Mencoba Operasi penjumlahan pada bilangan cacah

3. Sifat pengelompokan: “untuk setiap bilangan cacah a, b, dan c, berlaku: a + b + c = a + b + c”.

b. Operasi pengurangan pada bilangan cacah

Operasi pengurangan pada bilangan cacah merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan. Dalam operasi pengurangan bilangan cacah a dikurangi dengan bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c dilambangkan dengan a – b = c, maka operasi penjumlahan yang terkait adalah b + c = a. 1. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sebab tidak setiap a dan b berlaku a – b = b – a. Sebagai contoh: 4 – 2 ≠ 2 – 4. 2. Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat identitas, sebab bisa ditemukan adanya bilangan cacah a sehingga a – 0 ≠ 0 – a. 3. Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat pengelompokan, sebab bisa diperoleh bilangan-bilangan cacah a, b, dan c sehingga a – b – c ≠ a – b - c. Misalnya jika a = 8, b = 4, dan c = 2. Maka a – b – c = 8 – 4 – 2 = 2. Sedangkan a – b b – c = 8 – 4 – 2 = 6

2.1.2.3 Penjumlahan

Aritmatika atau aritmetika dari kata bahasa Yunani merupakan ilmu hitung matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Penjumlahan dan pengurangan merupakan dua dari empat buah operasi aritmatika Vonderman, 2009: 75. Penjumlahan merupakan konsep aritmatika utama yang seharusnya dipelajari oleh peserta didik pertama kali Goenawan dan Santoso, 2014: 14. Operasi bilangan penjumlahan merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Runtukahu, 2014: 105. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Runtukahu 2014: 111 bahwa konsep penjumlahan dan pengurangan harus dikembangkan dari pengalaman nyata. Berdasarkan definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa penjumlahan dan pengurangan adalah operasi aritmatik dalam konsep matematika harus dikembangkan dari pengalaman nyata untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan konsep penjumlahan kepada peserta didik adalah dengan menggunakan beberapa benda-benda yang ada disekitar peserta didik seperti jari tangan, daun, batu dan sebagainya. Hal tersebut mempermudah peserta didik untuk mengajarkan konsep bilangan satuan dengan jumlah jari tangan peserta didik. Setelah peserta didik sudah berpengalaman dengan objek-objek konkret penjumlahan maka simbol penjumlahan formal + dapat dengan mudah memperkenalkannya. Pada tahap ini peserta didik harus dapat mengabstraksi konsep bilangan dengan menggunakan notasi tertulis. Urutan pengajaran yang dilakukan berdasarkan menjumlahkan dari nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan sebagainya Goenawan dan Santoso, 2014: 15. Oleh karena itu, dalam mengajarkan konsep penjumlahan kepada peserta didik dengan berbagai pendekatan dan metode agar peserta didik dapat merangsang pembelajaran yang telah dipelajari. Berikut merupakan paparan dari materi tersebut: 1. Penjumlahan satuan sebagai contoh 2 + 4 Pada konsep ini merupakan masa transisi dari bentuk pengajaran verbal dengan kata-kata ke bentuk pengajaran tulis. Pada tahap ini perlu melakukan proses dengan menggunakan jari tangan. Proses yang dilakukan sebagai berikut: 2 ‘DUA’ dengan dua jari tangan diangkat + ‘ditambah 4 ‘EMPAT’ dengan menambahkan satu persatu jari dari satu sampai dengan empat = ‘sama dengan’ enam jari tangan diangkat yang kemudian dituliskan 6 ‘ENAM. 2. Penjumlahan puluhan sebagai contoh 6 + 7 Pada konsep ini sudah muncul konsep abstrak tentang asosiasi posisi ‘puluhan’. Pada proses ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 6 enam dengan empat jari tangan diangkat + ‘ditambah’ 7 tujuh dengan satu persatu jari tangan dari satu sampai dengan empat ditambahkan. Pada penjumlahan ketiga, kesepuluh jari telah terangkat maka peserta didik menuliskan angka 1 ‘satu’ pada kertas, dan kemudian melanjutkan membilang lagi sampai selesai. Hasilnya yaitu tiga jari tangan diangkat dan angka 1 ‘satu’ pada kertas yang kemudian dituliskan sebagai 13 ‘tigabelas’. Penjumlahan memiliki beberapa sifat diantaranya sifat tertutup, kumutatif, dan mempunyai unsur identitas. Berikut pembahasan dari masing-masing sifat tersebut: 1. Sifat tertutup Pada operasi penjumlahan bilangan, hasil dari operasi tersebut akan menghasilkan bilangan bulat positif. Setiap bilangan bulat positif a dan b berlaku a + b = c, dengan c merupakan bilangan bulat positif. Contoh: 22 + 12 = 34 22 dan 12 merupakan bilangan bulat positif, sedangkan 34 juga merupakan bilangan bulat positif. 2. Sifat Komulatif Komulatif dalam hal ini disebut pertukaran. Pada operasi penjumlahan sifat komulatif berarti penjumlahan dua atau lebih selalu diperoleh hasil yang sama walaupun dua atau lebih bilangan tersebut ditukar tempatnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan a + b = b + a. Contoh: 22 + 12 = 12 + 22 = 34 3. Mempunyai unsur identitas Nol 0 merupakan unsur identitas pada operasi penjumlahan. Hal ini berarti apabila bilangan bulat positif dijumlahkan dengan 0, maka hasil dari operai tersebut adalah bilangan itu sendiri. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sifat tersebut berarti a + 0 = 0 + a = a 22 + 0 = 0 + 22 = 22

