60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  analisa  yang  telah  dilakukan  dapat  diambil  beberapa kesimpulan :
1. Rata-rata  kadar  formalin  pada  sampel  buah  impor  sebelum  diberi
perlakuan adalah 1,06460 mgml. 2.
Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dicuci dengan air bersuhu 25
⁰C adalah 0,72848 mgml. 3.
Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dicuci dengan air bersuhu 35
⁰C adalah 0,58833 mgml. 4.
Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dicuci dengan air bersuhu 45
⁰C adalah 0,42036 mgml. 5.
Rata-rata kadar formalin pada sampel buah impor setelah dikupas adalah 0,78464 mgml.
6. Pencucian  sampel  buah  impor  dengan  air  bersuhu  25ºC,  35ºC,  45ºC  dan
pengupasan berbeda bermakna dengan kontrol.
6.2 Saran
1. Bagi  pemerintah  diharapkan  untuk  lebih  memperketat  pengawasan
terhadap  masuknya  buah  impor  ke  Indonesia  terutama  buah-buahan  yang mengandung zat berbahaya seperti formalin
Universitas Sumatera Utara
61
2. Bagi BPOM diharapkan untuk mengadakan pemantauan, pengawasan, dan
pembinaan terhadap penggunaan formalin sebagai bahan tambahan pangan oleh para pedagang
3. Bagi masyarakat diharapkan agar mencuci buah impor dengan air bersuhu
45ºC 4.
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai metode penghilangan formalin pada buah impor
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Tambahan Pangan
2.1.1 Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Bahan  tambahan  pangan  adalah  bahan  atau  campuran  bahan  yang  secara alami  bukan  merupakan  bagian  dari  bahan  baku  pangan,  tetapi  ditambahkan  ke
dalam  pangan  untuk  mempengaruhi  sifat  atau  bentuk  bahan  pangan.  Jadi  bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki
kualitas yang lebih baik Syah, dkk 2005. Menurut  Cahyadi  2006  bahan  tambahan  pangan  yang  digunakan  hanya
dapat dibenarkan apabila : 1.
Dimaksudkan  untuk  mencapai  masing-masing  tujuan  penggunaan  dalam pengolahan
2. Tidak  digunakan  untuk  menyembunyikan  penggunaan  bahan  yang  salah  satu
atau yang tidak memenuhi persyaratan 3.
Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan
4. Tidak digunakan unutk menyembunyikan kerusakan bahan pangan
2.1.2 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Menurut  Syah,dkk  2005  secara  khusus  tujuan  penggunaan  bahan tambahan pangan di dalam pangan adalah untuk :
Universitas Sumatera Utara
8
1. Mengawetkan  makanan  dengan  mencegah  pertumbuhan  mikroba  perusak
pangan  atau  mencegah  terjadinya  reaksi  kimia  yang  dapat  menurunkan  mutu pangan
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera
4. Meningkatkan kualitas pangan
5. Menghemat biaya
Dengan  menggunakan  bahan  tambahan  pangan,  diharapkan  dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat
bahan  pangan  lebih  mudah  dihidangkan,  serta  memudahkan  preparasi  bahan pangan Cahyadi, 2006.
2.1.3 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan
Menurut  Cahyadi  2006  bahan  tambahan  pangan  dikelompokkan berdasarkan  tujuan  penggunaannya  di  dalam  pangan.  Permenkes  RI
No.722MenkesPerXI88  menetapkan  bahan  tambahan  pangan  yang  diizinkan dan  juga  daftar  bahan  tambahan  pangan  yang  dilarang  untuk  digunakan  pada
produk pangan. 1.  Bahan tambahan pangan yang diizinkan
a. Antioksidan
b. Antikempal
c. Pengatur Keasamaan
d. Pemanis Buatan
e. Pemutih dan Pematang Tepung
f. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
Universitas Sumatera Utara
9
g. Pengawet
h. Pengeras
i. Pewarna
j. Penyedap Rasa dan Aroma serta Penguat Rasa
k. Sekuestan
2. Bahan tambahan pangan yang dilarang a.
Natrium Tetraborat b.
Formalin c.
Minyak Nabati yang dibrominasi d.
Kloramfenikol e.
Kalium Klorat f.
Dietilpirokarbonat g.
Nitrofuranzon h.
P-Phenetilkarbamida i.
Asam Salisilat dan garamnya Selain  bahan  tambahan  diatas,  masih  ada  bahan  tambahan  kimia  yang
dilarang  seperti  Rhodamin  B  pewarna  merah,  methanyl  yellow  pewarna kuning, dulsin pemanis sintesis, kalsium bromat pengeras.
2.2 Formalin
2.2.1 Pengertian Formalin
Menurut  peraturan  menteri  kesehatan  nomor  1168MenKesPERX1999, formalin  merupakan  bahan  kimia  yang  penggunaannya  dilarang  untuk  produk
makanan.  Formalin  merupakan  nama  dagang  larutan  formaldehida.  Sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
10
formalin adalah desinfektan yang aktif terhadap bakteri, virus dan cendawan serta berguna  untuk  mengawetkan  specimen  biologi  dan  mayat  dan  dibidang  industri
digunakan pada tekstil, pupuk dan bahan kimia Senyawa  ini  termasuk  golongan  aldehid  yang  paling  sederhana  karena
hanya  mempunyai  satu  atom  karbon.  Formalin  yang  biasa  ditambahkan  pada makanan  adalah  larutan  30-50  gas  formaldehid,  untuk  stabilitas  dalam  larutan
formalin  biasanya  mengandung  methanol  10-15.  Ada  beberapa  hal  yang menyebabkan  pemakaian  formalin  untuk  bahan  tambahan  makanan  pengawet
meningkat,  antara  lain  harganya  yang  jauh  lebih  murah  dibanding  pengawet lainnya,  seperti  natrium  benzoate  atau  natrium  sorbet.  Selain  itu,  jumlah  yang
digunakan  tidak  perlu  sebesar  pengawet  lainnya,  mudah  digunakan  untuk  proses pengawetan  karena  bentuknya  larutan,  waktu  pemrosesan  pengawetan  lebih
singkat,  mudah  didapatkan  di  toko  bahan  kimia  dalam  jumlah  besar,  dan rendahnya  pengetahuan  masyarakat  produsen  tentang  bahaya  formalin
Widyaningsih dan Erni, 2006. Formalin  mempunyai  kemampuan  untuk  mengawetkan  makanan  karena
gugus aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein membentuk senyawa methylene  -NCHOH.  Protein  pada  ikatan  methylene  ini  tahan  terhadap
kerusakan, baik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme maupun oksidasi Purawisastra dan Emma, 2011.
