2.9. Kebijakan Perusahaan terhadap Perilaku Konsumen
Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu pemasar perlu memahami perilaku
konsumen dalam usaha memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Engel, 2001 mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan langsung untuk
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti kegiatan ini.
2.10. Perilaku Konsumen terhadap Perilaku Pembelian
Kotler Armstrong, 2000, mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga
yang membeli produk untuk konsumsi personal. Dengan demikian perilaku konsumen berkaitan erat dengan proses
pengambilan keputusan untuk menggunakan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannnya.
Pengetahuan alternatif produk yang dapat memuaskan kebutuhan, selama memiliki utilitas marjinal yang diperoleh dari pembelian produk masih lebih besar
atau sama dengan biaya yang dikorbankan, konsumen cenderung membeli produk. Menurut Loundon dan Bitta, 1994, Perilaku konsumen merupakan suatu
proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang terlibat dalam mengevaluasi, memperoleh, menginginkan, memilih dan menggunakan
barang atau jasa.
2.11. Perilaku Pembelian terhadap Kepuasan Konsumen
Pengertian Perilaku Pembelian Konsumen menurut Shiffman dan Kanuk, 2000 adalah ”Consumer behavior can be defined as the behavior that customer
display in searching for, purchasing, using, evaluating and disposing of product, service, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti
perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan mengabaikan produk, jasa atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
2.12. Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas
konsumen merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak
perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Menurut Reichheld, 1996, pada umumnya loyalitas seorang konsumen dapat
ditunjukkan melalui keloyalan terhadap suatu brand. Menurut Loudon, 1993, Store loyalty refers to the consumer’s inclination to patronize a given store during
a specific period of time. Artinya loyalitas toko merupakan kecenderungan konsumen untuk berbelanja pada satu toko dalam periode tertentu. Menurut
Bend, 1991, ”Customer satisfaction is the state in which customer needs, wants, and expectation through the transaction cycle are meet or exceeded resulting in
repurchasing and continuing loyalty”. Artinya, kepuasan konsumen merupakan
suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui suatu transaksi yang mengakibatkan terjadinya pembelian ulang
dan berlanjut pada kesetiaan. Oleh karena itu, terdapat keterkaitan antara kepuasan dengan loyalitas toko menurut Loudon 1993, ”Satisfaction with the
process will lead through feedback to a reinforcement in the store’s image, which will then increase the likehood of continued patronage, that is, greater store
loyalty”. Artinya kepuasan dan prosesnya akan dapat memberikan peranan yang penting untuk dapat memberikan timbal balik untuk menguatkan image suatu
toko, dimana kemudian akan meningkatkan kemungkianan untuk berlangganan yang berkelanjutan sehingga menciptkan loyalitas yang lebih besar. Konsumen
yang merasa puas atas suatu produk atau jasa yang telah dibeli pada suatu toko akan berpikir untuk membeli kembali produk atau jasa di toko tersebut. Pembelian
yang berulang tersebut akan membuat konsumen menjadi loyal terhadap suatu toko.
2.13. Structural Equation Modelling SEM