Kesimpulan Saran Ciri Buah Berformalin

60 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor sebelum diberi perlakuan adalah 1,06460 mgml. 2. Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dicuci dengan air bersuhu 25 ⁰C adalah 0,72848 mgml. 3. Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dicuci dengan air bersuhu 35 ⁰C adalah 0,58833 mgml. 4. Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dicuci dengan air bersuhu 45 ⁰C adalah 0,42036 mgml. 5. Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dikupas adalah 0,78464 mgml. 6. Pencucian sampel buah impor dengan air bersuhu 25ºC, 35ºC, 45ºC dan pengupasan berbeda bermakna dengan kontrol.

6.2 Saran

1. Bagi pemerintah diharapkan untuk lebih memperketat pengawasan terhadap masuknya buah impor ke Indonesia terutama buah-buahan yang mengandung zat berbahaya seperti formalin Universitas Sumatera Utara 61 2. Bagi BPOM diharapkan untuk mengadakan pemantauan, pengawasan, dan pembinaan terhadap penggunaan formalin sebagai bahan tambahan pangan oleh para pedagang 3. Bagi masyarakat diharapkan agar mencuci buah impor dengan air bersuhu 45ºC 4. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai metode penghilangan formalin pada buah impor Universitas Sumatera Utara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Tambahan Pangan

2.1.1 Pengertian Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang lebih baik Syah, dkk 2005. Menurut Cahyadi 2006 bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila : 1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan 2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah satu atau yang tidak memenuhi persyaratan 3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan 4. Tidak digunakan unutk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

2.1.2 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Menurut Syah,dkk 2005 secara khusus tujuan penggunaan bahan tambahan pangan di dalam pangan adalah untuk : Universitas Sumatera Utara 8 1. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan 2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut 3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera 4. Meningkatkan kualitas pangan 5. Menghemat biaya Dengan menggunakan bahan tambahan pangan, diharapkan dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta memudahkan preparasi bahan pangan Cahyadi, 2006.

2.1.3 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

Menurut Cahyadi 2006 bahan tambahan pangan dikelompokkan berdasarkan tujuan penggunaannya di dalam pangan. Permenkes RI No.722MenkesPerXI88 menetapkan bahan tambahan pangan yang diizinkan dan juga daftar bahan tambahan pangan yang dilarang untuk digunakan pada produk pangan. 1. Bahan tambahan pangan yang diizinkan a. Antioksidan b. Antikempal c. Pengatur Keasamaan d. Pemanis Buatan e. Pemutih dan Pematang Tepung f. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental Universitas Sumatera Utara 9 g. Pengawet h. Pengeras i. Pewarna j. Penyedap Rasa dan Aroma serta Penguat Rasa k. Sekuestan 2. Bahan tambahan pangan yang dilarang a. Natrium Tetraborat b. Formalin c. Minyak Nabati yang dibrominasi d. Kloramfenikol e. Kalium Klorat f. Dietilpirokarbonat g. Nitrofuranzon h. P-Phenetilkarbamida i. Asam Salisilat dan garamnya Selain bahan tambahan diatas, masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang seperti Rhodamin B pewarna merah, methanyl yellow pewarna kuning, dulsin pemanis sintesis, kalsium bromat pengeras.

2.2 Formalin

2.2.1 Pengertian Formalin

Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 1168MenKesPERX1999, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Formalin merupakan nama dagang larutan formaldehida. Sebenarnya Universitas Sumatera Utara 10 formalin adalah desinfektan yang aktif terhadap bakteri, virus dan cendawan serta berguna untuk mengawetkan specimen biologi dan mayat dan dibidang industri digunakan pada tekstil, pupuk dan bahan kimia Senyawa ini termasuk golongan aldehid yang paling sederhana karena hanya mempunyai satu atom karbon. Formalin yang biasa ditambahkan pada makanan adalah larutan 30-50 gas formaldehid, untuk stabilitas dalam larutan formalin biasanya mengandung methanol 10-15. Ada beberapa hal yang menyebabkan pemakaian formalin untuk bahan tambahan makanan pengawet meningkat, antara lain harganya yang jauh lebih murah dibanding pengawet lainnya, seperti natrium benzoate atau natrium sorbet. Selain itu, jumlah yang digunakan tidak perlu sebesar pengawet lainnya, mudah digunakan untuk proses pengawetan karena bentuknya larutan, waktu pemrosesan pengawetan lebih singkat, mudah didapatkan di toko bahan kimia dalam jumlah besar, dan rendahnya pengetahuan masyarakat produsen tentang bahaya formalin Widyaningsih dan Erni, 2006. Formalin mempunyai kemampuan untuk mengawetkan makanan karena gugus aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein membentuk senyawa methylene -NCHOH. Protein pada ikatan methylene ini tahan terhadap kerusakan, baik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme maupun oksidasi Purawisastra dan Emma, 2011.

