Ine Rahaju, 2014 Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle
Time Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
seluruhnya jika bermain tanpa perencanaan, pengorganisasian lingkungan dan pijakan dari orang yang lebih dewasa dalam pengalaman main anak.
g. Pembelajaran
Pembelajaran pada PAUD Pelopor yang menggunakan Model BCCT setiap anak akan mendapat tugas dan penjelasan secara klasikal. Masing-masing anak dapat memilih sentra yang
akan diikutinya. Ia bebas menentukan waktu dan alat-alat untuk menyelesaikan tugasnya. Setiap anak tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas yang dikerjakannya selesai. Untuk
mengembangkan sosiobilitas, anak boleh mengerjakan tugas tertentu bersama-sama. Dengan cara ini, anak akan mempunyai kesempatan bersosialisasi, bekerja sama, tolong menolong satu
dengan lainnya. Pembelajaran PAUD Alam Pelopor menurut Dinas Pendidikan Nasional 2006: proses
pembelajarannya berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik adalah sebagai berikut: a
Hanya saja pembelajaran belum melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah. Padahal dalam Model BCCT
menurut CCCRT kurikulum dibuat dengan melibatkan orang tua terlibat dalam pembelajaran agar mereka paham bagaimana kesinambungan pembelajaran sambil bermain bagi anak usia
dini.
h. Penataan rak main dan pengorganisasaian lingkungan bermain
PAUD Alam Pelopor sudah melakukan penataan rak main dan pengorganisasaian lingkungan bermain menurut CCCRT 2005 : 1-11 lingkungan untuk anak usia dini seharusnya
direncanakan dengan perhatian yang diarahkan pada pengelompokkan dan pengorganisasian bahan bermain, penggunaan warna, penataan alat dan perabotan, dan jumlah serta jenis bahan
yang dipilih. Lingkungan akan memberikan pengaruh pada pada pengorganisasian pola pikir dan makna dari konsep-konsep yang ada di sekeliling anak.
Bahan bermain seharusnya diorganisasikan dalam rak dan wadah yang diberi nama baik dengan kata dan gambar. Ketika lingkungan diberi nama dan dapat diperkirakan, anak anak
Ine Rahaju, 2014 Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle
Time Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dapat mebuat keputusan alami tentang objek yang disusun menjadi rapi, dengan mengelompokkan dan mencocokkan bahan main pada tempatnya yang tepat, merupakan bagian
utama dari pengalaman belajar. Hanya saja belum sesuai dengan teori dari Kritchevsky CCCRT menyarankan bahwa
perhitungan ruang bermain yang seharusnya digunakan oleh guru dalam ruang kelas anak usia dini harus dapat memaastikan bahwa jumlah bahan mainan yang tepat yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan main untuk digunakan anak. Area bermain dimana anak dapat bergerak dengan bebas dan memilih aktivitas mereka seharusnya 2,5
– 3 tempat main setiap anak. Misalnya dengan 20 anak, maka akan disediakan 60 kesempatan yang sedikitnya terdiri
dari 12 kegiatan main yang berbeda. Dimana PAUD Alam Pelopor rata-rata jumlah anak dalam satu kelas ada 15 orang berarti akan disediakan 38- 45 kesempatan main dan terdiri dari minimal
9 kegiatan main yang berbeda. Sedangkan di PAUD Pelopor rata-rata 3-4 kegiatan main. Penataan lingkungan sudah kondusif seperti penyimpanan bahan yang mudah terjangkau
atau diorganisasikan akan membuat anak terlibat dalam perilaku yang lebih social menurut Krichevsky 1969. Ruang kelas yang tertata akan mendukung anak dalam pencapaian
keberhasilan di sekolah selanjutnya dan menefektifkan waktu dan kehidupan anak di PAUD Alam Pelopor. Tingkah laku anak terkendali disebabkan dari penataan lingkungan main yang
terorganisir dan terencana dengan baik. Guru PAUD Alam Pelopor bermutu karena menyadari bahwa anak usia dini tidak hanya
berkembangan dan memperlihatkan perilaku yang tepat karena pembelajaran sambil bermain saja. Perkembangan akan menjadi baik jika guru mengatur ruangan secara bijak dalam
memenuhi kebutuhan perkembangan anak dan pijakan perilaku dalam kegiatan. main. Mereka dibiasakan menggunakan bahan secara tepat dan bermain dengan teman sebayanya. Tidak ada
waktu yang terbuang percuma karena kegiatan diorganisir dan disiapkan dengan perhitungan kesempatan main yang cukup baik dan diperkuat dengan pengalaman keaksaraan, menulis,
membaca, bercerita dengan membaca sendiri atau diceritakan, matematika, bermain music dan menyanyi.
Penataan lingkungan yang baik membuat bermain anak menjadi terarah, terorganisisr secara padat dan disiapkan dengan kesempatan main yang diperkuat dengan pengalaman
Ine Rahaju, 2014 Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle
Time Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
keaksaraan seperti kesempatan menulis, bercerita baik membaca dan diceritakan, serta music dan lagu. Keaksaraan dialkukan dengan menuliskan kosa kata baru, yang minimal dalam setiap
sentra tiga buah kata yang berbeda. Penataan dan jumlah bahan main yang tersedia berisi kesempatan untuk memanipulasi
secara aktif dan melakukan perubahan yang ditata secara efisien, sehingga diharpkan dapat memfasilitasi lingkungan main anak yang peka, bersahabat, dan mendukung perkembangan yang
positif. Tiga elemen yang harus terpenuhi dalam penataan lingkungan main yang berkualitas
menurut CCCRT baru dua yang terpenuhi yaitu, jumlah kesediaan material bermain, interaksi social yang didukung oleh penataan material bermain, sedangkan jenis main yang mendukung
belum menjadi elemen penataan lingkungan.
i. Evaluasi Kemajuan Perkembangan Anak Penilaian pada PAUD Alam Pelopor belum sesuai dengan CCCRT2005: 7 penilaian
perkembangan memiliki tiga tujuan utama yaitu identifikasi anak , mendiagnosa hambatan perkembangan, perbedaan kebiasaan atau kebutuhan khusus, serta perkembangan dari
pendidikan dan program intervensi. Selain itu penilaian juga mengarahkan kemajuan anak dalam program pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi karena penilaian tidak
dilakukan kurang berkesinambungan dari nilai harian di sentra hingga ke raport tidak ada media rekapan penilaian, sehingga guru harus membolak balik buku nilai harian dari awal untuk
memenuhi deskripsi yang mencerminkan keadaan anak seutuhnya. Selain itu penilaian belum dijadikan dasar perencanaan selanjutnya yang seharusnya berdasarkan perkembangan anak.
Padahal ketika sebuah penilaian dapat melayani tujuan dari mengidentifikasi anak yang mendapat keuntungan dari evaluasi individu secra menyeluruh dengan menggunakan
test screening
. Hasil
test screening
dalam evaluasi dan pengidentifikasian perbedaan perkembangan yang berkulaitas melayani intervensi anak dapat meminimalisir efek dari keterlambatan
perkembangan. Tahapan perkembangan yang menjadi bagian evaluasi guru dari tiga jenis main secara
rinci dikembangkan oleh CCCRT belum terlaksanakan, penilaian masih berdasarkan
Ine Rahaju, 2014 Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Menggunakan Model Beyond Center And Circle
Time Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
perkembangan TPP menjadi indicator yang kurang memfasilitasi perkembangan sesuai tahapan kegiatan main lebih rinci.
4. Tujuan Model Pembelajaran BCCT