psikososial termasuk dalam hal ini komunitas adat terpencil. Setiap negara memiliki perbedaan dalam mengategorikan kebijakan publik dan kebijakan sosial.
2.3. Pemberdayaan Masyarakat
Gagasan pemberdayaan empowerment adalah sentral bagi suatu strategi keadilan sosial dan HAM. Pemberdayaan merupakan pusat dari gagasan-gagasan
kerja masyarakat, dan banyak pekerja masyarakat akan memilih mendefenisikan peranan mereka dalam pengertian suatu proses pemberdayaan. Pemberdayaan
bertujuan meningkatkan keberdayaan dari mereka yang dirugikan the- disadvantaged. Pernyataan ini mengandung dua konsep penting, keberdayaan dan
yang-dirugikan, yang masing-masing perlu dipertimbangkan dalam setiap pembahasan mengenai pemberdayaan sebagai bagian dari suatu perspektif keadilan
sosial dan HAM Ife Tesoriero, 2008: 130. Pelaksanaan pembangunan di banyak negara sedang berkembang pada
umumnya, termasuk Indonesia kerap kali lebih meletakkan masyarakat sebagai sasaran atau obyek, dibandingkan sebagai pelaku atau subyek. Memang dalam
berbagai kebijakan sekaligus rencana pembangunan disebutkan bahwa masyarakat merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan, tetapi kenyataannya masyarakat
sering diposisikan sebagai obyek atau sasaran pembangunan. Masyarakat yang diposisikan sebagai obyek pembangunan, seringkali
diharapkan pemerintah untuk mendukung implementasi perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan kata lain, perkataan pembangunan di
Indonesia pada umumnya masih mengikuti alur perencanaan top-down. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan masyarakat tidak berdaya karena hanya
dikondisikan sebagai penerima program pembangunan saja.
Universitas Sumatera Utara
Pemberdayaan sebenarnya mengacu pada upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan
masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan
yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum Setiana, 2005: 6.
Pemberdayaan masyarakat secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu proses pengupayaan masyarakat yang di dalamnya terkandung gagasan dan maksud
kesadaran tentang martabat dan harga diri, hak-hak masyarakat mengambil sikap, membuat keputusan dan selanjutnya secara aktif melibatkan diri dalam menangani
perubahan Bahari, dalam Siagian Suriadi, 2012: 152. Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa konsep
pemberdayaan masyarakat sangat penting diterapkan, karena konsep pembangunan yang demikian benar-benar menjunjung tinggi martabat dan harga diri masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sekaligus menjadi upaya mengembalikan status dan peranan masyarakat dalam proses pembangunan dan perubahan.
Suatu proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya Payne, dalam Adi, 2003: 54.
Universitas Sumatera Utara
Shardlow dalam Adi, 2003 melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok
ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka
“such a definition of empowerment is centrally about people taking control of their own lives and having the power to shape their own future”.
Dalam kesimpulannya, Shardlow menggambar bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek 1961 yang dikenal di
bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama ‘Self-Determination’, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang pekerjaan sosial dan
kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi
permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya Adi, 2003: 55.
Prinsip-prinsip yang sebaiknya dipegang dalam pemberdayaan masyarakat berdasarkan acuan dari ACSD, 2004 antara lain:
1. Kerja sama, bertanggung jawab, mengetengahkan aktivitas komunitas yang
tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Mobilisasi individu-individu untuk tujuan saling tolong-menolong, memecahkan masalah, integrasi sosial
dan tindakan sosial. 2.
Pada tingkat paling bawah, partisipasi harus ditingkatkan dan mengedepankan demokrasi ideal dari partisipatori dalam kaitannya dengan
sifat apatis, frustasi dan perasaan-perasaan yang sering muncul berupa ketidakmampuan dan tekanan akibat kekuatan struktural.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebanyak mungkin ada kemungkinan dan kesesuaian, community
development harus memercayakan dan bersandar pada kapasitas dan inisiatif dari kelompok relevan dan komunitas lokal untuk mengidentifikasi masalah-
masalah, merencanakan dan melaksanakan pelatihan tentang tindakan. Dalam hal ini tujuannya adalah mengarah pada kepercayaan diri dalam
kepemimipinan komunitas, meningkatkan kompetensi dan mengurangi ketergantungan kepada negara, lembaga dan intervensi professional.
4. Sumber daya-sumber daya komunitas manusia, teknik, dan finansial dan
kemungkinan sumber daya dari luar komunitas dalam bentuk kerjasama dengan pemerintah, lembaga-lembaga dan kelompok proffesional harus
dimobilisasikan dan kemungkinan untuk diseimbangkan dalam bentuk kesinambungan pembangunan.
5. Kebersamaan komunitas harus dipromosikan dalam bentuk dua tipe
hubungan yaitu: 1 hubungan sosial dalam keberadaan kelompok dipisahkan melalui kelas sosial atau perbedaan yang signifikan dalam status ekonomi,
suku bangsa, identitas ras, agama, gender, usia, lamanya tinggal atau karakteristik lainnya yang mungkin menyebabkan peningkatan atau membuka
konflik. 2 hubungan struktural antara pranata-pranata tersebut seperti sektor-sektor publik, organisasi sektor pribadi, organisasi nirlaba atau charity
dan organisasi kemasyarakatan serta asosiasi yang memiliki perhatian terhadap kesejahteraan sosial pada tingkat komunitas.
6. Aktifitas-aktifitas seperti meningkatkan perasaan solidaritas diantara
kelompok-kelompok marginal dengan mengaitkan kekuatan perkembangan dalam sektor-sektor dan kelas sosial untuk mencari kesempatan ekonomi,
sosial dan alternatif politik Susantyo, 2008: 44.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Komunitas Adat Terpencil