2.2.2 Karateristik Formalin

Formalin merupakan larutan jenuh formaldehid dalam air dengan kadar ±37. Larutan ini tidak berwarna dengan bau yang menusuk atau tajam. Jika dibiarkan, terutama dalam keadaan dingin akan menjadi keruh dan dapat Universitas Sumatera Utara 11 membentuk endapan. Di dalam larutan formalin biasanya ditambahkan 10-15 methanol sebagai stabilisator dan untuk mencegah polimerisasi. Titik didih larutan formalin sebesar 96ºC dengan berat jenis 1,08 gml dan pH 2,8-4 Marlina, 2008. Menurut Cahyadi 2006 formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dengan tenggorokan, dan rasa membakar, dapat bercampur dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dalam kloroform dan eter.

2.2.3 Kegunaan Formalin

Penggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan, melainkan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet non makanan. Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industry, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetik, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin boleh juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis plywood. Dalam konsentrasi yang sangat kecil1 digunakan sebagai bahan pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, Universitas Sumatera Utara 12 pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di dunia kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan mayat Yuliarti,2007. Formalin juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer yang dapat menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Oleh karena itu, formalin juga banyak dipakai dalam produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas tersebut terkena makanan atau minuman panas maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas akan larut. Barang-barang tersebut bila digunakan dalam keadaan dingin sebenarnya tidak berbahaya karena formalin di dalamnya tidak akan larut. Namun, tidak demikian halnya bila wadah-wadah ini dipakai untuk menaruh bahan makanan panas seperti membuat minuman teh, susu, kopi atau makanan berkuah panas Yuliarti,2007.

