e. Pengembangan organisasi lokal, jaringan kerja dan pranata adat,
meliputi : 1.
Pemahaman tentang organisasi kelompok 2.
Pembuatan akses untuk kontak sosial dengan warga diluar komunitas adat terpencil
f. Penguatan ekonomi komunitas adat terpencil, meliputi :
1. Pelatihan keterampilan dasar
2. Usaha ekonomis produktif
g. Peningkatan peran perempuan komunitas adat terpencil, meliputi :
1. Pelibatan perempuan komunitas adat terpencil dalam proses
kegiatan pembangunan di lokasi komunitas adat terpencil 2.
Penguatan kepada keikutsertaan perempuan komunitas adat terpencil dalam menentukan arah kegiatan yang dilaksanakan di
lokasi komunitas adat terpencil h.
Generasi muda, meliputi : 1
Pelatihan keterampilan berdasarkan kepada potensi yang ada 2
Pelatihan kader pembangunan komunitas adat terpencil 3
Pembentukan organisasi pemuda komunitas adat terpencil yang berorientasi kepada peningkatan Usaha Kesejahteraan Sosial
2.5.5. Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Sumatera Utara
Lokasi pemberdayaan KAT di wilayah Sumatera Utara dapat dilihat dalam tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Lokasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Wilayah Sumatera Utara
Tahun Pemberdayaan Nama Lokasi Desa
Jumlah KK
Pemberdayaan Tahun I Desa Tuhawaebu Kec. Idanagawo Kab.
Nias 35
Huta Partukkoan Desa Salaon Dolok Kec. Ronggur Nihuta Kab. Samosir
60
Dusun III Desa Sihapas Kec. Suka Bangun Kab. Tapanuli Tengah
50
Pemberdayaan Tahun II Desa Tuhawaebu Kec. Idanagawo Kab.
Nias 30
Pemberdayaan Tahun III
Desa Parmonangan Kec. Pakkat Kab. Humbang Hasundutan
50
Desa Sionom Hudon Selatan Kec. Parlilitan Kab. Humbang Hasundutan
50
Sumber : Direktorat Pemberdayaan KAT, Kementerian Sosial, 2012
2.5.6. Kesejahteraan Sosial
Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Persatuan Bangsa-Bangsa PBB misalnya, telah lama mengatur
masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional. Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah ada dalam
sistem ketatanegaraaan Indonesia Suharto, 2009:1. Perserikatan Bangsa-Bangsa memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai
kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau
Universitas Sumatera Utara
masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Defenisi ini
menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-
lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas
hidup individu, kelompok dan masyarakat. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai
tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka,
tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual Adi, 2003: 40.
Kesejahteraan sosial dapat dilihat dari empat sudut pandang, yaitu : 1.
Kesejahteraan Sosial sebagai suatu keadaan kondisi Sebagai suatu kondisi keadaan, Kesejahteraan Sosial dapat dilihat dari rumusan
Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pasal 2 ayat 1 :
“Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan
dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.”
Universitas Sumatera Utara
Rumusan diatas menggambarkan Kesejahteraan Sosial sebagai suatu keadaan dimana digambarkan secara ideal adalah suatu tatanan tata kehidupan yang
meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya
mendapatkan titik keseimbangan. Titik keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara aspek material dan spiritual.
2. Kesejahteraan Sosial sebagai suatu ilmu
Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan
kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro, mezzo maupun makro. 3.
Kesejahteraan Sosial sebagai suatu kegiatan Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat terlihat antara lain
dari defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander dalam Adi, 2003 : “Kesejahteraan Sosial merupakan sistem yang terorganisir dari berbagai
institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar
hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan.” Pengertian ini sekurang-kurangnya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai
suatu sistem pelayanan kegiatan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun dalam pengertian yang dikemukakannya
Friedlander secara eksplisit menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu dan kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian Friedlander juga
melihat masyarakat sebagai suatu totalitas.
Universitas Sumatera Utara
4. Kesejahteraan Sosial sebagai suatu gerakan
Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi gerakan tersendiri yang bertujuan
memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan hal yang perlu diperhatikan secara seksama oleh masyarakat dunia, baik secara
global maupun parsial. Oleh karena itu, muncullah berbagai macam gerakan dalam wujud organisasi lokal, regional, maupun internasional yang berusaha
menangani isu kesejahteraan sosial ini.
2.6. Kerangka Pemikiran
Pemerintah menunjukkan perhatian dan komitmen dalam hal pemerataan pembangunan di Indonesia salah satunya lewat program pemberdayaan komunitas
adat terpencil. Program ini ditujukan bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil dan tertinggal. Kondisi komunitas adat terpencil yang memprihatinkan
memunculkan usaha-usaha peningkatan taraf hidup yang digagas dalam sebuah program pemberdayaan. Gagasan akan program ini muncul dengan tujuan
menumbuhkembangkan kemandirian masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan.
Dinas Kesejahteraan dan Sosial selanjutnya menjadi perpanjangan tangan pemerintah sebagai satu-satunya instansi pelaksana program pemberdayaan
komunitas adat terpencil. Walaupun begitu Dinas Kesejahteraan dan Sosial tidak bekerja sendiri. Mereka juga menggandeng pemerintah daerah setempat dalam
proses pelaksanaannya karena pemerintah daerah dinilai lebih paham akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi warganya.
Universitas Sumatera Utara