wawancara pada kaum Ibu di desa tersebut menyatakan bahwa mereka tidak ingin mengikuti program Keluarga Berencana KB dikarenakan terbiasa hidup dengan
anggota keluarga dalam jumlah banyak diatas 5 orang. Ketika ditanya tentang Program Keluarga Harapan, kaum Ibu mengaku sama sekali tidak mengetahui
apapun mengenai program tersebut. Padahal, mengacu pada Panduan Perlindungan dan Advokasi Perlindungan Komunitas Adat Terpencil Direktorat Pemberdayaan
KAT, 2010 telah dikatakan bahwa salah satu kegiatan perlindungan sosial untuk perempuan, ibu hamil dan menyusui adalah dengan pemberian jaminan sosial salah
satunya ‘Introduksi Program Keluarga Harapan’.
5.3 Analisis Evaluasi Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
Data mengenai evaluasi program pemberdayaan komunitas adat terpencil yang akan disajikan terdiri dari empat aspek yaitu masukan input, proses process,
keluaran output dan dampak impact. Untuk memudakan, peneliti membedakan keempat aspek tersebut mulai dari masukan input, proses process, keluaran
output dan dampak impact.
5.3.1 Masukan input
Untuk aspek masukan input lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Interaksi Warga Di Permukiman
Komunitas Adat Terpencil No.
Mengenal Warga KAT Frekuensi KK
1. 2.
Seluruhnya Tidak seluruhnya
46 4
92 8
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.8 disimpulkan bahwa tingkat interaksi sosial di
permukiman komunitas adat terpencil sudah sangat baik. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri komunitas adat terpencil Keppres RI No.1111999 yang menyatakan
bahwa pranata sosial yang ada dalam warga komunitas adat terpencil bertumpu pada hubungan kekerabatan. Dalam prinsip perlindungan dan advokasi komunitas adat
terpencil dikatakan bahwa perlu adanya suatu kerjasama demi membangun kebersamaan sehingga diperoleh sinergi dalam pemecahan masalah yang dihadapi
secara bersama. Untuk membangun kebersamaan ini, modal utamanya adalah adanya interaksi sosial yang baik diantara seluruh warga.
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Menetap Tidaknya Warga Di Permukiman
Komunitas Adat Terpencil No.
Status Tempat Tinggal Frekuensi KK
1. 2.
Menetap Tidak Menetap
14 36
28 72
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa hanya sebahagian kecil warga binaan komunitas adat terpencil yang memilih untuk menetap di permukiman yang
telah dibangun pemerintah. Selebihnya memilih untuk tidak menetap ataupun tinggal bergantian di rumah yang lama rumah sebelum adanya program. Masyarakat
mengeluhkan lambatnya jaringan listrik masuk ke permukiman mereka. Warga menyatakan bahwa ketiadaan listrik merupakan faktor terbesar yang menjadi alasan
warga tidak tinggal menetap di permukiman komunitas adat terpencil. Alasan lainnya yakni kondisi permukiman yang sepi dan juga kurangnya mata pencaharian di lokasi
komunitas adat terpencil. Peneliti menghimpun data dari Bapak Agus Suriadi, salah seorang staf ahli
dan peserta tim uji kelayakan calon penerima program pemberdayaan komunitas adat terpencil dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Beliau
menjelaskan bahwa sebelum perencanaan program setelah uji kelayakan sudah dilakukan ‘assesment’ untuk mengungkap dan memahami permasalahan warga
komunitas adat terpencil. Dalam setiap kegiatan pelaksanaan program, pemerintah terlebih dahulu mengadakan ‘deal’ ataupun kesepakatan dengan warga lewat
musyawarah mufakat, termasuk saat akan membangun permukiman. Jumlah permukiman yang dibangun pemerintah disesuaikan dengan
kebutuhan permintaan dari warga. Saat perencanaan pembangunan permukiman, warga meminta rumah yang dibangun berjumlah 50 dan sudah disepakati lewat
perjanjian bahwasannya warga akan bersedia tinggal dan menetap dipermukiman komunitas adat terpencil tersebut. Pemerintah sendiri sudah membangun
permukiman sesuai dengan jumlah yang diminta warga. Jika pada akhirnya warga memilih tidak menetap di lokasi permukiman, maka warga sendirilah yang memilih
untuk tidak berkomitmen terhadap perjanjian awal yang pernah disepakati.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk
No. Kategori
Frekuensi
1. 2.
Memiliki Tidak Memiliki
48 2
96 4
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 5.10 dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh warga
binaan komunitas adat terpencil telah memiliki Kartu Tanda Penduduk. Kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki identitas ini sudah sangat baik. Sedangkan
warga yang tidak memiliki KTP adalah warga yang sudah sangat lanjut usia sehingga menurutnya KTP tidak memiliki fungsi. Warga bahkan telah memiliki KTP sebelum
adanya program pemberdayaan.
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Rata-rata Sebelum
Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil No.
Penghasilan per bulan Frekuensi
1. 2.
Kurang dari 500.000 500.000 – 1.000.000
38 12
76 24
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.11 disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan ekonomi
warga komunitas adat terpencil di desa Sionom Hudon Selatan masih berada dibawah garis kemiskinan. Penyebabnya adalah sebahagian besar masyarakat masih
Universitas Sumatera Utara
hidup dengan sistem ekonomi subsisten. Artinya aktivitas ekonomi hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Pribadi Sebelum
Pelaksanaan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil No.