2.2.4 Dampak Formalin terhadap Kesehatan

Kekebalan tubuh sangat berperan pada berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika kekebalan tubuh atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin berkadar rendah sekalipun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Anak-anak khususnya bayi dan balita, adalah salah satu kelompok usia yang rentan mengalami gangguan ini. Usus imatur belum sempurna atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh dan sulit dikeluarkan. Hal ini juga akan mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada penderita autism, penderita alergi dan sebagainya Yuliarti,2007. Universitas Sumatera Utara 13 Menurut Cahyadi 2006 formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Begitu pula asap rokok bahkan air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya mengandung formalin. Jika formalin terhirup maka akan segera diabsorpsi ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar, dan lakrimasi keluar air mata dan pada dosis lebih tinggi bisa buta, bronchitis, edema pulmonary atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan alergi, asma, dan dermatitis Widyaningsih dan Erni, 2006. Efek dari makanan berformalin baru terasa beberapa tahun kemudian. Kandungan formalin akan meracuni tubuh, menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan juga bersifat mutagen menyebabkan perubahan fungsi seljaringan, serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang menyesakkan sehingga merangsang hidung, tenggorokan dan mata Cahyadi,2006. Menurut Yuliarti 2007 Formalin tidak hanya berbahaya jika dikonsumsi, melainkan juga dengan melakukan kontak terhadapnya. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat kontak dengan formalin sangat tergantung pada cara masuknya zat ini ke dalam tubuh kita. Kontak dengan formalin bisa menyebabkan luka bakar jika mengenai kulit, iritasi pada saluran pernapasan bila menghirup uapnya dalam Universitas Sumatera Utara 14 konsentrasi yang tinggi, maupun reaksi alergi. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi maka akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kerusakan organ tubuh. Pemaparan formaldehid terhadap kulit menyebabkan kulit mengeras, menimbulkan kontak dermatitis dan reaksi sensitivitas, sedangkan pada sistem reproduksi wanita akan menimbulkan gangguan menstruasi, toksemia, dan anemia pada kehamilan, peningkatan aborsi spontan, serta penurunan berat badan bayi yang baru lahir. Uap dari larutan formaldehid menyebabkan iritasi membrane mukosa hidung, mata, dan tenggorokan apabila terhisap dalam bentuk gas pada konsentrasi 0,03-4 bpj selama 35 menit. Dapat terjadi iritasi pernafasan parah seperti batuk, disfagia, spasmus laring, bronchitis, pneumonia, asma, edema pulmonary, dapat pula terjadi tumor hidung pada mencit Cahyadi,2006. Menurut Yuliarti 2007 formalin yang masuk ke dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka panjang bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan. Lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat EPA dan lembaga internasional untuk penelitian kanker IARC menggolongkan formalin sebagai senyawa yang bersifat karsinogen, yaitu senyawa yang dapat memacu pertumbuhan sel-sel kanker. Formalin akan mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentuk DNA di dalam tubuh manusia. Jika susunan DNA kacau, maka akan memicu terjadinya sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tentu prosesnya memakan waktu yang lama, tetapi cepat atau lambat jika setiap hari Universitas Sumatera Utara 15 tubuh kita mengonsumsi makanan yang mengandung formalin, maka kemungkinan besar terjadinya kanker Widyaningsih dan Erni, 2006. Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industry memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan. Oleh karena itu, yang terbaik adalah menjalankan fungsi pengawasan dengan ketat yang dalam hal ini melibatkan Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait Yuliarti,2007. Tabel 2.1 Efek yang dihasilkan dari paparan formalin, sebagai berikut : No. Penelitian Sampel dan cara Frekuensi dan dosis Sistem Efek 1. Burkhart et.al 1990 Manusi a oral 517 mgkgBB hari 1 kali Repiratori Jantung Hematologi metabolik Kematian Frekuensi nafas turun henti TD turun Henti jantung Intravaskular koagulopati Asodisis metabolic 2. Eells et al. 1981 Manusi a oral 624 mgkgBB hari 1 kali Repiratori Jantung metabolik Kematian Henti nafas Hipotensi Asidosis 3. Tobe et al. 1989 Tikus Wistar oral 300 mgkgBB hari 1 kali Kematian 9 hari evaluasi Kematian awal muncul hari ke-9, bulan ke-12 kemungkinan kematian terjadi 45- 55, dan pada bulan ke-24 menjadi 100 Universitas Sumatera Utara 16 4. Kochhar et al. 1986 Manusi a oral 234 mgkgBB hari 1 kali Jantung Sinus takikardia 5. O K Al Omari 2007 Tikus Sprage- Dawely oral 150 mgkgBB hari 12 minggu Hematologi Perubahan pH dan PCO2 6. B F Al Husany 2012 Kelinci inhalas i 10 formalin 6 bulan Perubahan PO2, PCO2, HCO3, berperngaruh pada pH, Hb, Volume paket sel dan hitung retikulosit 7. Til et al. 1989 Tikus wistar 82 mgkgBB hari Hiperplasi papilloma, hiperplasia glandular, gastritis atropis kronik, BB turun 10-15 , konsumsi 8. Tobe et al. 1989 Tikus Wistar oral 300 mgkgBB hari 24 bulan BB turun 40-45, konsumsi makan minum turun 25-50 , penurunan serum protein, albumin, total kolesterol, lesi degeneratif epitel serius Sumber http:digilib.unimus.ac.iddownload.php?id=14414 Universitas Sumatera Utara 17 Tabel 2.2 Ambang batas penggunaan formalin, sebagai berikut : No. Ambang Batas Jumlah Paparan Lama Paparan 1. National Institude for Occupational Safety and Health NIOSH dan Recommended Exposure Limit REL 0,016 ppm 0.02 mgm3 10-h TWA • 0,01 ppm • 8 jam • 15 menit 2. OSHA Permissible Exposure Limit PEL • 0,75 ppm • 2,00 ppm • 8 jam • 15 menit Sumber http:digilib.unimus.ac.iddownload.php?id=14414

