Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kehadiran Undangan Sosialisasi Program
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil No.
Kategori Frekuensi
1. 2.
Hadir Tidak hadir
33 17
66 34
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.17 disimpulkan bahwa sebahagian besar warga
berantusias untuk hadir dalam sosialisasi program pemberdayaan komunitas adat terpencil diawal perencanaan program. Warga yang tidak hadir sebahagian adalah
pendatang, sebahagian lagi sedang ada pekerjaan, sedang sakit, dan sedang tidak di desa sehingga tidak menghadiri undangan sosialisasi program.
5.3.2 Proses process
Untuk aspek proses pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di dusun Hutakalang desa Sionom Hudon Selatan, peneliti membaginya ke
dalam tujuh bidang. Adapun bidang-bidang yang dimaksud adalah : bidang perumahan dan permukiman, bidang administrasi kependudukan, bidang kehidupan
beragama, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang peningkatan pendapatan dan bidang kesejahteraan sosial.
5.3.2.1 Bidang Perumahan dan Permukiman
Seluruh warga Sionom Hudon mengiyakan adanya kegiatan pembangunan permukiman bagi warga binaan komunitas adat terpencil. Peneliti juga langsung
Universitas Sumatera Utara
mengobservasi keadaan permukiman komunitas adat terpencil tersebut dan benar ada sejumlah 50 rumah yang dibangun dengan tipe yang sama di satu lokasi. Dinding dan
lantai permukiman komunitas adat terpencil seluruhnya terbuat dari kayu yang sudah diolah menjadi papan. Rumah terdiri dari ruang depan, dua kamar, dan sebuah dapur
kecil namun belum memiliki kamar mandi. Sesuai dengan tahapan pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil, maka tahapan pembangunan
permukiman ini sudah dilaksananakan dengan sangat baik.
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Peran Warga Dalam
Kegiatan Pembangunan Permukiman Komunitas Adat Terpencil No.
Kategori Frekuensi
1. 2.
Ada Tidak ada
2 48
4 96
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.18 dapat diketahui bahwa sangat sedikit warga yang ikut
dan mengambil peran dalam pembangunan permukiman komunitas adat terpencil di Dusun Hutakalang, Desa Sionom Hudon Selatan. Sebahagian besar beralasan bahwa
proyek pembangunan perumahan sudah dilimpahkan kepada pemborong sehingga warga tidak perlu repot-repot ikut membangun permukiman. Hanya dua orang warga
yang bergabung sebagai ‘tukang’ dalam pembangunan permukiman. Sebenarnya sangat diharapkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini, agar masyarakat lebih
tinggi kesadarannya untuk ikut memelihara permukiman karena juga turut ambil bagian dalam pembangunannya.
Universitas Sumatera Utara
5.3.2.2 Bidang Administrasi Kependudukan
Untuk bidang administrasi kependudukan, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :
Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Warga Komunitas
Adat Terpencil No.
Pendataan Warga Frekuensi
1. 2.
3. Dilaksanakan
Tidak tahu Tidak Dilaksanakan
46 1
3 92
2 6
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.19 dapat diketahui bahwa di awal pelaksanaan program
pemberdayaan komunitas adat terpencil sudah dilakukan pendataan warga yang menjadi calon penghuni permukiman komunitas adat terpencil. Hampir seluruh
warga mengaku ikut didata, kecuali warga pendatang yang tidak sempat mengikuti pendataan. Kegiatan ini selain sebagai persyaratan administrasi, juga berguna untuk
mendata siapa-siapa saja warga yang berhak mendapatkan permukiman dilokasi komunitas adat terpencil, juga untuk memudahkan penyampaian informasi dan
pemberian bantuan kepada warga komunitas adat terpencil.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Pengenalan
Administrasi Pemerintahan No.
Sosialisasi Pengenalan Administrasi Pemerintahan
Frekuensi
1. 2.
