32
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H
1
H
2
H
3
H
4
H
5
H
6
2.3.1 Hubungan Antara SiLPA dengan Belanja Modal
SiLPA tahun sebelumnya yang merupakan penerimaan pembiayaan digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih
kecil daripada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja
pegawai dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. Penelitian yang dilakukan Ardhini 2011
menguatkan hal tersebut dimana SiLPA berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Kusnandar dan Siswantoro, 2012
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran X
1
Pendapatan Asli Daerah X
2
Dana Alokasi Umum X
3
Dana Alokasi Khusus X
4
Dana Bagi Hasil X
5
Belanja Modal Y
Universitas Sumatera Utara
33
2.3.2 Hubungan Antara PAD dengan Belanja Modal
PAD merupakan sumber pembiayaan bagi pemerintahan daerah dalam menciptakan infrastruktur daerah. PAD didapatkan dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Untuk itu, dalam masa desentralisasi seperti ini, pemerintah
daerah dituntut untuk bisa mengembangkan dan meningkatkan PAD-nya masing- masing dengan memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki supaya bisa
membiayai segala kegiatan penciptaan infrastruktur atau sarana prasarana daerah melalui alokasi belanja modal pada APBD. Semakin baik PAD suatu daerah maka
semakin besar pula alokasi belanja modalnya Ardhani 2011. Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanakan kebijakannya sebagai daerah otonomi
sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah tersebut dalam menghasilkan pendapatan daerah. Semakin besar pendapatan asli daerah yang diterima, maka
semakin besar pula kewenangan pemerintah daerah tersebut dalam melaksanakan kebijakan otonomi. Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan publik dengan melakukan belanja untuk kepentingan
investasi yang direalisasikan melalui belanja modal Solikin 2010 dalam Ardhani 2011.
Menurut Mardiasmo 2002: 132, PAD adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
Universitas Sumatera Utara
34
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan dan aset tak berwujud Halim 2007. Syahfitri 2009 menyatakan bahwa PAD mempunyai pengaruh signifikan
positif terhadap Belanja Modal. faktor penentu dalam menentukan belanja modal. Hal ini sesuai dengan PP No 58 tahun 2005 yang menyatakan bahwa APBD
disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan. Setiap penyusunan APBD, alokasi
belanja modal harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan mempertimbangkan PAD yang diterima. Sehingga apabila Pemda ingin
meningkatkan belanja modal untuk pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, maka Pemda harus menggali PAD yang sebesar-besarnya.
2.3.3 Hubungan Antara DAU dengan Belanja Modal