2.2.2 Karateristik Formalin
Formalin  merupakan  larutan  jenuh  formaldehid  dalam  air  dengan  kadar ±37.  Larutan  ini  tidak  berwarna  dengan  bau  yang  menusuk  atau  tajam.  Jika
dibiarkan,  terutama  dalam  keadaan  dingin  akan  menjadi  keruh  dan  dapat
Universitas Sumatera Utara
11
membentuk  endapan.  Di  dalam  larutan  formalin  biasanya  ditambahkan  10-15 methanol sebagai stabilisator dan untuk mencegah polimerisasi. Titik didih larutan
formalin sebesar 96ºC dengan berat jenis 1,08 gml dan pH 2,8-4 Marlina, 2008. Menurut  Cahyadi  2006  formalin  merupakan  cairan  jernih  yang  tidak
berwarna  atau  hampir  tidak  berwarna  dengan  bau  yang  menusuk,  uapnya merangsang selaput lendir hidung dengan tenggorokan, dan rasa membakar, dapat
bercampur  dalam  air  dan  alkohol,  tetapi  tidak  bercampur  dalam    kloroform  dan eter.
2.2.3 Kegunaan Formalin
Penggunaan  formalin  yang  sebenarnya  bukan  untuk  makanan,  melainkan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet non makanan. Formalin sudah sangat
umum  digunakan  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Apabila  digunakan  secara  benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau
pembunuh  kuman  dalam  berbagai  jenis  keperluan  industry,  yakni  pembersih lantai,  kapal,  gudang  dan  pakaian,  pembasmi  lalat  maupun  berbagai  serangga
lainnya.  Dalam  dunia  fotografi  biasanya  digunakan  sebagai  pengeras  lapisan gelatin  dan  kertas.  Formalin  juga  sering  digunakan  sebagai  bahan  pembuatan
pupuk  urea,  bahan  pembuatan  produk  parfum,  pengawet  produk  kosmetik, pengeras  kuku  dan  bahan  untuk  insulasi  busa.  Formalin  boleh  juga  dipakai
sebagai  pencegah korosi untuk  sumur minyak. Di  bidang industri kayu, formalin digunakan  sebagai  bahan  perekat  untuk  produk  kayu  lapis  plywood.  Dalam
konsentrasi  yang  sangat  kecil1  digunakan  sebagai  bahan  pengawet  untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
Universitas Sumatera Utara
12
pelembut,  perawat  sepatu,  shampoo  mobil,  lilin dan  karpet.  Di  dunia  kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan mayat Yuliarti,2007.
Formalin  juga  dipakai  untuk  reaksi  kimia  yang  bisa  membentuk  ikatan polimer yang dapat menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Oleh karena
itu, formalin juga banyak dipakai dalam produk rumah tangga seperti piring, gelas dan  mangkuk  yang  berasal  dari  plastik  atau  melamin.  Bila  piring  atau  gelas
tersebut  terkena  makanan  atau  minuman  panas  maka  bahan  formalin  yang terdapat  dalam  gelas  akan  larut.  Barang-barang  tersebut  bila  digunakan  dalam
keadaan  dingin  sebenarnya  tidak  berbahaya  karena  formalin  di  dalamnya  tidak akan  larut.  Namun,  tidak  demikian  halnya  bila  wadah-wadah  ini  dipakai  untuk
menaruh  bahan  makanan  panas  seperti  membuat  minuman  teh,  susu,  kopi  atau makanan berkuah panas Yuliarti,2007.
2.2.4 Dampak Formalin terhadap Kesehatan
Kekebalan  tubuh  sangat  berperan  pada  berdampak  tidaknya  formalin  di dalam  tubuh.  Jika  kekebalan  tubuh  atau  mekanisme  pertahanan  tubuh  rendah,
sangat  mungkin  formalin  berkadar  rendah  sekalipun  bisa  berdampak  buruk terhadap  kesehatan.  Anak-anak  khususnya  bayi  dan  balita,  adalah  salah  satu
kelompok  usia  yang  rentan  mengalami  gangguan  ini.  Usus  imatur  belum sempurna atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi
sehingga  memudahkan  bahan  berbahaya  masuk  ke  dalam  tubuh  dan  sulit dikeluarkan.  Hal  ini  juga  akan  mengganggu  pada  penderita  gangguan  saluran
cerna yang kronis  seperti pada penderita  autism,  penderita alergi dan sebagainya Yuliarti,2007.