Kategori Frekuensi
1. 2.
Memiliki Tidak Memiliki
26 24
52 48
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Menurut tabel 5.12 kepemilikan kendaraan pribadi, angkanya sudah tinggi
pada warga binaan komunitas adat terpencil. Kendaraan pribadi yang dimiliki warga seluruhnya berupa sepeda motor. Tidak ditemukan warga yang memiliki kendaraan
roda empat seperti mobil. Di awal tinjauan pustaka sudah disebutkan bahwa sasaran program pemberdayaan komunitas adat terpencil adalah warga yang benar-
benar miskin, namun hasil kuesioner justru menemukan lebih dari setengah warga memiliki sepeda motor. Warga merasa sangat perlu memiliki sepeda motor
dikarenakan sama sekali tidak ada akses kendaraan umum ke dusun mereka. Sepeda motor juga berfungsi untuk mengangkut hasil ladang yang akan dijual ke pasar
Parlilitan. Jika ada warga yang sakit, sepeda motor juga sangat diperlukan untuk mengangkut pasien dikarenakan tidak ada sarana berobat di dusun permukiman
warga komunitas adat terpencil.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Peralatan Memasak
No. Peralatan Memasak
Frekuensi
1. 2.
3. Kayu bakar
Kompor minyak Kompor gas
32 17
1 64
34 2
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.13 dapatlah disimpulkan bahwa penggunaan teknologi
warga komunitas adat terpencil umumnya masih sangat sederhana. Sebahagian besar warga masih mempertahankan cara-cara yang diwariskan leluhur tanpa penyesuaian
dengan perubahan yang sesuai dengan kondisi sekarang. Masyarakat mengakui, memasak menggunakan kayu bakar jauh lebih mudah dan hemat dibandingkan harus
membeli minyak tanah mapun gas yang bisa saja menghabiskan 10.000–15.000 per liter per tabungnya. Bahan kayu bakar juga banyak tersedia di hutan kebun dekat
lokasi permukiman dan untuk mendapatkannya juga tidak butuh biaya.
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Musyawarah Mufakat Untuk
Perencanaan Program Pemberdayaan KAT No.
Musyawarah Mufakat Frekuensi
1. 2.
Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan
44 6
88 12
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013
Universitas Sumatera Utara
Menurut tabel 5.14 perencanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil sudah sangat baik, dimana warga bersama pemerintah terlebih dahulu
mengadakan musyawarah mufakat untuk mengambil keputusan bersama. Hampir seluruh warga mengakui pernah mengikuti pelaksanaan musyawarah mufakat diawal
perencanaan program. Sebagian kecil warga yang menjawab tidak ada adalah warga yang merupakan murni pendatang.
Musyawarah mufakat pada dasarnya merupakan kesepahaman atau kata sepakat antara pihak-pihak yang berbeda pendapat sehingga dapat dihindarkan dan
diharapkan semua pihak yang berbeda pendapat bisa menemukan keputusan tunggal. Musyawarah mufakat telah dilakukan sejak perencanaan program hingga
pelaksanaan program. Musyawarah di desa Sionom Hudon Selatan biasanya dipimpin oleh Kepala Desa, Bapak Gerhard Simbolon. Musyawarah juga biasanya
dihadiri oleh pemerintah daerah setempat, dalam hal ini dari Kecamatan Parlilitan dan Kabupaten Humbang Hasundutan dan dari pemerintah provinsi, dalam hal ini
Dinas Kesejahteraan Sosial dan Provinsi Sumatera Utara. Hampir seluruh warga mengatakan menghadiri musyawarah desa mulai dari 3 hingga 5 kali.
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Program
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil No.
Sosialisasi Program Frekuensi
1. 2.
Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan
41 9
82 18
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa pelaksanaan sosialisasi penyuluhan sebagai bagian dari jenis kegiatan dalam pemberdayaan komunitas adat terpencil
sudah dilakukan dengan sangat baik. Warga yang menjawab tidak seluruhnya adalah warga yang murni pendatang, sehingga tidak tahu seperti apa penyuluhan
perencanaan program ini. Sosialisasi program dilakukan oleh pemerintah provinsi yakni dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Sosialisasi berisi
informasi tentang tujuan program, hasil yang ingin dicapai dari program, bantuan yang didapat dari program hingga jadwal pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ada
dalam program.
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Undangan Sosialisasi Program
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil No.
Undangan Sosialisasi Program Frekuensi
1. 2.
Diundang Tidak diundang
41 9
82 18
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa hampir seluruh warga
diundang ke acara sosialisasi di awal perencanaan program komunitas adat terpencil. Undangan disampaikan melalui kepala desa dan disebarkan dari mulut ke mulut.
Warga yang tidak diundang dalam hal ini merupakan warga pendatang dimana mereka belum ada dilokasi komunitas adat terpencil saat masih perencanaan
program.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kehadiran Undangan Sosialisasi Program
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil No.
Kategori Frekuensi
1. 2.
Hadir Tidak hadir
33 17
66 34
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.17 disimpulkan bahwa sebahagian besar warga
berantusias untuk hadir dalam sosialisasi program pemberdayaan komunitas adat terpencil diawal perencanaan program. Warga yang tidak hadir sebahagian adalah
pendatang, sebahagian lagi sedang ada pekerjaan, sedang sakit, dan sedang tidak di desa sehingga tidak menghadiri undangan sosialisasi program.
5.3.2 Proses process