3. Dilaksanakan
Tidak tahu Tidak Dilaksanakan
4 17
29 8
34 58
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat dari jawaban responden mayoritas,
bahwa pemerintah tidak pernah melakukan sosialisasi pengenalan administrasi kependudukan dan pemerintahan kepada warga komunitas adat terpencil. Padahal
menurut Kepmensos R.I No.06PEGHUK2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, seharusnya sosialisasi ini diadakan. Salah
satu lingkup kegiatan program pemberdayaan komunitas adat terpencil adalah pengenalan administrasi pemerintahan.
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Surat Sertifikat Tanah
No. Surat Sertifikat Tanah
Frekuensi
1. 2.
Memiliki Tidak Memiliki
6 44
12 88
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.21 dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit sekali warga yang memiliki surat sertifikat tanah. Sebahagian besar warga beranggapan bahwa
surat tanah tidak terlalu penting, ada juga yang tidak tahu cara mengurus, ada juga yang menakutkan mahalnya biaya pengurusan surat tanah serta alasan bahwa tanah
di desa tersebut kebanyakan adalah tanah adat ulayat yang ‘pantang’ dijadikan hak milik pribadi.
Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Akte Kelahiran Anak
No. Akte Kelahiran Anak
Frekuensi
1. 2.
Memiliki Tidak Memiliki
4 46
8 92
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.22 dapat dilihat bahwa hanya sedikit sekali anak-anak
warga yang memiliki akte kelahiran. Sebahagian warga mengaku tidak tahu cara mengurusnya, dan sebagian kecil mengaku takut dikenakan biaya yang tinggi jika
mengurusnya. Lain halnya dengan kartu keluarga, hasil kuesioner menyatakan seluruh
warga telah memilikinya. Sebagian bahkan memilikinya sebelum adanya program dan sebagian lagi mengurusnya seiring dengan pelaksanaan program. Kartu keluarga
menurut warga sangat penting untuk dimiliki terkait beberapa urusan administrasi kependudukan yang terkadang meminta bukti kepemilikan kartu keluarga.
Masyarakat juga berpikir bahwa memiliki kartu keluarga saja sepertinya sudah cukup, jadi tidak perlu mengurus akte kelahiran anak-anak mereka.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Tentang Prosedur Pengurusan
Administrasi Kependudukan dan Surat-surat Penting No.
Pemahaman tentang Prosedur Administrasi Kependudukan
Frekuensi
1. 2.
Memahami Tidak Memahami
11 39
22 78
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.23 dapat diketahui bahwa hanya sedikit warga yang
paham mengenai prosedur pengurusan administrasi kependudukan dan surat-surat penting. Salah satu penyebab ketidakpahaman mayoritas warga ini adalah karena
ketiadaan sosialisasi dari pemerintah setempat tentang fungsi dan prosedur pengurusan administrasi kependudukan. Warga yang menjawab tidak tahu juga
menyatakan tidak tahu berapa biaya yang dikenakan untuk setiap pengurusan surat- surat penting seperti akte kelahiran, sertifikat tanah dan sebagainya.
5.3.2.3 Bidang Kehidupan Beragama
Untuk pelaksanaan program di bidang kehidupan beragama dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pembangunan Bidang
Kehidupan Beragama No.
Pembangunan Organisasi Keagamaan Frekuensi
1. 2.
Dilaksanakan Tidak dilaksanakan
47 3
94 6
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.24 dapat diketahui bahwa ada organisasi keagamaan
yang dibentuk dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Hal ini menjadi bagian dalam lingkup kegiatan bidang kehidupan beragama
sebagaimana yang tercantum dalam tahapan pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Organisasi keagamaan ini disebut warga dengan nama
‘Kelompok Doa’ atau dengan bahasa lokal ‘Partamiangan’. Dari hasil observasi peneliti, ada sebuah rumah di lokasi pemberdayaan komunitas adat terpencil yang
dijadikan warga sebagai wadah untuk organisasi Kelompok Doa tadi. Kekurangan dari pembangunan bidang kehidupan beragama ini adalah tidak adanya bantuan
buku-buku agama dari pemerintah guna meningkatkan pengetahuan warga di bidang keagamaan.