Universitas Sumatera Utara
13
Menurut Cahyadi 2006 formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan  pernapasan. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot
dan  pabrik  mengandung  formalin  yang  mau  tidak  mau  kita  hirup,  kemudian masuk  ke  dalam  tubuh.  Begitu  pula  asap  rokok  bahkan  air  hujan  yang  jatuh  ke
bumi pun sebetulnya mengandung formalin. Jika  formalin  terhirup  maka  akan  segera  diabsorpsi  ke  paru  dan
menyebabkan  paparan  akut  berupa  pusing  kepala,  rhinitis,  rasa  terbakar,  dan lakrimasi keluar air mata dan pada dosis lebih tinggi bisa buta, bronchitis, edema
pulmonary atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi  cairan  di  paru.  Pada  orang  yang  sensitif  dapat  menyebabkan  alergi,
asma, dan dermatitis Widyaningsih dan Erni, 2006. Efek  dari  makanan  berformalin  baru  terasa  beberapa  tahun  kemudian.
Kandungan  formalin  akan  meracuni  tubuh,  menyebabkan  iritasi  lambung,  alergi, bersifat  karsinogenik  dan juga bersifat  mutagen  menyebabkan perubahan fungsi
seljaringan,  serta  orang  yang  mengonsumsinya  akan  muntah,  diare  bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan
peredaran  darah.  Formalin  bila  menguap  di  udara,  berupa  gas  yang  tidak berwarna,  dengan  bau  yang  menyesakkan  sehingga  merangsang  hidung,
tenggorokan dan mata Cahyadi,2006. Menurut Yuliarti 2007 Formalin tidak hanya berbahaya jika dikonsumsi,
melainkan juga dengan melakukan kontak terhadapnya. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat kontak dengan formalin  sangat  tergantung  pada  cara masuknya zat
ini  ke  dalam  tubuh  kita.  Kontak  dengan  formalin  bisa  menyebabkan  luka  bakar jika mengenai kulit, iritasi pada saluran pernapasan bila menghirup uapnya dalam
Universitas Sumatera Utara
14
konsentrasi  yang  tinggi,  maupun  reaksi  alergi.  Jika  kandungan  formalin  dalam tubuh tinggi maka akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam
sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kerusakan organ tubuh. Pemaparan  formaldehid  terhadap  kulit  menyebabkan  kulit  mengeras,
menimbulkan  kontak  dermatitis  dan  reaksi  sensitivitas,  sedangkan  pada  sistem reproduksi wanita akan menimbulkan gangguan menstruasi, toksemia, dan anemia
pada  kehamilan,  peningkatan  aborsi  spontan,  serta  penurunan  berat  badan  bayi yang  baru  lahir.  Uap  dari  larutan  formaldehid  menyebabkan  iritasi  membrane
mukosa  hidung,  mata,  dan  tenggorokan  apabila  terhisap  dalam  bentuk  gas  pada konsentrasi  0,03-4  bpj  selama  35  menit.  Dapat  terjadi  iritasi  pernafasan  parah
seperti  batuk,  disfagia,  spasmus  laring,  bronchitis,  pneumonia,  asma,  edema pulmonary, dapat pula terjadi tumor hidung pada mencit Cahyadi,2006.
Menurut  Yuliarti  2007  formalin  yang  masuk  ke  dalam  tubuh  dapat mengakibatkan  gangguan  pada  organ  dan  sistem  tubuh  manusia.  Akibat  yang
ditimbulkan  tersebut  dapat  terjadi  dalam  waktu  singkat  atau  jangka  pendek  dan dalam jangka panjang bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan.
Lembaga  perlindungan  lingkungan  Amerika  Serikat  EPA  dan  lembaga internasional  untuk  penelitian  kanker  IARC  menggolongkan  formalin  sebagai
senyawa  yang  bersifat  karsinogen,  yaitu  senyawa  yang  dapat  memacu pertumbuhan  sel-sel  kanker.  Formalin  akan  mengacaukan  susunan  protein  atau
RNA  sebagai  pembentuk  DNA  di  dalam  tubuh  manusia.  Jika  susunan  DNA kacau, maka akan memicu terjadinya sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tentu
prosesnya  memakan  waktu  yang  lama,  tetapi  cepat  atau  lambat  jika  setiap  hari
Universitas Sumatera Utara
15
tubuh  kita  mengonsumsi  makanan  yang  mengandung  formalin,  maka kemungkinan besar terjadinya kanker Widyaningsih dan Erni, 2006.
Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah  tidak  bijaksana  jika  melarang  penggunaan  formalin.  Banyak  industry
memerlukan  formalin  sehingga  harus  bijaksana  dalam  menggunakannya.  Paling utama  adalah  dengan  tidak  menggunakannya  pada  makanan.  Oleh  karena  itu,
yang terbaik adalah menjalankan fungsi pengawasan dengan ketat yang dalam hal ini melibatkan Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait Yuliarti,2007.
Tabel 2.1 Efek yang dihasilkan dari paparan formalin, sebagai berikut :
No. Penelitian
Sampel dan
cara Frekuensi
dan dosis Sistem
Efek 1.