2.1.2.4 Pengurangan

Kompetensi selanjutnya yang dipelajari untuk kelas I Sekolah Dasar adalah pengurangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 616, pengurangan adalah proses, cara serta perbuatan mengurangi atau mengurangkan, sedangkan mengurangi adalah mengambil sebagian, menjadikan berkurang KBBI, 2008: 616. Dengan kata lain, pengurangan adalah proses mengurangi atau mengambil sebagian dari hasil yang telah diperoleh. Pengertian lain tentang pengurangan juga disampaikan oleh Sukayati 2011: 24 berpendapat bahwa pengurangan merupakan kebalikan dari penjumlahan, namun tidak memiliki beberapa sifat yang dimiliki oleh penjumlahan. Dari dua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pengurangan merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan dan digunakan untuk mencari selisih pada benda. Tujuan dari operasi pengurangan adalah mencari selisih dari dua bilangan atau lebih untuk menyelesaikan permasalahan pada soal Walle, 2007: 235. Metode yang digunakan untuk mengajarkan pengurangan paling awal adalah menghubungkan dengan konsep penjumlahan, yaitu dengan pendekatan menghitung ke atas seperti: 3 + ? = 8, bukan menggunakan pendekatan menghitung ke bawah seperti 8 – 3 = ?. Hal tersebut dilakukan karena dengan menggunakan pendekatan menghitung ke atas, peserta didik dapat menggunakan pemahaman yang telah dipelajari pada operasi penjumlahan Goenawan dan Santoso, 2014: 23. Dapat disimpulkan bahwa pengurangan adalah mencari selisih dari dua bilangan atau lebih untuk menyelesaikan sebuah soal.

2.1.3 Metode Pembelajaran Bernyanyi

Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan, dan menguasai bahan pembelajaran Fadhilah, 2012: 161. Menurut Kamus Bahasa Indonesia bernyanyi adalah mengeluarkan suara bernada atau berlagu. Nyanyian atau lagu adalah komponen musik pendek yang terdiri atas perpaduan lirik dan lagunada. Dalam lirik terdapat susunan kata-kata yang menggandung artimakna, yang berbeda- beda sesuai tujuan dibuatnya nyanyian. Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang menggunakan syair-syair yang dilagukan. Pada umumnya syair-syair tersebut disesuaikan dengan materi-materi yang akan diajarkan oleh guru kepada peserta didik. Bernyanyi membuat suasana belajar menjadi riang dan bergairah sehingga perkembangan peserta didik dapat distimulasi secara optimal Fadhilah, 2012: 175. Metode bernyanyi juga dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang melantunkan kata atau kalimat yang dinyanyikan. Elisabeth 2005 menyebutkan bahwa nyanyian adalah bagian dari musik. Nyanyian berfungsi sebagai alat untuk mencurahkan pikiran dan

Dokumen yang terkait

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi perkalian dan pembagian bilangan bulat melalui media komik untuk kelas III sekolah dasar.

0 1 184

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi sudut dengan menggunakan tarian untuk kelas IV sekolah dasar.

0 7 179

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi sudut melalui tarian untuk kelas IV sekolah dasar.

0 1 112

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi perkalian dan pembagian bilangan bulat melalui media komik untuk kelas III sekolah dasar

0 0 182

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah dengan metode bernyanyi untuk kelas 1 sekolah dasar

0 2 139

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru

1 10 192

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi bangun ruang kubus dan balok untuk kelas V SD dengan metode bernyanyi

0 7 156

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi sudut dengan menggunakan tarian untuk kelas IV sekolah dasar

0 8 177

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi sudut kelas IV sekolah dasar dengan menggunakan tarian

0 0 135

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi sudut melalui tarian untuk kelas IV sekolah dasar

0 0 110