5.3.2.4 Bidang Pendidikan
Untuk proses pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pembangunan Bidang
Pendidikan No.
Pelaksanaan Pembangunan Pendidikan Frekuensi
1. 2.
Dilaksanakan Tidak tahu
37 13
74 26
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.25 dapat diketahui bahwa ada pembangunan bidang
pendidikan yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan komunitas adat terpencil di Dusun Hutakalang, Desa Sionom Hudon Selatan. Pembangunan yang
dilaksanakan adalah pengadaaan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini bagi anak- anak warga komunitas adat terpencil yang berusia 4–6 tahun. Pengajar PAUD sendiri
berasal dari warga komunitas adat terpencil. Banyak warga yang mengaku kesulitan membayar biaya sekolah anak-anak
mereka. Alasan pertama ialah karena disamping harus memmbayar uang sekolah, orangtua juga harus menyediakan perlengkapan sekolah anak-anaknya seperti buku,
alat tulis, sepatu dan tas sekolah. Alasan kedua adalah karena rata-rata warga memiliki 3-5 orang anak dengan umur yang berjarak rata-rata 1-2 tahun sehingga
banyak biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan memiliki 1-2 orang anak dengan rentang usia diatas 3 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Usia Anak Dengan Sekolah
No. Kesesuaian Usia dengan Sekolah
Frekuensi
1. 2.
Sesuai Tidak Sesuai
35 15
70 30
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.26 dapat diketahui bahwa terdapat 30 warga yang tidak
menyekolahkan anak sesuai usianya. Normalnya anak-anak masuk SD kelas 1 umur 5–6 tahun, namun ada juga warga komunitas adat terpencil yang baru memasukkan
anaknya ke Sekolah Dasar saat sudah berusia 7 tahun. Diketahui penyebab keterlambatan ini adalah dikarenakan saat usia 5–6 tahun orangtua si anak merasa
anaknya belum mampu bersekolah dan masih sangat tergantung pada penjagaan orangtua.
Secara khusus dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak-anak dari komunitas adat terpencil
berhak mendapat perlindungan khusus. Hal ini dilakukan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk dapat menikmati budayanya sendiri, mengakui dan
melaksanakan ajaran agama sendiri dan menggunakan bahasa sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan masyarakat dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Kejar Paket A, B, C
No. Kejar Paket A,B,C
Frekuensi
1. 2.
3. Dilaksanakan
Tidak tahu Tidak Dilaksanakan
14 30
6 28
60 12
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa kebanyakan warga mengaku
tidak mengetahui adanya kegiatan Kejar Paket A, B dan C bagi anak-anaknya yang tidak lulus sekolah. Pernyataan dari salah seorang guru PAUD disana mengatakan
bahwa sebenarnya di Sekolah Dasar ada program Kejar Paket A,B dan C hanya saja tidak pernah ada yang calon siswa yang datang untuk mendaftar. Hal ini
menyebabkan Program Kejar Paket A, B dan C jadi terlihat seperti tidak ada, padahal sebenarnya ada.
5.3.2.5 Bidang Kesehatan
Untuk proses pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pembangunan Bidang
Kesehatan No.
Pembangunan Bidang Kesehatan Frekuensi
1. 2.
Tidak Tahu Tidak Dilaksanakan
20 30
40 60
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.28 dapat diketahui bahwa kegiatan bidang kesehatan
yang mencakup pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan sanitasi tidak pernah dilakukan di lokasi permukiman komunitas adat terpencil. Untuk mendapatkan
layanan kesehatan terdekat, warga harus berjalan ke pusat desa Sionom Hudon Selatan Dusun Janji untuk berobat di Poskesdes.