Burkhart et.al 1990
Manusi a
oral 517
mgkgBB hari
1 kali Repiratori
Jantung Hematologi
metabolik Kematian
Frekuensi  nafas  turun henti
TD  turun    Henti jantung
Intravaskular koagulopati
Asodisis metabolic
2. Eells et al.
1981 Manusi
a oral
624 mgkgBB
hari 1 kali
Repiratori Jantung
metabolik Kematian
Henti nafas Hipotensi
Asidosis
3. Tobe et al.
1989 Tikus
Wistar oral
300 mgkgBB
hari 1 kali
Kematian 9
hari evaluasi
Kematian awal
muncul hari ke-9, bulan
ke-12 kemungkinan
kematian  terjadi  45- 55, dan
pada bulan
ke-24 menjadi 100
Universitas Sumatera Utara
16
4. Kochhar et
al. 1986 Manusi
a oral
234 mgkgBB
hari 1 kali
Jantung Sinus takikardia
5. O K Al
Omari 2007
Tikus Sprage-
Dawely oral
150 mgkgBB
hari 12
minggu Hematologi
Perubahan  pH  dan PCO2
6. B F Al
Husany 2012
Kelinci inhalas
i 10
formalin 6 bulan
Perubahan PO2,
PCO2, HCO3, berperngaruh
pada pH, Hb,
Volume paket sel dan hitung
retikulosit
7. Til et al.
1989 Tikus
wistar 82
mgkgBB hari
Hiperplasi  papilloma, hiperplasia
glandular, gastritis
atropis kronik, BB  turun  10-15  ,
konsumsi
8. Tobe et al.
1989 Tikus
Wistar oral
300 mgkgBB
hari 24 bulan
BB  turun  40-45, konsumsi
makan  minum  turun 25-50 ,
penurunan
serum protein,
albumin, total
kolesterol, lesi degeneratif
epitel serius
Sumber http:digilib.unimus.ac.iddownload.php?id=14414
Universitas Sumatera Utara
17
Tabel 2.2 Ambang batas penggunaan formalin, sebagai berikut :
No. Ambang Batas
Jumlah Paparan Lama
Paparan 1.
National  Institude for Occupational Safety
and Health
NIOSH dan
Recommended Exposure Limit REL
0,016 ppm
0.02 mgm3
10-h TWA • 0,01 ppm
• 8 jam • 15 menit
2. OSHA Permissible Exposure Limit
PEL • 0,75 ppm
• 2,00 ppm • 8 jam
• 15 menit
Sumber http:digilib.unimus.ac.iddownload.php?id=14414
2.3 Buah-buahan
2.3.1 Pengertian dan Manfaat Buah-buahan
Buah  adalah  bahan  makanan  yang  kaya  akan  vitamin,  mineral,  lemak, protein,  dan  serat.  Selain  itu,  setiap  jenis  buah  mempunyai  keunikan  dan  daya
tarik  tersendiri,  seperti  rasa,  aroma  yang  khas  serta  warna  atau  bentuk  yang mengandung nilai-nilai estetis. Salah satu sasaran pemerintahan adalah perbaikan
gizi  masyarakat  yaitu  dengan  meningkatkan  kualitas  konsumsi  pangan  melalui penganekaragaman  pangan  sehingga  mendorong  masyarakat  ke  arah  pola
konsumsi  yang  lebih  baik  dan  lebih  memperhatikan  nilai  gizinya  baik  secara kuantitatif maupun kualitatif Sjaifullah,1996.
Menurut Rukmana
2008, komoditas
buah-buahan merupakan
penyumbang  keanekaragaman  dan  kecukupan  gizi  rakyat  yang  cukup  besar. Buah-buahan  mengandung  karbohidrat,  protein,  lemak,  mineral,  vitamin,  asam,
minyak yang mudah menguap, pectin, air, serat, gula, dan lain-lain. Mengonsumsi buah-buahan  setiap  hari  secara  teratur  akan  berpengaruh  langsung  pada  susunan
saraf,  mempertinggi  daya  tahan  tubuh  dan  mencegah  penyakit,  membantu  kerja
Universitas Sumatera Utara
18
jantung, mempertajam ingatan, meringankan tekanan mental, serta menyelaraskan pencernaan makanan, urat saraf, dan peredaran darah.
Buah sangat mudah mengalami  perubahan  fisiologis,  kimia  dan  fisik  bila tidak ditangani secara tepat. Akibatnya mutu akan turun dan menjadi tidak segar
lagi dalam waktu yang sangat singkat. Penanganan segar sangat diperlukan untuk menjaga  mutu  buah  yang  dihasilkan.  Peningkatan  jumlah  produksi  buah  akan
mubazir jika tidak disertai dengan penanganan yang baik Satuhu,1993.
2.3.2 Penanganan dan Pengolahan Buah-buahan
Buah-buahan  yang  bisa  dimakan  bersama  kulitnya  seperti  apel  dan  pir, apalagi yang impor, sebaiknya dikupas. Langkah ini penting untuk meminimalkan
asupan pestisida yang terdapat di bagian kulit buah dan daging buah yang berada tepat  di  bawah  kulit.  Pencucian  juga  membantu  melarutkan  dan  meminimalkan
cemaran  bahan  kimiawi  sintesis  yang  menempel  pada  permukaan  buah.  Hindari menggunakan sabun deterjen cair untuk mencuci peralatan makanan dan minuman
yang diklaim bisa untuk mencuci buah dan sayuran Apriadji, 2007. Mencuci  buah  dengan  air  mengalir  atau  air  hangat  merupakan  salah  satu
cara  dalam  mengurangi  pestisida  dan  pengawet  di  permukaan  buah,  walaupun tidak membuang pestisida yang meresap ke dalam buah dan juga yang menumpuk
di bawah kulit  Apriadji, 2004.
Beberapa tips cara mencuci sayuranbuah : 1.
Untuk  sayuran yang tidak perlu dikupas dan dipotong  seperti  kecambah, kacang polong, dll, bisa langsung dicuci.
2. Untuk sayurbuah yang perlu dikupas dan dipotong-potong seperti wortel,
kentang dll,
cucilah selagi
buahsayur masih
utuh sebelum
Universitas Sumatera Utara
19
dikupasdipotong.  Karena  pestisida  berada  di  bagian  luar  buahsayur. Apabila  dicuci  setelah  dikupasdipotong,  maka  dikhawatirkan  vitamin
yang terkandung akan ikut larut. 3.
Pastikan tempat dan pisau pemotong sudah bersih. 4.
Dalam  mencuci  sayurbuah  lakukan  dengan  cara  menampung  air  pada emberwaskom, baru kemudian sayurbuah dimasukkan dalam air tersebut.
