satisfactory), dan 6 soal tergolong soal yang tidak baik (soal dibuang). 20

H. Teknik Pengumpulan Data

Dari penelitian ini akan diperoleh data berupa skor hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diperoleh melaluiu tes hasil belajar bahasa Indonesia pada pokok mengidentifikasi jenis karangan. Data yang dikumpulkan diambil melalui instrument penelitian yaitu berupa tes hasil belajar.

19Ibid, hlm. 218.


(54)

Adapun urutan pengumpulan data sebagai berikut:

1. Melakukan observasi untuk menentukan kelas-kelas yang akan dijadikan kelompok subjek penelitian serta menentukan kelas aksperimen yaitu kelas yang ditugaskan mencari, mendownload, dan menjadikan materi tersebut sebagai salah satu sumber selain buku pelajaran dan LKS serta kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaranbuku pelajaran dan LKS.

2. Memberikan perlakuan kepada kelas yang dijadikan subjek penelitian pada pembahasan mengidentifikasi karangan, dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menjadikan metode diskusi sebagai metode pembelajaran dan yang hanya menggunakan buku pelajaran dan LKS sebagai sumber belajar.

3. Memberikan soal pretest dan posttest tentang konsep mengidentifikasi karangan pada kedua kelas tersebut dengan soal yang sama.

4. Menilai hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok perlakuan, yaitu: kelompok atau kelas eksperimen yang diajar dengan metode diskusi sebagai salah satu metode pembelajarandan kelas kontrol yang diajar hanya dengan menggunakan buku pelajaran dan LKS sebagai sumber belajar, untuk selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dan dipersiapkan untuk membuat laporan penelitian.

I. Analis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu peneliti berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitiannya. Dalam analisis data dilakukan beberapa tahapan meliputi: uji normalitas, uji homogenitas, dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normamlitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau


(55)

tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors, dengan langkah-langkah sebagai berikut:21

1. Urutkan data yang terkecil sampai yang terbesar. 2. Tentukan nilai ̅

Dengan :

=

skor baku

=

skor data

=

nili rata-rata

=

simpangan baku

Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai

berdasarkan tabel

dan sebut dengan F

dengan aturan:

Jika

>0,

makaF

=

0,5 + nilai tabel Jika

<0,

makaF

=

1- (0,5 + nilai tabel)

3. Selanjutnya hitung , , , ………., yang lebih kecil atau sama dengan , jika proporsi ini dinyatakan oleh S( ), maka : S( ) = Banyaknya , , , ……….,

N

4. Hitunglah selisih F

-

S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. 5. Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai

ini kita namakan .

6. Memberikan interpretasi, dengan membandingkan dengan . adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors.

7. mengambil kesimpulan berdasarkan harga dan yang telah didapat. Apabila maka sampel berasal dari distribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(56)

1. Hipotesis

2. Membagi data menjadi dua kelompok

3. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya 4. Tentukan dengan rumus:

5. Tentukan kriteria pengujian:

a. jika maka diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen.

b. jika maka ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus t-tes untuk menguji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara siswa yang ditugaskan mencari dan menggunakan materi yang diperoleh dari metode diskusi sebagai salah satu metode pembelajaran dengan siswa yang hanya menggunakan buku pelajaran dan LKS sebagai sumber belajar.

Langkah-langkah pengujian hipotesis: a. Rumusan hipotesis

b. Tentukan uji statistik22 ̅ ̅

̅ : Rata-rata hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia siswa dari

22 Burhan Nugiantoro, dkk, Statistik Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2004). Hlm. 183-184.


(57)

kelompok eksperimen.

̅ : Rata-rata hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia dari kelompok kontrol.

: Standar deviasi

: Jumlah sampel kelompok eksperimen : Jumlah sampel kelompok kontrol c. Tentukan kriteria pengujian

Untuk mengetahui pengujian pada pengolahan data dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujian dengan melihat perbandingan antar .

d. Lakukan pengambilan kesimpulan

Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya ternyata: 1. , maka diterima

2. , maka ditolak J. Hipotesis Statistik

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Keterangan :

: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi.

