16
dari alokasi dana untuk anggaran belanja modal yang terdapat di laporan APBD dimana besarnya jumlah pengalokasiannya itu didasarkan pada kebutuhan daerah
akan sarana dan prasarana baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun sebagai fasilitas publik.
2.1.5 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 pengertian Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SiLPA adalah selisih lebih antara realisasi pendapatan-
LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBDAPBN selama satu periode pelaporan. Dalam LRA juga terdapat
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan dapat berupa hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman dalam
negeri, dan dari penerimaan kembali pinjaman yang pernah diberikan pemerintah daerah kepada pihak lain, sedangkan pengeluaran pembiayaan dapat berupa
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok pinjaman dalam negeri, dan pemberian pinjaman kepada pihak lain. Selisih
antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan neto. Selisih antara Surplusdefisit dengan pembiayaan neto inilah
yang disebut sebagai SiLPA Ardhini, 2011:27. SiLPA tahun anggaran sebelumnya mencakup pelampauan penerimaan
PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain- lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,
penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun
Universitas Sumatera Utara
17
belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan Kusnandar dan Siswantoro, 2012:8.
Ardhini 2011:27 menyatakan bahwa selisih antara pendapatan disatu pihak dengan belanja dan transfer dilain pihak merupakan surplus atau defisit.
Surplus terjadi apabila pendapatan lebih besar dibandingkan dengan belanja dan transfer, sedangkan defisit terjadi apabila pendapatan lebih kecil dibandingkan
dengan belanja dan transfer.
2.1.6 Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Asli
Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli
Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai
perwujudan Desentralisasi. Menurut Marihot P. Siahaan 2005 Pendapatan Asli Daerah merupakan Suatu pendapatan yang menunjukan suatu kemampuan daerah
menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Pendapatan Asli Daerah ini diharapkan mampu untuk membantu
keuangan daerah dalam proses otonomi yang dilakukan. Pendapatan Asli Daerah tentu berbeda-beda disetiap daerah, mengingat kemampuan daerah untuk
menghasilkan pendapatan itu tergantung dari besarnya potensi sumber daya alam
Universitas Sumatera Utara
18
yang dimilikinya dan juga potensi dari daerah itu untuk mengelolanya. PAD bersumber dari:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan
4. Lain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah meliputi: a. hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro; c. pendapatan bunga;
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
danatau pengadaan barang danatau jasa oleh Daerah. Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Daerah dilarang:
menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi; dan menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang
menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan kegiatan imporekspor. Pendapatan Asli Daerah memiliki instrumen-instrumen
yang penting, salah satunya ialah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberlakuan pajak daerah sebagai sumber penerimaan daerah pada dasarnya
tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang menetapkan dan memungut pajak daerah, tetapi juga berkaitan dengan masyarakat pada
umumnya Marihot P. Siahaan, 2005.
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.7 Dana Alokasi Umum