Menurut hasil observasi lapangan peneliti, sebenarnya ada fasilitas sanitasi yang telah dibangun pemerintah di lokasi permukiman penduduk, namun penduduk
tidak menyadari bahwa fasilitas itu merupakan bagian daripada kebutuhan sanitasi dan kesehatan. Pemerintah telah membangun MCK Mandi Cuci Kakus umum
dengan sebuah bak besar, sebuah bilik terbuka untuk menyuci dan empat buah kamar mandi ukuran ± 1 x 1 meter. Air untuk kebutuhan MCK sendiri berasal dari PLTA
peninggalan Belanda yang berlokasi sekitar 15 menit perjalanan dari lokasi permukiman warga komunitas adat terpencil. Peneliti sendiri telah menggunakan
MCK dan mendapati air dalam kondisi yang sangat jernih sehingga mendukung sanitasi warga. Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa seluruh masyarakat 100
menjawab tidak pernah kesulitan air bersih, baik di musim penghujan maupun musim kemarau.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Berobat Masyarakat
No. Sarana Berobat Masyarakat
Frekuensi
1. 2.
3. 4.
Rumah Sakit Puskesmas Poskesdes
Pengobatan Tradisional Lainnya Bidan Desa
1 35
2 12
2 70
4 24
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.29 dapat diketahui bahwa sebahagian besar warga
memilih berobat ke Poskesdes karena lebih dekat ke lokasi permukiman. Pilihan lainnya adalah ke Bidan Desa. Sangat sedikit warga yang mau berobat ke Rumah
Sakit dikarenakan rumah sakit terdekat ada di Dolok Sanggul yang jaraknya kurang lebih dua jam perjalanan dari desa Sionom Hudon Selatan. Hanya apabila sakit yang
diderita warga sudah parah dan tidak ada sarana pengobatan di Poskesdes, barulah warga akan ke Rumah Sakit.
5.3.2.6 Bidang Peningkatan Pendapatan
Untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan pendapatan warga komunitas adat terpencil, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Progam Bantuan Usaha
Pertanian Perkebunan No.
Bantuan Usaha Pertanian Frekuensi
1. 2.
Dilaksanakan Tidak tahu
48 2
96 4
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.30 dapat diketahui bahwa bantuan peningkatan
pendapatan bidang pertanian sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Bantuan usaha pertanian diterima seluruh warga kecuali warga yang baru pindah diatas tahun 2011.
Bantuan usaha pertanian yang diberikan pemerintah berupa bantuan bibit karet dan cokelat. Karet dan coklat adalah dua komoditi yang memiliki nilai jual cukup tinggi
di pasar, namun untuk menunggu masa panen memang diperlukan waktu minimal empat tahun.
Sementara untuk bantuan perikanan peternakan, warga mengaku tidak mendapatkannya. Ada beberapa orang warga yang mengaku sangat mengharapkan
adanya bantuan ternak seperti ternak ayam, babi dan bebek itik dari pemerintah. Hal ini dianggap perlu oleh warga dikarenakan mereka tidak mendapat penghasilan yang
mencukupi jika hanya menunggu masa panen karet dan cokelat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Pertanian
No. Sosialisasi Pertanian
Frekuensi
1. 2.
3. Dilaksanakan
Tidak tahu Tidak Dilaksanakan
38 7
5 76
14 10
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.31 dapat diketahui bahwa pemerintah pernah
mengadakan sosialisasi bidang pertanian agar bantuan pertanian yang diberikan pada warga dapat tumbuh secara optimal. Sosialisasi ini diberikan sebelum datangnya
bantuan bibit karet dan cokelat pada warga binaan komunitas adat terpencil. Sayangnya sosialiasi ini hanya dilakukan sekali dan banyak warga mengaku belum
terlalu paham cara bercocok tanam karet dan cokelat yang maksimal.
Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Keterampilan Bercocok Tanam
No. Pemberian Keterampilan Bercocok Tanam
Frekuensi
1. 2.