: Rata-rata siswa yang diberikan pendekatan konvensional. K. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil atau siswa dinyatakan mengalami kemampuan mengidentifikasi jenis karangan apabila mencapai indikatir sebagai berikut:

1. Siswa mencapai ketuntasan minimum : 65


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Sekolah

1. Profil Sekolah SMK Al Kautsar Jakarta

Nama : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al Kautsar

Alamat : Jalan Jembatan Selatan No. 6 Blok A Pulo kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160.

a. Nama Yayasan : Yayasan kesejahteraan BKUI

b. Alamat : Jalan Jembatan Selatan No. 6 Blok A Pulo kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160

c. NSS : 342016306036

d. Jenjang Akreditasi : terakreditasi B e. Tahun didirikan : 1990

f. Tahun Beroperasi : 1990

g. Status Tanah : Milik Sendiri h. Status Bangunan : Milik Sendiri i. Keadaan Siswa 3 tahun terakhir ;

No Tahun Pelajaran Kelas Jumlah I II III

1 2006/2007 65 43 17 125 2 2007/2008 29 50 36 115 3 2008/2009 32 25 46 103

j. Data Ruang

1) Ruang Teori : 9 Ruang 2) Ruang Praktik : 1 Ruang


(59)

3) Ruang Tata Usaha : 1 Ruang 4) Ruang Perpustakaan : 1 Ruang k. Ruang Belajar

1) Tingkat X : 2 Rombongan = 33 Siswa 2) Tingkat XI : 2 Rombongan = 22 Siswa 3) Tingkat XII : 2 Rombongan = 20 Siswa Jumlah : 6 Rombongan = 75 Siswa 2. Visi dan Misi SMK Al Kautsar Jakarta

a. Visi SMK Al Kautsar Jakarta

Terwujudnya siswa yang cerdas , terampil, berakhlak dan berbudaya b. Misi SMK Al Kautsar Jakarta

1) Membekali siswa dengan IPTEK sesuai kebutuhan dunia kerja

2) Menciptakan siswa yang terampil dalam komunikasi bahasa inggris dan komputer

3) Menciptakan siswa yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

4) Menjadikan siswa yang berdisiplin tinggi dan beretika 3. Program Kejuruan SMK Al Kautsar Jakarta

SMK Al Kautsar Jakarta membuka 2 program kejuruan, yaitu : a. Program Pendidikan Kejuruan Akuntansi

Jurusan Akuntansi Program Keuangan, menerima lulusan SL TP/Tsanawiyah dengan prioritas Nilai Mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Indonesia dan minat.

b. Program Pendidikan Kejuruan Administrasi Perkantoran Program Studi Administrasi Perkantoran, menerima lulusan SLTP/Tsanawiyah dengan prioritas Nilai Mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, bahasa Indonesia, Penampilan menarik dan minat.

Tujuan Bidang Studi dan Bidang Pekerjaan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT PENULIS

Maman Suryaman lahir di Brebes tanggal 22 Maret 1989. Lahir dari seorang ibu bernama Cholisah dan ayah bernama Sudiro. Pendidikan yang ditempuhnya SD Negeri 01 Indrajaya di Brebes tahun 1998-2003, MTs As Salam Salem Brebes tahun 2003-2005, MA Ar Rahman Ciamis tahun 2005-2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurun, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2007. Diantara kegiatan pada masa menjadi mahasiswa selalu aktif di organisasi ekstra kampus IMM Cabang Ciputat. Jabatan yang pernah diemban adalah menjadi Kabid IPTEK Komisariat Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tahun 2008/2009, menjadi bendahara ASTRA tahun 2009/2010, dan menjadi Direktur PGDM PC IMM Ciputat. Penulis pernah menjadi juara pertama lomba Cipta Baca Puisi tahun 2010 dan menjadi pinalis terbaik Pemuda Pelopor Kota Tangerang Selatan dalam bidang kepeloporan pendidikan tahun 2013. Selain itu, penulis pernah mengajar di SMP-SMA-SMK Al kautsar Jakarta tahun 2011/2012 dan menjadi guru Bimbingan Belajar Gama88 tahun 2009-2012. Setelah menjadi staf pengajar di Perguruan Al Kautsar Jakarta kemudian penulis langsung mengajar di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang sampai sekarang mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain Penulis menggeluti dunia pendidikan juga aktif dalam kegiatan kepemudaan dan pelayanan sosial di Kota Tangerang Selatan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelaksanaan Metode Drill Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Vii Smp Islam Al-Ikhlas Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2011-2012

0 4 104

Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Karangan Siswa Kelas Xi Smk Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012

0 4 198

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Pada Siswa Kelas V Di MIN 6 Jagakarsa, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

0 5 186

Pengaruh Metode Membaca Cepat Terhadap Kemampuan Memahami Isi Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDI Al Ihsan Jakarta Barat

3 23 148

Pengaruh Metode Menulis Berantai terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2013/2014

4 14 159

Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

6 38 60

Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan Kunjungan Melalui Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Sinar Semendo Talangpadang Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012

0 7 55

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Xi Smk Negeri 4 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 7

Pengaruh Laboratorium Terhadap Hasil Belajar Melalui Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Kelompok C3 Program Keahlian Pemasaran Kelas Xi Smk Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2017/2018â€

0 1 15