Jangan  terbalik,  apabila  buahsayur  ditempatkan  dalam  wadah  baru  diisi air  apalagi  dibawah  kran,  maka  dikhawatirkan  vitamin  akan  ikut  larut
Faizah, 2012
.
2.3.3 Memilih Buah
Menurut Sjaifullah 1996, beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih buah segar yang baik adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Fisik
Penilaian  mutu  buah  dari  segi  fisik  merupakan  hal  yang  paling  mudah  untuk dilakukan. Parameter kriteria fisik antara lain :
a. Warna kulit
Setiap  jenis  buah,  bahkan  setiap  varietasnya  mempunyai  warna  kulit yang khas. Umumnya buah yang mengalami  proses pematangan  akan
berubah  warna  kulitnya  dari  hijau  gelap  menjadi  kuning,  merah  atau ungu. Di negara-negara maju warna biasa diukur secara obyektif, yaitu
dengan menggunakan teknik transmisi sinar.  Juga tersedia tabel warna untuk  beberapa  komoditas  sebagai  panduan  dalam  menentukan
kematangan. b.
Kesegaran dan kebersihan kulit
Universitas Sumatera Utara
20
Buah yang baik terlihat segar, kulitnya berkilap, tidak keriput dan tidak terdapat noda, baik noda bekas gigtan serangga maupun noda getah.
c. Ukuran dan bentuk buah
Umumnya  pada  saat  layak  petik  buah  mempunyai  ukuran  maksimum dengan bentuk  yang khas pula.  Selain ukuran, bentuk  dapat  dijadikan
patokan  untuk  menentukan  mutu  buah.  Buah  yang  baik  mempunyai bentuk  sesuai  dengan  bentuk  baku  normalnya.  Buah  cacat  atau  tidak
normal akan mempunyai rasa yang kurang enak pula. d.
Kerapatan rambut atau duri Buah yang berambut atau berduri telah layak dipetik untuk dikonsumsi
apabila  rambut  atau  durinya  telah  merenggang.  Pada  beberapa  buah seperti  nangka  dan  sirsak,  selain  merenggang,  durinya  juga  sudah
melunak. e.
Kekerasan Kekerasan  buah  dapat  dirasakan  melalui  pijatan  jari.  Buah  yang
matang  dan  siap  dikonsumsi  relatif  lebih  lunak  daripada  buah  yang masih mentah. Buah yang baik mempunyai kekerasan merata. Contoh
yang  paling  jelas  pada  jeruk.  Bila  kekerasannya  tidak  merata,  maka sebagian dari daging buahnya akan berbeda rasanya.
f. Berat jenis
Sejalan  dengan  matangnya  buah,  berat  jenis  buah  juga  naik.  Sifat  ini telah dijadikan salah satu prinsip dasar untuk memisahkan antara buah
yang cukup tua dan yang masih muda saat buah baru dipanen. g.
Bunyi ketukan
Universitas Sumatera Utara
21
Semangka  dan  alpukat  yang  muda  bila  diketuk  dengan  jari  berbunyi relatif  lebih  nyaring  seperti  tepukan  di  dahi  daripada  yang  matang
atau yang terlalu matang. Pada nangka dan durian yang sudah matang bunyi nyaring akan terdengar apabila duri buah dijentik dengan ujung
jari  atau  diketuk  dengan  sebilah  kayu.  Buah-buahan  ini  juga  dikenal mengeluarkan aroma yang khas bila sudah matang.
2. Kriteria Kimiawi
Walaupun  setiap  jenis  dan  varietas  buah  mempunyai  komposisi  kimiawi tertentu,  namun  buah  dari  varietas  yang  sama  dapat  mempunyai  komposisi
bervariasi.  Hal  ini  tergantung  pada  jumlah  cahaya  matahari  yang  diserap,  suhu selama pertumbuhan, serta jenis dan frekuensi pemupukan.
a. Kandungan pati
Umumnya  sejalan  dengan  pematangan  buah,  zat  pati  akan  diubah menjadi gula. Konversi dari pati menjadi gula pada pisang merupakan
indeks  yang  sangat  baik  untuk  menentukan  derajat    kematangan. Intensitas  warna  biru  yang  terbentuk  dari  reaksi  pati  dengan  larutan
kalium  iodida  menunjukkan  jumlah  relatif  pati  yang  dikandungnya, dan ini dapat dilihat secara visual. Makin tua pisang makin sedikit area
pada penampang melintang buah tersebut yang berwarna biru . b.
Kandungan gula Kandungan  gula  atau  total  padatan  terlarut  merupakan  refleksi  dari
rasa  manis,  yang  juga  menunjukkan  derajat  ketuaan  dan  kematangan. Padatan terlarut dalam sari buah dapat diukur secara mudah dan cepat
dengan hand-refractometer. Alat ini biasa digunakan untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
22
ketuaan  atau  kematangan  dari  buah  melon,  pepaya,  apel,  dan  buah lainnya  yang  secara  kontinu  kadar  gulanya  meningkat  sejalan  dengan
proses penuaan. c.
Keasaman Keasaman  buah  umumnya  turun  sejalan  dengan  matangnya  buah,
sampai  mencapai  titik  tertentu  pada  saat  matang.  Cara  mengukur keasaman,  yang  biasa  disebut  TA  titratable  acidity,  ialah  dengan
mentitrasi  sampel  sari  buah  tessebut  dengan  larutan  baku  berupa natrium  hidroksida.  Dari  hasil  analisis  kimiawi,  perbandingan  kadar
gula  asam  sugar-acid  ratio  merupakan  salah  satu  parameter  terbaik untuk menilai mutu buah. Umumnya rasa buah ditentukan oleh adanya
perpaduan antara rasa manis dan asam pada perbandingan yang tepat d.
