Faktor-Faktor Kedisiplinan Kerja KEDISIPLINAN KERJA

Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik. h. Hubungan kemanusiaan Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal di antara semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akanmemotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

4. Tujuan Kedisiplinan kerja

Redeker dalam Chirasha, 2013 menyebutkan bahwa disiplin bertujuan untuk menciptakan dan memelihara, saling menghormati dan kepercayaan antaramanajemen dan karyawan. Sedangkan pernyataan Wheeler mencatat bahwa disiplin dilihat dari dua dimensi, yaitu positif dan negatif disiplin. Disiplin positif menyiratkan disiplin tanpa hukuman. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan dan mendorong disiplin diri pada karyawan. Disiplin negatif adalah seperti mematuhi aturan dalam ketakutan akan hukuman yang mungkin dalam bentuk denda, hukuman, penurunan pangkat atau transfer. Pada hal ini, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karyawan mungkin tidak melihat organisasi sebagai tujuan mereka sendiri karena mereka lebih fokus pada mengikuti aturan dan menghindari hukuman. Hal ini menyebabkan perasaan tidak aman dalam karyawan dalam bekerja. Namun pendapat tersebut senada dengan Monnapa dalam Chirasha, 2013 yang menyatakan bahwa disiplin sangat penting untuk suasana industri yang sehat dan pencapaian tujuan organisasi. Mekanisme dapat dimanipulasi dalam organisasi yang meliputi penguatan positif dan negatif. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan Martin dalam Chellilah, J. Tyrone, P.,2010 tujuan penguatan tersebut yaitu membantu karyawan dalam meningkatkan kinerja dengan memberikan umpan balik dan dukungan untuk memperbaiki masalah yang dihadapi. Namun, setelah karyawan diberikan kesempatan yang wajar untuk meningkatkan kinerja nya dan tidak ada progress, maka konsekuensinya menjadi lebih serius dan akhirnya menyebabkan penghentian. Selain itu, penerapan disiplin dalam kehidupan perusahaan ditujukan agar semua karyawan yang ada dalam perusahaan bersedia dengan sukarela mematuhi dan meaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku tanpa paksaan Saydam, 2005 Disiplin mampu menciptakan kerja sama yang baik antar karyawan. Kerja sama berarti bekerja bersama-sama ke arah tujuan yang sama Anoraga Suyati, 1995. Selain tanpa dukungan disiplin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pegawai, perusahaan akan sulit untuk mewujudkan tujuaanya dan pegawai perlu menyadari bahwa setiap organisasi kerja itu perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak semua keinginan dan kemauan perseorangan dapat dilakukan, maka semua pegawai dipimpin untuk bekerja secara teratur untuk berusaha memenuhi tujuan kerja yang telah ditentukan Rofi, 2012 Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Sanjaya 2009, tujuan perusahaan tidak akan tercapai tanpa peran aktif tenaga kerja yang terampil dan disiplin. Oleh sebab itu kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan suatu perusahaan itu sendiri. Hasibuan 2004 menyatakan dengan disiplin kerja pegawai yang tinggi, pegawai juga akan mampu mencapai efektivitas kerja yang maksimal, baik itu disiplin waktu, tata tertib atau peraturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan adanya kedisiplinan kerja diharapkan pekerjaan akan dilakukan seefektif mungkin. Bilamana kedisiplinan tidak dapat ditegakan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien Kembuan, 2011. Oleh karena itu, kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang penting dalam perusahaan. Berdasarkan pendapat tokoh diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari kedisiplinan kerja adalah menciptakan suasana saling menghormati dan menjaga kepercayaan antar manajemen agar mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bekerja sama ke arah tujuan yang sama dan mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien. Selain itu,dengan terciptanya kedisiplinan kerja karyawan maka perusahaan mampu menwujudkan tujuannya dan pegawai juga akan mampu mencapai efektivitas kerja yang maksimal, baik itu disiplin waktu, tata tertib atau peraturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

D. Perusahaan mikro, kecil, menengah

Perusahaan merupakan bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan di dalamnya terikat hubungan antara seseroang atau kelompok yang disebut atasan atau pimpinan dan seorang atau kelompok yang disebut bawahan Anoraga Suyati, 1995. Peranan UMKM di bidang Sosial, UMKM mampu memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan, terutama di negara-negara berkembang. Peranan usaha kecil tidak hanya menyediakan barang-barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Selain itu, usaha kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan besar, termasuk pemerintah lokal. Tujuan sosial dari UMKM adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan minimum, yaitu menjamin kebutuhan dasar rakyat Sulistyastuti, 2004. Sementara itu, peranan psikologis sesuai dengan aktivitas perusahaan, produsen perlu menilai keinginan-keinganan serta kebutuhan para konsumen berdasarkan situasi pasar. Apabila perusahaan mempunyai gagasan baru untuk memproduksi atau menjual suatu barang maka perlu dipikirkan tentang barang atau product apa yang saat ini dirasa sangat dibutuhkan, dalam bentuk apa barang tersebut disajikan agar konsumen dapat mempergunakan dengan lebih efisien, target social class manakah yang diharapkan kelak menjadi konsumen dari barang tersebut, dan strategi harga bagaimanakah yang akan dibuat As’ad, 1978. Badan Pusat Statistik BPS memberikan batasan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenagakerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang. Pengertian dari usaha mikro, kecil, menengah yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan. Yang membedakan dari ketiga perusahaan tersebut adalah jumlah kekayaan bersih dan asset yang dimiliki. Kriteria dari usaha mikro, kecil, menengah sebagai berikut: 1 Usaha Mikro a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. 2 Usaha Kecil a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. 3 Usaha Menengah a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data omset dari setiap perusahaan untuk mengkategorikan mikro, kecil atau menengah. Data tersebut diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada pemilik setiap perusahaan.

E. Hubungan Pengawasan dan Kedisiplinan Kerja Pada Perusahaan

Mikro, Kecil dan Menengah Hasibuan 2009 menyatakan bahwa pengawasan yang baik berarti atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya. Pengawasan yang efektif akan merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai begitu pula sebaliknya. Sementara itu Saydam 2005 menyatakan bahwa dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan apa yang telah diciptakan. Pengawasan pemimpin mampu membuat karyawan terbiasa melaksanakan disiplin kerja, sehingga mereka tidak berbuat semaunya di dalam perusahaan. Selain itu, pegawai juga merasa mendapat perhatian, bimbingan dan petunjuk dari atasannya, begitu pula sebaliknya Hasibuan, 2009 Disiplin kerja seorang karyawan tidak hanya dilihat dari absensi, tetapi juga bisa dinilai dari sikap karyawan tersebut dalam melaksanakan pekerjaan Setiawan, 2013. Seorang pekerja yang berdisiplin tinggi, akan masuk kerja pada waktunya, demikian juga pulang pada waktunya dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI