commit to user
72
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh serta analisis yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan ekonomi antar kecamatan Kabupaten Boyolali tahun
2006-2009 mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2006 sebesar 4,19 menjadi 4,08 pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 0,11 dan tahun
2008 laju pertumbuhannya 4,04 terjadi penurunan sebesar 0,04, serta mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebesar 1,12 laju pertumbuhannya
yaitu 5,16. Beberapa tahun tersebut pertumbuhannya menunjukkan arah yang negatif kecuali pada tahun 2009 yaitu sudah masuk kriteria
pertumbuhan Kabupaten Boyolali diatas 5 jadi sudah menunjukkan arah yang positif. Terjadi pertumbuhan menurun pada tahun 2007 disebabkan
karena adanya terdapat sedikit penurunan dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik dan air bersih serta pengangkutan dan
telekomunikasi, sedangkan penurunan pertumbuhan pada tahun 2008 disebabkan karena adanya kenaikan harga BBM premium, minyak tanah
sehingga berdampak pada segala bidang perekonomian, dan tahun 2009 mengalami kenaikan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
tersebut di atas yaitu untuk sektor pertanian, listrik dan air bersih, serta jasa- jasa mengalami kenaikan cukup signifikan, sedangkan sektor yang lain juga
tumbuh, tetapi tidak setinggi sektor tersebut. 2.
Terdapat pengelompokan pertumbuhan ekonomi berdasarkan tipologi Klassen di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian yaitu yang termasuk
dalam kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Simo dan Kecamatan Karanggede.
Daerah maju tetapi tertekan meliputi Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo,Kecamatan Teras dan Kecamatan Banyudono. Kecamatan yang
masuk daerah berkembang cepat adalah Kecamatan Sambi, Kecamatan
commit to user 73
Ngemplak, Kecamatan Klego dan Kecamatan Wonosegoro. Daerah yang tertinggal meliputi Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, Kecamatan
Mojosongo, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi.
3. Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2006-
2009 adalah 0,05, jadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali relatif merata karena angkanya mendekati nol. Kecamatan yang Indeks
Williamsonnya berada dibawah rata-rata indeks kabupaten atau lebih rendah antara lain Kecamatan Selo, Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo,
Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede,
dan Kecamatan Klego mengandung arti bahwa secara rata-rata tingkat PDRB per kapita antar kecamatan yang ada relatif lebih merata jika
dibandingkan dengan daerah lainnya di Kabupaten Boyolali. 4.
Kurva Kuznets atau yang biasa disebut kurva U terbalik tidak berlaku di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian karena kurvanya tidak berbentuk
U terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, ketimpangan daerah cenderung memburuk, namun pada tahap
berikutnya, ketimpangan daerah akan membaik, ini tidak terjadi di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian.
B. Implikasi