Kadar lemak Analisis  kandungan  lemak  sebagai  parameter  mutu  biasanya  hanya
dilakukan  di  negara-negara  maju  terhadap  alpukat.  Kandungan  lemak pada  buah  alpukat  merupakan  salah  satu  indeks  penting  dalam
menentukan tingkat ketuaan buah yang layak panen. e.
Kandungan vitamin dan mineral Buah  merupakan  sumber  vitamin,  terutama  A  dan  C,  serta  sumber
mineral  yang  baik.  Vitamin  dan  mineral  yang  banyak  terdapat  dalam buah  terbukti  dapat  mengurangi  peningkatan  kolesterol  dalam  darah
dan mengurangi peningkatan gula darah. 3.
Kriteria Fisiologis
Universitas Sumatera Utara
23
Buah  segar  merupakan  jaringan  hidup  sehingga  mempunyai  sifat  seperti benda hidup umumnya seperti :
a. Memerlukan energi
b. Mengandung banyak air
c. Mengalami  perubahan-perubahan  fisik  dan  kimiawi  akibat  pengaruh
lingkungan Buah  yang  baru  dipanen  memerlukan  energi  untuk  mempertahankan
hidupnya.  Energi  diperoleh  dari  cadangan  makanan  yang  tersimpan,  seperti  pati, gula,  lemak,  dan  senyawa-senyawa  lainnya  melalui  respirasi.  Apabila  faktor
lingkungan  tidak  terkendali  antara  lain  terdapat  kerusakan  fisik  maka  repirasi berlangsung  cepat.  Akibatnya  umur  atau  ketahanan  simpan  buah  menjadi
berkurang. Kandungan  air  buah  umumnya  berkisar  70-90.  Apabila  buah  telah
dipetik  kandungan  air  ini  secara  alami  berkurang  sehingga  terjadi  penyusutan melalui  proses  transpirasi.  Transpirasi  adalah  penguapan  air  dari  dalam  sel,  baik
melalui  stomata,  lentisel  maupun  retakan  kultikula.  Selain  menyebabkan kehilangan  berat,  transpirasi  pada  buah  juga  menyebabkan  keriput,  terdapatnya
lekukan-lekukan coklat kehitaman yang kering, perubahan warna pencokelatan, dan  perubahan  tekstur.  Sebagai  akibat  tidak  langsung  dari  penguapan,  nilai  gizi
buah terutama vitamin C juga berkurang. Jika  buah  yang  telah  dipanen  dihadapkan  pada  kondisi  yang  tidak  sesuai
maka  akan  terjadi  gangguan  fisiologis  pula.  Misalnya  buah-buahan  tropis  akan mengalami  gangguan  fisiologis  yang  disebut  chilling  injury  bila  disimpan  pada
suhu rendah. Contoh lain dari gangguan fisiologis adalah rusaknya bagian tengah
Universitas Sumatera Utara
24
buah  dan  terbentuknya  jaringan  yang  menggabus.  Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh bahan kemasan atau suhu penyimpanan yang tidak tepat.
4. Kriteria Organoleptik
Apabila  mutu  bahan  makanan  termasuk  buah  diukur  melalui  kemampuan organ  indera  manusia  secara  langsung  maka  penilaian  tersebut  merupakan
penilaian organoleptik.  Penilaian yang biasa disebut  juga   sensory  evaluation  ini bersifat subyektif. Parameter yang dinilai meliputi :
a. Penampakan
Semua  yang  dapat  dilihat  oleh  mata  dapat  dijadikan  parameter penampakan  seperti  ukuran,  bentuk,  kecemerlangan,  dan  kebenaran
warna dari buah. b.
Flavor atau aroma Selain  melalui  penilaian  mata,  indera  hidung  dan  mulut  biasa
digunakan  untuk  menilai  atau  memberikan  keterangan  tambahan tentang  mutu  buah.  Penilaian  oleh  indera  hidung  dan  mulut  ini
merupakan  penilaian  terhadap  flavor.  Flavor  terdiri  atas  tiga komponen,  yaitu  odor  atau  bau,  taste  atau  rasa  dan  suatu  perpaduan
berbagai  sensasi  yang  disebut  mouthfeel  yakni  kesan  atau  rasa  yang tertinggal  di  mulut.  Seperti  diketahui,  setiap  jenis  bahkan  setiap
varietas  buah  mempunyai  aroma  dan  rasa  yang  unik.  Aroma dipengaruhi oleh komposisi kimiawi dari buah seperti kandungan gula,
asam, alkohol, aldehida, aeter dan lain-lain. c.
Tekstur
Universitas Sumatera Utara
25
Buah memiliki tekstur yang dapat dirasakan seperti halus atau lembut, kasar,  berserat,  empuk,  lembek,  berair,  keras,  padat,  renyah,  liat  dan
lain-lain. Kandungan air dalam sel berpengaruh terhadap pembentukan tekstur ini, selain faktor genetis, seperti jenis atau varietas buah.
2.3.4 Pengawetan Buah
Secara  ilmiah  untuk  mendatangkan  buah  hingga  ke  tangan  konsumen butuh  waktu  terlebih  terhadap  buah  impor,  sementara  itu  buah  hanya  tahan
beberapa  hari  supaya  tetap  segar  setelah  dipetik  dari  pohonnya  karena  itu  para produsen  buah  ini  melakukan  metode  bagaimana  cara  agar  buah  tetap  segar
sampai  ke  tangan  konsumen.  Sebagian  besar  buah  impor  dipanen  sebelum matang, sebab proses pengepakan dan pengiriman ke negara lain  akan memakan
waktu  lama.  Karena  itu  sebagian  besar  buah  impor  harus  dilakukan  proses kimiawi agar tidak cepat layu atau busuk Prasko, 2012.