2.3 Buah-buahan

2.3.1 Pengertian dan Manfaat Buah-buahan

Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein, dan serat. Selain itu, setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa, aroma yang khas serta warna atau bentuk yang mengandung nilai-nilai estetis. Salah satu sasaran pemerintahan adalah perbaikan gizi masyarakat yaitu dengan meningkatkan kualitas konsumsi pangan melalui penganekaragaman pangan sehingga mendorong masyarakat ke arah pola konsumsi yang lebih baik dan lebih memperhatikan nilai gizinya baik secara kuantitatif maupun kualitatif Sjaifullah,1996. Menurut Rukmana 2008, komoditas buah-buahan merupakan penyumbang keanekaragaman dan kecukupan gizi rakyat yang cukup besar. Buah-buahan mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, asam, minyak yang mudah menguap, pectin, air, serat, gula, dan lain-lain. Mengonsumsi buah-buahan setiap hari secara teratur akan berpengaruh langsung pada susunan saraf, mempertinggi daya tahan tubuh dan mencegah penyakit, membantu kerja Universitas Sumatera Utara 18 jantung, mempertajam ingatan, meringankan tekanan mental, serta menyelaraskan pencernaan makanan, urat saraf, dan peredaran darah. Buah sangat mudah mengalami perubahan fisiologis, kimia dan fisik bila tidak ditangani secara tepat. Akibatnya mutu akan turun dan menjadi tidak segar lagi dalam waktu yang sangat singkat. Penanganan segar sangat diperlukan untuk menjaga mutu buah yang dihasilkan. Peningkatan jumlah produksi buah akan mubazir jika tidak disertai dengan penanganan yang baik Satuhu,1993.

2.3.2 Penanganan dan Pengolahan Buah-buahan

Buah-buahan yang bisa dimakan bersama kulitnya seperti apel dan pir, apalagi yang impor, sebaiknya dikupas. Langkah ini penting untuk meminimalkan asupan pestisida yang terdapat di bagian kulit buah dan daging buah yang berada tepat di bawah kulit. Pencucian juga membantu melarutkan dan meminimalkan cemaran bahan kimiawi sintesis yang menempel pada permukaan buah. Hindari menggunakan sabun deterjen cair untuk mencuci peralatan makanan dan minuman yang diklaim bisa untuk mencuci buah dan sayuran Apriadji, 2007. Mencuci buah dengan air mengalir atau air hangat merupakan salah satu cara dalam mengurangi pestisida dan pengawet di permukaan buah, walaupun tidak membuang pestisida yang meresap ke dalam buah dan juga yang menumpuk di bawah kulit Apriadji, 2004. Beberapa tips cara mencuci sayuranbuah : 1. Untuk sayuran yang tidak perlu dikupas dan dipotong seperti kecambah, kacang polong, dll, bisa langsung dicuci. 2. Untuk sayurbuah yang perlu dikupas dan dipotong-potong seperti wortel, kentang dll, cucilah selagi buahsayur masih utuh sebelum Universitas Sumatera Utara 19 dikupasdipotong. Karena pestisida berada di bagian luar buahsayur. Apabila dicuci setelah dikupasdipotong, maka dikhawatirkan vitamin yang terkandung akan ikut larut. 3. Pastikan tempat dan pisau pemotong sudah bersih. 4. Dalam mencuci sayurbuah lakukan dengan cara menampung air pada emberwaskom, baru kemudian sayurbuah dimasukkan dalam air tersebut. Jangan terbalik, apabila buahsayur ditempatkan dalam wadah baru diisi air apalagi dibawah kran, maka dikhawatirkan vitamin akan ikut larut Faizah, 2012 .

2.3.3 Memilih Buah

Menurut Sjaifullah 1996, beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih buah segar yang baik adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Fisik Penilaian mutu buah dari segi fisik merupakan hal yang paling mudah untuk dilakukan. Parameter kriteria fisik antara lain : a. Warna kulit Setiap jenis buah, bahkan setiap varietasnya mempunyai warna kulit yang khas. Umumnya buah yang mengalami proses pematangan akan berubah warna kulitnya dari hijau gelap menjadi kuning, merah atau ungu. Di negara-negara maju warna biasa diukur secara obyektif, yaitu dengan menggunakan teknik transmisi sinar. Juga tersedia tabel warna untuk beberapa komoditas sebagai panduan dalam menentukan kematangan. b. Kesegaran dan kebersihan kulit Universitas Sumatera Utara 20 Buah yang baik terlihat segar, kulitnya berkilap, tidak keriput dan tidak terdapat noda, baik noda bekas gigtan serangga maupun noda getah. c. Ukuran dan bentuk buah Umumnya pada saat layak petik buah mempunyai ukuran maksimum dengan bentuk yang khas pula. Selain ukuran, bentuk dapat dijadikan patokan untuk menentukan mutu buah. Buah yang baik mempunyai bentuk sesuai dengan bentuk baku normalnya. Buah cacat atau tidak normal akan mempunyai rasa yang kurang enak pula. d. Kerapatan rambut atau duri Buah yang berambut atau berduri telah layak dipetik untuk dikonsumsi apabila rambut atau durinya telah merenggang. Pada beberapa buah seperti nangka dan sirsak, selain merenggang, durinya juga sudah melunak. e. Kekerasan Kekerasan buah dapat dirasakan melalui pijatan jari. Buah yang matang dan siap dikonsumsi relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah yang baik mempunyai kekerasan merata. Contoh yang paling jelas pada jeruk. Bila kekerasannya tidak merata, maka sebagian dari daging buahnya akan berbeda rasanya. f. Berat jenis Sejalan dengan matangnya buah, berat jenis buah juga naik. Sifat ini telah dijadikan salah satu prinsip dasar untuk memisahkan antara buah yang cukup tua dan yang masih muda saat buah baru dipanen. g. Bunyi ketukan Universitas Sumatera Utara 21 Semangka dan alpukat yang muda bila diketuk dengan jari berbunyi relatif lebih nyaring seperti tepukan di dahi daripada yang matang atau yang terlalu matang. Pada nangka dan durian yang sudah matang bunyi nyaring akan terdengar apabila duri buah dijentik dengan ujung jari atau diketuk dengan sebilah kayu. Buah-buahan ini juga dikenal mengeluarkan aroma yang khas bila sudah matang. 2. Kriteria Kimiawi Walaupun setiap jenis dan varietas buah mempunyai komposisi kimiawi tertentu, namun buah dari varietas yang sama dapat mempunyai komposisi bervariasi. Hal ini tergantung pada jumlah cahaya matahari yang diserap, suhu selama pertumbuhan, serta jenis dan frekuensi pemupukan. a. Kandungan pati Umumnya sejalan dengan pematangan buah, zat pati akan diubah menjadi gula. Konversi dari pati menjadi gula pada pisang merupakan indeks yang sangat baik untuk menentukan derajat kematangan. Intensitas warna biru yang terbentuk dari reaksi pati dengan larutan kalium iodida menunjukkan jumlah relatif pati yang dikandungnya, dan ini dapat dilihat secara visual. Makin tua pisang makin sedikit area pada penampang melintang buah tersebut yang berwarna biru . b. Kandungan gula Kandungan gula atau total padatan terlarut merupakan refleksi dari rasa manis, yang juga menunjukkan derajat ketuaan dan kematangan. Padatan terlarut dalam sari buah dapat diukur secara mudah dan cepat dengan hand-refractometer. Alat ini biasa digunakan untuk mengukur Universitas Sumatera Utara 22 ketuaan atau kematangan dari buah melon, pepaya, apel, dan buah lainnya yang secara kontinu kadar gulanya meningkat sejalan dengan proses penuaan. c. Keasaman Keasaman buah umumnya turun sejalan dengan matangnya buah, sampai mencapai titik tertentu pada saat matang. Cara mengukur keasaman, yang biasa disebut TA titratable acidity, ialah dengan mentitrasi sampel sari buah