mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka Priyoto, 2014. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan adanya persepsi tentang kerentanan
terhadap IMS baik, maka dapat menimbulkan praktik yang baik dalam pencegahan IMS, dengan kata lain responden dengan persepsi kerentanan lebih
baik akan lebih berhati-hati dalam tindakan menjaga kesehatan reproduksinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Health Belief Model HBM yang
menyatakan risiko pribadi atau kerentanan adalah salah satu persepsi yang lebih kuat dalam mendorong orang untuk mengadopsi praktik sehat. Semakin besar
risiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam praktik untuk mengurangi risiko. Akan tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan Hendarin 2009
dengan judul faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktek bilas vulo-vaginal pada pekerja seks komersial di lokalisasi Peleman Kabupaten Tegal yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi kerentanan terkena IMS dengan praktek bilas vulvo-vaginal yang dilakukan PSK dengan p value =
0,104. Kemungkinan hal tersebut terjadi menurut Notoatmodjo 2012 adalah meskipun kesadaran masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik
tentang kesehatan atau praktik hidup sehat masyarakat masih rendah.
5.1.8 Hubungan antara Persepsi Keparahan terhadap IMS dengan Praktik
Vaginal Douching
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, pada penelitian yang dilakukan pada WPS di Resosialisasi Argorejo didapatkan hasil
bahwa tidak ada hubungan antara persepsi keparahan terhadap IMS dengan praktik vaginal douching, dengan p value = 0,704 p 0,05. Hasil tabulasi silang
menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi keparahan terhadap IMS yang lebih baik cenderung tetap berisiko terhadap IMS sebesar 35,6. Sedangkan
responden yang memiliki persepsi keparahan terhadap IMS kurang baik berisiko lebih kecil dibanding responden yang memiliki persepsi keparahan yang lebih
baik yaitu sebesar 24,7. Hal ini bertolak belakang dengan teori Health Belief Model HBM yang menyatakan bahwa dengan persepsi keparahan seseorang
akan mendapat kesulitan akibat penyakit dan akan membuat atau berefek pada hidupnya secara umum, dan akan berupaya untuk mengurangi risiko suatu
penyakit tersebut. Berdasarkan analisis hal ini terjadi karena pengetahuan dan keyakinan
responden yang salah mengenai menjaga organ reproduksinya melalui praktik vaginal douching. Responden menuturkan akan ketakutannya yang cukup serius
jika terkena suatu IMS. Responden mengaku takut mendapatkan kesulitan menjalani hidup jika terkena IMS sebanyak 87,6, sebanyak 67,1 responden
mengaku takut meninggal jika menderita IMS, dan 64,3 responden khawatir jika kehilangan pekerjaan akibat menderita IMS. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa persepsi mereka tentang IMS sudah cukup baik karena umumnya mereka sering memperoleh informasi mengenai IMS yang berasal dari
pembinaan rutin di Resosialisasi. Akan tetapi ketakutan dan kekhawatiran responden yang besar terhadap IMS ini tidak sejalan dengan tindakan pencegahan
yang tepat. yaitu mereka rutin melakukan vaginal douching. Padahal menurut Ctrell dkk 2010, Isnaeni 2014, Aprilianingrum 2006, Gama 2008 Douching
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang lebih banyak dibanding
perempuan yang jarang melakukan douching yaitu risiko terkena IMS yang lebih besar yaitu diantaranya risiko kanker servik, gonore, kandiloma akuminata sampai
penyakit radang panggul dan berbagai penyakit lainnya. Persepsi yang salah demikian yang menyebabkan risiko IMS dikalangan
WPS semakin meningkat akibat praktik menjaga organ reproduksinya yang salah. Penelitian ini sejalan dengan Hendarin 2009 yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara persepsi keparahan terkena IMS dengan praktek bilas vulvo-vaginal dengan p value = 0,936.
5.1.9 Hubungan antara Persepsi Manfaat terhadap IMS dengan Praktik