71
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Pengaruh SiLPA terhadap Belanja Modal
Hipotesis ini diterima karena berdasarkan pengujian, besarnya nilai t
hitung
variabel SiLPA lebih besar dari nilai t
tabel
5,721 1,661, nilai signifikansi dari variabel SiLPA lebih kecil dari nilai α = 5 0,000 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan H diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain, SiLPA mempunyai
pengaruh terhadap alokasi Belanja Modal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Purnama 2014 bahwa
SiLPA tidak mempunyai pengaruh terhadap Belanja Modal, tetapi hasil penelitian ini dengan hasil penelitian Kusnanadar dan Siswantoro 2012 bahwa secara
parsial Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Menurut Kusnandar dan Siswantoro 2012 SiLPA tahun sebelumnya
yang merupakan penerimaan pembiayaan digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja,
mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja pegawai dan mendanai kewajiban
lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. Menurut Kumorotomo 2010, besarnya SiLPA menunjukkan masih lambatnya perbaikan
kemampuan aparat daerah dalam penganggaran.
4.3.2 Pengaruh PAD terhadap Belanja Modal
Hipotesis ini diterima karena berdasarkan pengujian, besarnya nilai t
hitung
variabel PAD lebih besar dari nilai t
tabel
3,831 1,661, nilai signifikansi dari
Universitas Sumatera Utara
72
variabel PAD lebih kecil dari nilai α = 5 0,000 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan H diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain, PAD mempunyai
pengaruh terhadap alokasi Belanja Modal. Hasil penelitian sejalan ini dengan Syahfitri 2009 dan Purnama 2014
yang berkesimpulan bahwa PAD memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal, seperti pada penelitian ini yang dilakukan pada 19 kabupaten dan
kota di Provinsi Sumatera Barat, hal ini dapat memberi sedikit acuan bahwa Pendapatan Asli Daerah sangat berperan penting dalam pembangunan daerah
tersebut. Oleh karena itu daerah hendaknya lebih terpacu lagi untuk memanfaatkan sumber daya daerah untuk dapat digunakan dalam rangka kegiatan
yang dapat meningkatkan pendapatan. Dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah dapat memberi keleluasaan kepada daerah tersebut untuk mengalokasikan
ke kegiatan atau pengeluaran yang dapat memberi dampak terhadap peningkatan pembangunan daerah terutama pembangunan infrasturktur. Peningkatan alokasi
belanja modal dalam bentuk aset tetap seperti infrastruktur dan peralatan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas
prekonomian karena semakin tinggi belanja modal semakin tinggi pula produktivitas perekonomian Putro dan Pamudji, 2011 dalam Kusnandar dan
Siswantoro 2013. Dari peningkatan produktivitas perekonomian akan memberi dampak positif pada peningkatan pendapatan daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
73
4.3.3 Pengaruh DAU terhadap Belanja Modal