tessebut dengan larutan baku berupa natrium hidroksida. Dari hasil analisis kimiawi, perbandingan kadar gula asam sugar-acid ratio merupakan salah satu parameter terbaik untuk menilai mutu buah. Umumnya rasa buah ditentukan oleh adanya perpaduan antara rasa manis dan asam pada perbandingan yang tepat d. Kadar lemak Analisis kandungan lemak sebagai parameter mutu biasanya hanya dilakukan di negara-negara maju terhadap alpukat. Kandungan lemak pada buah alpukat merupakan salah satu indeks penting dalam menentukan tingkat ketuaan buah yang layak panen. e. Kandungan vitamin dan mineral Buah merupakan sumber vitamin, terutama A dan C, serta sumber mineral yang baik. Vitamin dan mineral yang banyak terdapat dalam buah terbukti dapat mengurangi peningkatan kolesterol dalam darah dan mengurangi peningkatan gula darah. 3. Kriteria Fisiologis Universitas Sumatera Utara 23 Buah segar merupakan jaringan hidup sehingga mempunyai sifat seperti benda hidup umumnya seperti : a. Memerlukan energi b. Mengandung banyak air c. Mengalami perubahan-perubahan fisik dan kimiawi akibat pengaruh lingkungan Buah yang baru dipanen memerlukan energi untuk mempertahankan hidupnya. Energi diperoleh dari cadangan makanan yang tersimpan, seperti pati, gula, lemak, dan senyawa-senyawa lainnya melalui respirasi. Apabila faktor lingkungan tidak terkendali antara lain terdapat kerusakan fisik maka repirasi berlangsung cepat. Akibatnya umur atau ketahanan simpan buah menjadi berkurang. Kandungan air buah umumnya berkisar 70-90. Apabila buah telah dipetik kandungan air ini secara alami berkurang sehingga terjadi penyusutan melalui proses transpirasi. Transpirasi adalah penguapan air dari dalam sel, baik melalui stomata, lentisel maupun retakan kultikula. Selain menyebabkan kehilangan berat, transpirasi pada buah juga menyebabkan keriput, terdapatnya lekukan-lekukan coklat kehitaman yang kering, perubahan warna pencokelatan, dan perubahan tekstur. Sebagai akibat tidak langsung dari penguapan, nilai gizi buah terutama vitamin C juga berkurang. Jika buah yang telah dipanen dihadapkan pada kondisi yang tidak sesuai maka akan terjadi gangguan fisiologis pula. Misalnya buah-buahan tropis akan mengalami gangguan fisiologis yang disebut chilling injury bila disimpan pada suhu rendah. Contoh lain dari gangguan fisiologis adalah rusaknya bagian tengah Universitas Sumatera Utara 24 buah dan terbentuknya jaringan yang menggabus. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan kemasan atau suhu penyimpanan yang tidak tepat. 4. Kriteria Organoleptik Apabila mutu bahan makanan termasuk buah diukur melalui kemampuan organ indera manusia secara langsung maka penilaian tersebut merupakan penilaian organoleptik. Penilaian yang biasa disebut juga sensory evaluation ini bersifat subyektif. Parameter yang dinilai meliputi : a. Penampakan Semua yang dapat dilihat oleh mata dapat dijadikan parameter penampakan seperti ukuran, bentuk, kecemerlangan, dan kebenaran warna dari buah. b. Flavor atau aroma Selain melalui penilaian mata, indera hidung dan mulut biasa digunakan untuk menilai atau memberikan keterangan tambahan tentang mutu buah. Penilaian oleh indera hidung dan mulut ini merupakan penilaian terhadap flavor. Flavor terdiri atas tiga komponen, yaitu odor atau bau, taste atau rasa dan suatu perpaduan berbagai sensasi yang disebut mouthfeel yakni kesan atau rasa yang tertinggal di mulut. Seperti diketahui, setiap jenis bahkan setiap varietas buah mempunyai aroma dan rasa yang unik. Aroma dipengaruhi oleh komposisi kimiawi dari buah seperti kandungan gula, asam, alkohol, aldehida, aeter dan lain-lain. c. Tekstur Universitas Sumatera Utara 25 Buah memiliki tekstur yang dapat dirasakan seperti halus atau lembut, kasar, berserat, empuk, lembek, berair, keras, padat, renyah, liat dan lain-lain. Kandungan air dalam sel berpengaruh terhadap pembentukan tekstur ini, selain faktor genetis, seperti jenis atau varietas buah.