A. Pengawetan yang Diizinkan Pengemas  yang  dapat  digunakan  dalam  pengawetan  buah  adalah  plastik
poliethylen  dan  polipropilen  guna  mencegah  anthiacnose.  Untuk  jenis  bahan pengawet  yang  digunakan  salah  satunya  adalah  perendaman  dengan
CaCl
2
yang kemudian  disimpan  dalam  pendingin.  Selama  dalam  penyimpanan  pengamatan
terus  dilakukan  untuk  menganalisa  kimia  terhadap  kadar  air,  gula  dan  pH.  Dari hasil  ini  bisa  dilihat  proses  kimia  tersebut  mampu  memperpanjang  umur  simpan
buah-buahan hingga 13 sampai 14 hari Prasko, 2012. Menurut
Kristianingrum 2007
penelitian-penelitian mengenai
penyimpanan buah bertujuan untuk mencapai umur simpan semaksimal mungkin. Usaha  yang  dapat  dilakukan  untuk  dapat  memperlambat  pematangan  buah  dan
Universitas Sumatera Utara
26
sayur  adalah  memperlambat  respirasi  dan  menangkap  gas  etilen  yang  terbentuk. Beberapa  cara  yang  dapat  diterapkan  antara  lain  pendinginan,  pembungkusan
dengan polietilen dan penambahan bahan kimia. 1.  Pendinginan
Penyimpanan  di  bawah  suhu  15ºC  dan  di  atas  titik  beku  bahan  dikenal sebagai  penyimpanan  dingin  chilling  storage.  Penyimpanan  buah-buahan  dan
sayur-sayuran  memerlukan  temperatur  yang  optimum  untuk  mempertahankan mutu dan kesegaran. Pendinginan tidak mempengaruhi kualitas rasa, kecuali bila
buah didinginkan secara berlebihan sehingga proses pematangan terhenti. 2. Pengemasan dengan polietilen PE
Kehilangan  air  dapat  dikurangi  dengan  jalan  memberi  pembungkus  pada bahan  yang  akan  didinginkan.  Salah  satu  jenis  pembungkus  yang  cukup  baik
digunakan  adalah  pembungkus  dari  bahan  plastik.  Berdasarkan  penelitian  Scott dan  Robert  1987  penyimpanan  pisang  yang  masih  hijau  dalam  kantong
polietilen dapat memperlambat pematangan pisang selama 6 hari pada suhu 20ºC. 3. Pencelupan dengan larutan CaCl
2
Tempatkan buah dan sayur di dalam keranjang kawat, kemudian celupkan ke dalam larutan CaCl
2
pada konsentrasi 4 dan 8 selama 30-60 detik. Angkat dan  tiriskan  pada  rak  penirisan  dengan  dihembus  udara  kering,  agar  pelapisan
merata pada seluruh permukaan kulit. Simpan pada suhu ruang dan dalam lemari es.
4. Pelapisan Buah dengan Emulsi Lilin Pelilinan  tradisional  dilakukan  dengan  menggunakan  minyak  biji  kapas
atau  minyak  kacang  namun  sekarang  cara  yang  umum  dilakukan  adalah  dengan
Universitas Sumatera Utara
27
menggunakan emulsi lilin. Lilin wax merupakan ester dari  asam lemak berantai panjang  dengan  alkohol  monohidrat  berantai  panjang  atau  sterol.  Lilin  yang
digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : a.
tidak mempengaruhi bau dan rasa buah b.
cepat kering, tidak lengket dan tidak mudah pecah c.
mengkilap, licin, tipis dan tidak mengandung racun Pemanfaatan pelilinan pada buah yang baru di panen. Biasanya dilakukan
pada  pedagang  buah  atau  untuk  buah  eksporimpor.  Buah  hasil  panen  terdahulu itu kemungkinan besar diawetkan terlebih dulu sebelum dikirim ke negara tujuan.
Biasanya,  buah  tersebut  dilapisi  dengan  sejenis  lilin  ini  akan  menghambat penguapan  saat  proses  pembusukan  buah.  Lapisan  lilin  biasanya  ditemui  pada
buah impor seperti jeruk, apel, pir, mangga dll. Sebelum  pelilinan,  buah-buahan  dicuci  bersih  dengan  busa  lembut  untuk
menghilangkan  kotoran-kotoran  pada  permukaan  kulit,  kemudian  ditiriskan hingga  kering.  Teknik  yang  paling  popular  atau  komersial  adalah  penyemprotan
atau  dicelupkan.  Setelah  pelilinan,  buah  ditiriskan  terlebih  dahulu  sebelum disimpan atau dipasarkan. Pelilinan biasanya dibarengi dengan penyimpanan suhu
rendah untuk memperpanjang daya simpan. Cara pembuatan emulsi lilin :
a. Lilin dipanaskan sampai cair
b. Masukkan asam oleat sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sambil diaduk
bila menggunakan stirrer kecepatan 20-100 ppm c.
Tambahkan trietanolamine, terus diaduk dan suhu dipertahankan tetap
Universitas Sumatera Utara
28
d. Tambahkan  air  tidak  sadah  yang  sudah  di  didihkan  dengan  pelahan-lahan
sambil terus diaduk e.
Dinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir Untuk  mendapatkan  emulsi  lilin  dengan  konsentrasi  yang  diinginkan
dilakukan  pengenceran dengan air  tidak sadah. Untuk pemakaiannya sebaiknya digunakan  emulsi  lilin  yang  masih  segar.  Buah  dan  sayur  yang  sudah  ditiriskan
masukkan ke dalam keranjang kawat kemudian celupkan ke dalam emulsi lilin konsentrasi 6 dan 12   sampai semuanya terendam selama30-60 detik. Angkat
dan  tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering agar pelapisannya merasa pada seluruh permukaan kulit dan tidak lengket. Simpan pada suhu ruang
dan dalam lemari es. B. Pengawetan yang Tidak Diizinkan
Banyak  ditemukan  buah-buahan  yang  tidak  layak  dikonsumsi  karena mengandung  berbagai  zat  berbahaya,  salah  satunya  formalin.  Berdasarkan  data
tahun  2011,  Badan  Karantina  Pertanian  mengungkap  telah  menolak  masuk  1000 ton buah impor karena mengandung berbagai residu atau bahan kimia berbahaya
seperti  formalin  dan  zat  perwarna  lainnya.  Jika  digunakan  sebagai  pengawet makan  dalam  dosis  rendah,  efek  formalin  tidak  seketika  dirasakan  jangka
pendek.  Efek  berbahaya  formalin  bagi  tubuh  juga  ditemukan  pada   bahan pengawet  yang  sering  ditemukan  pada  buah  impor  antara  lain,  seperti  boraks,
rhodamine, dan pestisida. Apabila masuk ke tubuh ibu yang sedang  mengandung dan  menyusui,  zat  ini  akan  mempengaruhi  perkembangan  perilaku  pada  bayi,
gangguan hormonal, dan cacat lahir Badan Inteligen Negara Republik Indonesia, 2013.
Universitas Sumatera Utara
29
2.3.5 Buah Apel
Apel  merupakan  salah  satu  jenis  buah-buahan,  biasanya  kulit  buah  ini berwarna  merah  namun  bisa  juga  berwarna  hijau  atau  kuning.  Daging  buahnya
keras  dan  kulit  buahnya  agak  lembek.  Buah  ini  memiliki  beberapa  biji  di dalamnya.  Kebanyakan  apel  langsung  dimakan  tanpa  di  masak  dan  juga
digunakan sebagai makanan saat pesta Nurcahyati, 2014. Pilih  apel  berkulit  mulus  dan  tidak  memar.  Apel  yang  terlihat  menarik
dengan  kulit  merah  nan  tebal  sering  justru  memiliki  rasa  yang  kurang  manis. Ujung  buah  bekas  kelopak  sudah  merenggang,  bila  dijentik  dengan  jari
menghasilkan  suara  yang  bening  dan  belum  terlalu  beraroma.  Bila  aroma  apel sudah sangat  jelas tercium  berarti buah sudah terlalu matang dan kerenyahannya
akan berkurang Suryobuwono, dkk 2005. Bentuk  buah  apel  umumnya  bulat,  dengan  cekungan  pada  pangkal
pucuknya.  Daging  buah  apel  berwarna  putih,  renyah  dan  berair  dengan  rasa manis. Daging buah dilindungi kulit tipis yang mengkilap. Bila daging ini dikerat
keluarlah aroma yang harum. Namun ada beberapa varietas apel, aroma itu terasa sangat tajam Suwarto, 2010.
2.4 Buah Impor
Buah-buah  impor  cukup  berlimpah  di  indonesia,  mulai  dari  pasar-pasar swalayan, toko-toko yang khusus menjual buah, kios-kios kecil, hingga pedagang
di  pinggir  jalan  atau  kaki  lima  pun  menjajakannya.  Penampilan  buah  impor umumnya  sangat  menarik  tetapi    kita  tetap  harus  teliti  sebelum  membeli  karena
buah-buahan  tersebut  biasanya  telah  mendapatkan  perlakuan  tertentu  agar  tetap
Universitas Sumatera Utara
30
kelihatan menarik walaupun telah mengalami masa angkut dan penyimpanan yang lama Sjaifullah,1996.
2.4.1 Apel Red Delicious
Jenis  apel  ini  berasal  dari  Amerika,  warna  kulit  merah  bergaris-garis, daging buah lunak, berair, rasa manis sedikit asam serta enak dimakan segar. Apel
ini adalah apel cemilan favorit di Amerika. Apel ini memiliki rasa yang manis dan renyah  serta  sangat  baik  di  dalam  salad.  Petani  apel  di  Washington  telah
memproduksi  Apel  Red  Delicious  terbaik  di  dunia  sejak  tahun  1920-an Nurcahyati, 2014.
Di  Indonesia  apel  ini  pertama  kali  muncul  pada  abad  ke-19  dan  banyak dijual  di  pasar  swalayan.  Memiliki  rasa  manis  yang  khas,  namun  Apel  Red
Delicious terkadang juga ada yang masam dan daging buahnya terasa hampar atau seperti kapas Suryobuwono, dkk 2005.
2.5 Ciri Buah Berformalin
Menurut Badan Inteligen Negara Republik Indonesia 2013 ciri-ciri buah berformalin antara lain:
a. Permukaan bagian kulit terlihat kencang dan segar meski telah berbulan-bulan dipanen  maupun  dipajang  di  supermarket,  lapakkiospasar,  namun  apabila
hendak dipegang buahnya terasa keras b.  Umumnya buah yang diberi formalin adalah jeruk, anggur, dan apel
c.  Sementara  untuk  formalin  pada  buah  yang  dijual  secara  bertangkai,  dapat ditemukan  misalnya  lengkeng  dan  anggur,  dapat  lebih  mudah  dikenali.  Jika
Universitas Sumatera Utara
31
tangkainya  tampak  layu,  sementara  buahnya  masih  sangat  segar  dengan  bau menyengat yang bukan buah, kemungkinan mengandung zat kimia berbahaya.
Hindarilah  memilih  buah  impor  dengan  penampakan  kulit  terlalu mengkilat dan sebelum dikonsumsi buah dicuci terlebih dahulu. Untuk buah yang
berkulit seperti apel, mangga dan lain-lainnya kupaslah kulitnya.
Universitas Sumatera Utara
32
2.6 Kerangka Konsep