commit to user 25
usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi- tingginya, harus pula menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan,
ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya M.P.Todaro, 2006. Mudrajad Kuncoro 2004 menyebutkan beberapa indikator yang
digunakan untuk menganalisis development gap antar wilayah. Indikator tersebut adalah: Produk Domestik Regional Bruto PDRB, konsumsi rumah
tangga perkapita, kontribusi sektoral terhadap PDRB, tingkat kemiskinan dan struktur fiskal. Faktor-faktor penyebab ketimpangan ekonomi daerah adalah:
konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, alokasi investasi, tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah antar daerah, perbedaan sumber daya alam antar
wilayah, perbedaan kondisi demografis antar wilayah dan kurang lancarnya perdagangan antar wilayah.
Investor cenderung memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, perbankan, asuransi, juga tenaga kerja yang terampil dan fasilitas lain yang dapat menunjang kemudahan usahanya. Bagi daerah-daerah
yang belum terjangkau fasilitas-fasilitas tersebut dimungkinkan akan relatif tertinggal, demikian akan menyebabkan ketimpanggan antar daerah yang
semakin besar, yang akan berdampak pula terhadap tingkat pendapatan daerah.
c. Indeks Williamson
Dalam Sjafrizal 2008 Indeks Williamson merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur tingkat ketimpangan daerah yang semula dipergunakan
oleh Jeffrey G. Williamson. Perhitungan indeks Williamson didasarkan pada data PDRB per kapita pada masing-masing daerah. Indeks Williamson
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain sensitif terhadap definisi wilayah yang cukup digunakan dalam perhitungan, namun demikian indeks
Williamson lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah.
commit to user 26
Indeks Williamson menggunakan PDRB per kapita sebagai data dasar karena yang dibandingkan tingkat pembangunan antar wilayah dan bukan
tingkat kemakmuran antar kelompok. Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0 VW 1, jika
indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekomoni dan jika indeks Wlliamson semakin
mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan ekonomi.
d. Penyebab Ketimpangan Pembangunan antar Daerah
Menurut Sjafrizal 2008 Faktor yang menyebabkan ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah sebagai berikut :
1 Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam. Penyebab pertama yang mendorong timbulnya ketimpangan pembangunan
antar wilayah adalah adanya perbedaan yang sangat besar dalam kandungan sumber daya alam pada masing-masing daerah. Perbedaan
kandungan sumber daya alam jelas akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumberdaya alam
cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai
kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat. Daerah
lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil dapat memproduksi barang dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga daya
saingnya menjadi lemah, sehingga pertumbuhan ekonominya lebih lambat. 2 Perbedaan Kondisi Demografis
Kondisi demografis yang dimaksudkan disini meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan
dan struktur
kependudukan, perbedaan
tingkat kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan
kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkat laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah yang beersangkutan.
commit to user 27
Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong
peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.
Daerah yang kondisi demografisnya kurang baik maka hal ini akan menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja masyarakat setempat
yang menimbulkan kondisi yang kurang menarik bagi penanaman modal sehingga pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan akan menjadi lebih
rendah. 3 Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah transmigrasi atau migrasi
sontan. Mobilitas tersebut apabila kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual kedaerah lain yang membutuhkan, begitu
pula dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat
membutuhkan. Ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah
lain yang membutuhkan, sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.
4 Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat pada daerah
dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat, begitu pula konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah
relatif rendah yang selanjutnya juga mendorong terjadi pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat setempat.
5 Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah. Daerah yang dapat alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah, atau
dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan cenderung mempunyai
commit to user 28
tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula mendorong proses pembangunan daerah melalui
penyediaan lapangan kerja yang lebih banyak dan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi, sebaliknya terjadi bilamana investasi
pemerintah dan swasta yang masuk kesuatu daerah ternyata lebih rendah.
e. Penanggulangan Ketimpangan Pembangunan Daerah