2.3.4 Pengawetan Buah

Secara ilmiah untuk mendatangkan buah hingga ke tangan konsumen butuh waktu terlebih terhadap buah impor, sementara itu buah hanya tahan beberapa hari supaya tetap segar setelah dipetik dari pohonnya karena itu para produsen buah ini melakukan metode bagaimana cara agar buah tetap segar sampai ke tangan konsumen. Sebagian besar buah impor dipanen sebelum matang, sebab proses pengepakan dan pengiriman ke negara lain akan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar buah impor harus dilakukan proses kimiawi agar tidak cepat layu atau busuk Prasko, 2012. A. Pengawetan yang Diizinkan Pengemas yang dapat digunakan dalam pengawetan buah adalah plastik poliethylen dan polipropilen guna mencegah anthiacnose. Untuk jenis bahan pengawet yang digunakan salah satunya adalah perendaman dengan CaCl 2 yang kemudian disimpan dalam pendingin. Selama dalam penyimpanan pengamatan terus dilakukan untuk menganalisa kimia terhadap kadar air, gula dan pH. Dari hasil ini bisa dilihat proses kimia tersebut mampu memperpanjang umur simpan buah-buahan hingga 13 sampai 14 hari Prasko, 2012. Menurut Kristianingrum 2007 penelitian-penelitian mengenai penyimpanan buah bertujuan untuk mencapai umur simpan semaksimal mungkin. Usaha yang dapat dilakukan untuk dapat memperlambat pematangan buah dan Universitas Sumatera Utara 26 sayur adalah memperlambat respirasi dan menangkap gas etilen yang terbentuk. Beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain pendinginan, pembungkusan dengan polietilen dan penambahan bahan kimia. 1. Pendinginan Penyimpanan di bawah suhu 15ºC dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin chilling storage. Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan temperatur yang optimum untuk mempertahankan mutu dan kesegaran. Pendinginan tidak mempengaruhi kualitas rasa, kecuali bila buah didinginkan secara berlebihan sehingga proses pematangan terhenti. 2. Pengemasan dengan polietilen PE Kehilangan air dapat dikurangi dengan jalan memberi pembungkus pada bahan yang akan didinginkan. Salah satu jenis pembungkus yang cukup baik digunakan adalah pembungkus dari bahan plastik. Berdasarkan penelitian Scott dan Robert 1987 penyimpanan pisang yang masih hijau dalam kantong polietilen dapat memperlambat pematangan pisang selama 6 hari pada suhu 20ºC. 3. Pencelupan dengan larutan CaCl 2 Tempatkan buah dan sayur di dalam keranjang kawat, kemudian celupkan ke dalam larutan CaCl 2 pada konsentrasi 4 dan 8 selama 30-60 detik. Angkat dan tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering, agar pelapisan merata pada seluruh permukaan kulit. Simpan pada suhu ruang dan dalam lemari es. 4. Pelapisan Buah dengan Emulsi Lilin Pelilinan tradisional dilakukan dengan menggunakan minyak biji kapas atau minyak kacang namun sekarang cara yang umum dilakukan adalah dengan Universitas Sumatera Utara 27 menggunakan emulsi lilin. Lilin wax merupakan ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol. Lilin yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : a. tidak mempengaruhi bau dan rasa buah b. cepat kering, tidak lengket dan tidak mudah pecah c. mengkilap, licin, tipis dan tidak mengandung racun Pemanfaatan pelilinan pada buah yang baru di panen. Biasanya dilakukan pada pedagang buah atau untuk buah eksporimpor. Buah hasil panen terdahulu itu kemungkinan besar diawetkan terlebih dulu sebelum dikirim ke negara tujuan. Biasanya, buah tersebut dilapisi dengan sejenis lilin ini akan menghambat penguapan saat proses pembusukan buah. Lapisan lilin biasanya ditemui pada buah impor seperti jeruk, apel, pir, mangga dll. Sebelum pelilinan, buah-buahan dicuci bersih dengan busa lembut untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada permukaan kulit, kemudian ditiriskan hingga kering. Teknik yang paling popular atau komersial adalah penyemprotan atau dicelupkan. Setelah pelilinan, buah ditiriskan terlebih dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Pelilinan biasanya dibarengi dengan penyimpanan suhu rendah untuk memperpanjang daya simpan. Cara pembuatan emulsi lilin : a. Lilin dipanaskan sampai cair b. Masukkan asam oleat sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sambil diaduk bila menggunakan stirrer kecepatan 20-100 ppm c. Tambahkan trietanolamine, terus diaduk dan suhu dipertahankan tetap Universitas Sumatera Utara 28 d. Tambahkan air tidak sadah yang sudah di didihkan dengan pelahan-lahan sambil terus diaduk e. Dinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir Untuk mendapatkan emulsi lilin dengan konsentrasi yang diinginkan dilakukan pengenceran dengan air tidak sadah. Untuk pemakaiannya sebaiknya digunakan emulsi lilin yang masih segar. Buah dan sayur yang sudah ditiriskan masukkan ke dalam keranjang kawat kemudian celupkan ke dalam emulsi lilin konsentrasi 6 dan 12 sampai semuanya terendam selama30-60 detik. Angkat dan tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering agar pelapisannya merasa pada seluruh permukaan kulit dan tidak lengket. Simpan pada suhu ruang dan dalam lemari es. B. Pengawetan yang Tidak Diizinkan Banyak ditemukan buah-buahan yang tidak layak dikonsumsi karena mengandung berbagai zat berbahaya, salah satunya formalin. Berdasarkan data tahun 2011, Badan Karantina Pertanian mengungkap telah menolak masuk 1000 ton buah impor karena mengandung berbagai residu atau bahan kimia berbahaya seperti formalin dan zat perwarna lainnya. Jika digunakan sebagai pengawet makan dalam dosis rendah, efek formalin tidak seketika dirasakan jangka pendek. Efek berbahaya formalin bagi tubuh juga ditemukan pada bahan pengawet yang sering ditemukan pada buah impor antara lain, seperti boraks, rhodamine, dan pestisida. Apabila masuk ke tubuh ibu yang sedang mengandung dan menyusui, zat ini akan mempengaruhi perkembangan perilaku pada bayi, gangguan hormonal, dan cacat lahir Badan Inteligen Negara Republik Indonesia, 2013. Universitas Sumatera Utara 29

