Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Vaginal Douching

tumbuh di luar proporsi normalnya dan menimbulkan gejala klinis. Menurut Priyatna 2009 bahwa sesungguhnya ada baiknya jika wanita tidak perlu melakukan douching untuk membersihkan vaginanya, kecuali atas petunjuk dokter atau lebih baik hanya menggunakan air biasa untuk membersihkan vaginanya.

5.1.2 Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Vaginal Douching

yang Berisiko Menularkan IMS Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, pada penelitian yang dilakukan pada WPS di Resosialisasi Argorejo didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik vaginal douching berisiko IMS, dengan p value = 0,001 p0,05. Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan kurang memiliki proporsi paling tinggi dan cenderung lebih berisiko terhadap IMS, dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan cukup dan baik. Hal ini disebabkan karena pengetahuan responden tentang merawat organ reproduksinya yang salah atau masih rendah. Pengetahuan responden yang cenderung kurang dibuktikan melalui jawaban responden yang salah mengenai kesehatan reproduksi. Sebagian besar responden tidak mengetahui cara merawat organ reproduksi yang benar dan pengetahuan yang salah tentang IMS. Sebanyak 64,3 responden masih menjawab salah menyebutkan tentang organ kelaminnya. Sebanyak 68,5 responden masih salah mengenai cara penularan IMS, menurut responden bahwa IMS tidak dapat menular jika hanya melalui handuk dan pakaian, padahal menurut Manan 2011 bahwa untuk mencegah penularan IMS adalah dengan menghindari penggunaan handuk atau pakaian orang lain. Pengetahuan responden mengenai cara membersihkan organ intim yang benarpun masih banyak yang salah, sebanyak 57,5 responden menyatakan bahwa membersihkan organ intin yang benar adalah dari belakang ke depan. Serta menurut responden salah satu cara pencegahan IMS yang tinggi dikalangan WPS dapat dicegah dengan melakukan vaginal douching. Hal tersebut dibuktikan melalui jawaban responden sebanyak 50,7 menyatakan bahwa vaginal douching adalah untuk mencegah IMS. Praktik vaginal douching rutin dilakukan menggunakan berbagai bahan yang sebagian besar adalah berasal dari antiseptik. Responden tidak mengetahui tentang risiko vaginal douching yang mereka lakukan terus menerus diperparah dengan penggunaan bahan yang tidak aman, sehingga mereka terus melakukan praktik tersebut tanpa mengetahui risiko IMS yang ditimbulkannya. Kemungkinan hal ini terjadi karena promosi kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang vaginal douching kurang maksimal, atau promosi kesehatan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan kurang dimaksimalkan oleh WPS. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang memudahkan seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan atau praktik Priyoto, 2014:5. Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Seseorang dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menerapkan perilaku positif terhadap obyek yang diketahuinya Notoatmojo, 2010. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan cukup akan lebih menjaga kesehatan reproduksinya dan menjaga agar terhindar dari IMS. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekpenyong 2014 dengan judul vaginal douching behavior among young adult women and the perceived adverse health effects yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang risiko kesehatan berhubungan dengan praktik vaginal douching dengan p value = 0,001 p 0,05.

5.1.3 Hubungan antara Sikap dengan Praktik Vaginal Douching yang