Uji Multikolinieritas Uji Heterokedastisitas

62 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal. Kesimpulan secara keseluruhan yang dapat diambil adalah bahwa nilai- nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas pada penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Menurut Ghozali, 2005:91 “model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya”. Untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan cara menggunakan variance inflation factor VIF dan nilai tolerance. Multikolinieritas terjadi jika VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian: Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 27.406 14.507 1.889 .062 SiLPA .426 .114 .269 3.725 .000 .995 1.005 PAD .771 .201 .373 3.831 .000 .549 1.822 DAU -.005 .055 -.014 -.093 .926 .231 4.337 DAK .450 .424 .178 1.061 .292 .184 5.434 DBH .833 .279 .383 2.981 .004 .315 3.173 a. Dependent Variable: BM Universitas Sumatera Utara 63 Berdasarkan tabel diatas, nilai tolerance menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,10 yaitu untuk SiLPA adalah 0,995, variabel PAD adalah 0,549, variabel DAU adalah 0,231, variabel DAK adalah 0,184, dan variabel DBH adalah 0,0,315. Sementara itu, seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SiLPA, PAD, DAU, DAK, dan DBH memiliki angka variance inflaction factor VIF lebih kecil dari 10, SiLPA memiliki angka VIF 1,005, PAD memiliki angka VIF 1,882, DAU memiliki angka VIF 4,337, DAK memiliki angka VIF 5,434, dan DBH memiliki angka VIF 3,173. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam variabel independennya sehingga analisis lebih lanjut dilakukan dengan model regresi berganda.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas Erlina, 2008: 106. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahaui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Prasyarat dalam model regresi adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara 64 Tabel 4.4 Tabel Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -10.233 17.967 -.570 .571 SiLPA .064 .061 .109 1.052 .296 .996 1.004 DAU .013 .027 .096 .483 .630 .272 3.674 DAK -.305 .216 -.326 -1.416 .161 .202 4.959 DBH .154 .151 .191 1.023 .309 .306 3.265 LnPAD 11.166 5.671 .262 1.969 .052 .603 1.658 a. Dependent Variable: Abs Berdasarkan tabel diatas, hasil ini dengan jelas menunjukkan tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut absUt. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5 atau 0,05, jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heterokedastisitas,

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

12 97 86

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan Perkapita

0 52 113

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 0 16

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten

0 0 10

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12