2.3.5 Buah Apel

Apel merupakan salah satu jenis buah-buahan, biasanya kulit buah ini berwarna merah namun bisa juga berwarna hijau atau kuning. Daging buahnya keras dan kulit buahnya agak lembek. Buah ini memiliki beberapa biji di dalamnya. Kebanyakan apel langsung dimakan tanpa di masak dan juga digunakan sebagai makanan saat pesta Nurcahyati, 2014. Pilih apel berkulit mulus dan tidak memar. Apel yang terlihat menarik dengan kulit merah nan tebal sering justru memiliki rasa yang kurang manis. Ujung buah bekas kelopak sudah merenggang, bila dijentik dengan jari menghasilkan suara yang bening dan belum terlalu beraroma. Bila aroma apel sudah sangat jelas tercium berarti buah sudah terlalu matang dan kerenyahannya akan berkurang Suryobuwono, dkk 2005. Bentuk buah apel umumnya bulat, dengan cekungan pada pangkal pucuknya. Daging buah apel berwarna putih, renyah dan berair dengan rasa manis. Daging buah dilindungi kulit tipis yang mengkilap. Bila daging ini dikerat keluarlah aroma yang harum. Namun ada beberapa varietas apel, aroma itu terasa sangat tajam Suwarto, 2010.

2.4 Buah Impor

Buah-buah impor cukup berlimpah di indonesia, mulai dari pasar-pasar swalayan, toko-toko yang khusus menjual buah, kios-kios kecil, hingga pedagang di pinggir jalan atau kaki lima pun menjajakannya. Penampilan buah impor umumnya sangat menarik tetapi kita tetap harus teliti sebelum membeli karena buah-buahan tersebut biasanya telah mendapatkan perlakuan tertentu agar tetap Universitas Sumatera Utara 30 kelihatan menarik walaupun telah mengalami masa angkut dan penyimpanan yang lama Sjaifullah,1996.

2.4.1 Apel Red Delicious

Jenis apel ini berasal dari Amerika, warna kulit merah bergaris-garis, daging buah lunak, berair, rasa manis sedikit asam serta enak dimakan segar. Apel ini adalah apel cemilan favorit di Amerika. Apel ini memiliki rasa yang manis dan renyah serta sangat baik di dalam salad. Petani apel di Washington telah memproduksi Apel Red Delicious terbaik di dunia sejak tahun 1920-an Nurcahyati, 2014. Di Indonesia apel ini pertama kali muncul pada abad ke-19 dan banyak dijual di pasar swalayan. Memiliki rasa manis yang khas, namun Apel Red Delicious terkadang juga ada yang masam dan daging buahnya terasa hampar atau seperti kapas Suryobuwono, dkk 2005.

2.5 Ciri Buah Berformalin

Menurut Badan Inteligen Negara Republik Indonesia 2013 ciri-ciri buah berformalin antara lain: a. Permukaan bagian kulit terlihat kencang dan segar meski telah berbulan-bulan dipanen maupun dipajang di supermarket, lapakkiospasar, namun apabila hendak dipegang buahnya terasa keras b. Umumnya buah yang diberi formalin adalah jeruk, anggur, dan apel c. Sementara untuk formalin pada buah yang dijual secara bertangkai, dapat ditemukan misalnya lengkeng dan anggur, dapat lebih mudah dikenali. Jika Universitas Sumatera Utara 31 tangkainya tampak layu, sementara buahnya masih sangat segar dengan bau menyengat yang bukan buah, kemungkinan mengandung zat kimia berbahaya. Hindarilah memilih buah impor dengan penampakan kulit terlalu mengkilat dan sebelum dikonsumsi buah dicuci terlebih dahulu. Untuk buah yang berkulit seperti apel, mangga dan lain-lainnya kupaslah kulitnya. Universitas Sumatera Utara 32

2.6 Kerangka Konsep