Hubungan antara Ketersediaan Layanan Kesehatan di Resosialisasi

praktik mereka dalam meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan mereka WPS dan pelanggannya. Berdasarkan hasil jawaban responden melalui pertanyaan kuesioner sebesar 65,8 mucikari memberikan dukungan yang tinggi terhadap informasi vaginal douching dan 56,2 mucikari pernah menawarkan suatu produk larutan vagina komersil kepada anak asuhnya. Sesuai dengan data yang digali oleh peneliti responden menyatakan bahwa keberadaan mucikari cukup penting terkait keberadaan responden yang merupakan anak asuh, dimana WPS harus mematuhi aturan yang diberikan oleh mucikari, jika tidak dipenuhi beberapa mucikari tidak segan-segan meminta denda kepada WPS. Maka dari itu WPS cenderung mematuhi aturan ataupun saran yang diberikan mucikari. Responden menyatakan bahwa di beberapa kesempatan mucikari memberikan saran ataupun anjuran kepada WPS untuk selalu menjaga organ reproduksinya, selain itu mucikaripun tidak jarang menawarkan beberapa produk komersil yang ditawarkan kepada anak asuhnya, sehingga tidak jarang para WPS sebagian besar menggunakan produk komersil untuk mencuci vaginanya yang berakhir pada risiko IMS dikalangan WPS. Penelitian ini selaras dengan Green 1980 yang menyatakan bahwa dukungan petugas atau orang penting memiliki pengaruh yang kuat terhadap praktik seseorang yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri seseorang.

5.1.6 Hubungan antara Ketersediaan Layanan Kesehatan di Resosialisasi

dengan Praktik Vaginal Douching yang Berisiko Menularkan IMS Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, pada penelitian yang dilakukan pada WPS di Resosialisasi Argorejo didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan layanan kesehatan di Resosialisasi dengan praktik vaginal douching berisiko IMS, dengan p value = 0,242 p 0,05. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa ketersediaan layanan kesehatan yang lebih tersedia, responden cenderung lebih berisiko terhadap penularan IMS dibandingkan dengan responden yang kurang mendapatkan layanan kesehatan. Menurut hasil analisis hal ini terjadi akibat pengetahuan dan keyakinan yang sudah melekat pada diri responden yang menyatakan bahwa melakukan vaginal douching adalah suatu kewajaran untuk menjaga kesehatan organ reproduksinya, seperti yang telah diutarakan responden melalui jawaban kuesioner pada variabel sikap bahwa sebanyak 83,6 menyatakan praktik vaginal douching adalah suatu hal yang wajar dilakukan untuk menjaga organ reproduksi. Data hasil jawaban responden menunjukkan bahwa layanan kesehatan disekitar resosialisasi sudah cukup tersedia dengan baik, dimana sebanyak 61,7 responden menyatakan bahwa layanan kesehatan yang tersedia di Resosialisasi Argorejo sudah cukup baik. Pada setiap minggunya para WPS yang bekerja di Resosialisasi Argorejo wajib untuk mengikuti pembinaan. Pembinaan tersebut tidak jarang berisikan tentang promosi kesehatan untuk para WPS. Selain itu pengecekan rutin IMS maupun VCT selalu disediakan oleh pihak Resosialisasi. Namun berdasarkan hasil statistik ketersediaan layanan kesehatan tidak berhubungan terhadap praktik vaginal douching WPS yang berisiko IMS. Berdasarkan analisis, hal ini terjadi akibat banyaknya WPS yang memiliki pengetahuan yang rendah dan keyakinan responden yang salah sehingga responden tetap melakukan praktik demikian walaupun promosi kesehatan selalu mereka terima di setiap minggunya. Hal ini justru selaras dengan teori Health Belief Model HBM yang menyatakan praktik individu ditentukan oleh persepsi dan keyakinan individu itu sendiri tanpa memandang apakah persepsi dan keyakinannya tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan realitas Priyoto, 2014:136. Dalam penelitian ini sebagian responden menyatakan melakukan vaginal douching adalah untuk menjaga kesehatan sehingga layanan kesehatan yang sudah cukup tersedia tetap kurang berpengaruh terhadap praktik vaginal douching yang dilakukannya.

5.1.7 Hubungan antara Persepsi Kerentanan terhadap IMS dengan Praktik