3. Diberikan
Tidak tahu Tidak Diberikan
21 11
18 42
22 36
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.32 dapat dilihat bahwa sosialisasi yang dilakukan
pemerintah bidang pertanian hanya sekali dan tidak ditindaklanjuti dengan pemberian keterampilan bercocok tanam yang memadai. Warga juga mengakui
Universitas Sumatera Utara
bahwa bibit cokelat bantuan pemerintah tidak dapat tumbuh maksimal dan banyak yang mati setelah ditanam di perkebunan dekat lokasi permukiman.
5.3.2.7 Bidang Kesejahteraan Sosial
Pemerintah lewat Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara menujuk seorang ‘pendamping’ program dari desa Sionom Hudon Selatan. Nama
pendamping program yang dimaksud adalah Bapak Jonner Tinambunan yang juga merupakan salah satu warga komunitas adat terpencil. Pendamping menyatakan
bahwa dalam setiap pengambilan keputusan selain dilakukan musyawarah, pemerintah juga selalu mempertimbangkan hukum adat dan norma setempat
sehingga tidak ada perselisihan paham antar warga dan pemerintah yang ingin menjalankan program. Untuk proses pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan
sosial lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :
Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Masyarakat No.
Kepemilikan Jamkesmas Frekuensi
1. 2.
Memiliki Tidak Memiliki
42 8
84 16
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.33 dapat diketahui bahwa pembangunan bidang
kesejahteraan sosial, salah satunnya dengan pengadaan jaminan kesehatan sudah dilakukan pemerintah dengan sangat baik. Warga yang belum memiliki Jamkesmas
adalah warga pindahan yang mengaku belum mengurus Jamkesmasnya. Adanya
Universitas Sumatera Utara
Jamkesmas ini sangat membantu warga dalam meringankan biaya pengobatan keluarga.
Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Pembentukan Organisasi Kelompok
No. Organisasi Kelompok
Frekuensi
1. 2.
Dibentuk Tidak Dibentuk
45 5
90 10
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 5.34 dapat diketahui bahwa pembangunan organisasi lokal
yang dilakukan oleh pemerintah juga sudah berjalan dengan sangat baik. Warga menyatakan adanya organisasi kelompok yang dibentuk saat program pemberdayaan
komunitas adat terpencil yakni ‘Kelompok Usaha Tani’ KUT dan KUBE Kelompok Usaha Bersama. Kelompok ini rata-rata terdiri dari 5 kelompok dengan
masing-masing 10 anggota. Dari 10 jumlah anggota dipilih satu orang ketua, satu orang sekretaris, satu orang bendahara, sisanya menjadi anggota biasa.
Pembentukan organisasi kelompok ini secara langsung berkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat komunitas adat terpencil di desa tersebut. Dengan
sumber daya manusia yang disatukan dalam organisasi diharapkan bisa mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri masyarakat untuk lebih berdaya
dalam memutuskan segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Pelibatan Peran Perempuan
No. Peran Perempuan
Frekuensi
1. 2.
Dilibatkan Tidak Dilibatkan
33 17
66 34
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.35 dapat dilihat adanya pelibatan peran perempuan
selama proses pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Mengacu kepada Undang-undang Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
‘Hak Wanita’ dikatakan bahwa dalam mengembangkan kapasitas dirinya, wanita komunitas adat terpencil juga berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran,
memilih, dipilih dan diangkat dalam pekerjaan. Pelibatan peran perempuan komunitas adat terpencil di desa Sionom Hudon
Selatan dapat dilihat dalam organisasi KUBE dan KUT yang melibatkan beberapa nama perempuan, bahkan ada yang sebagai sekretaris dalam satu kelompok. Peran
perempuan lainnya dilihat dengan adanya sokongan ekonomi yang diberikan perempuan dalam keluarga lewat perannya menanam dan merawat beberapa tanaman
pangan seperti kacang dan ubi. Hasil tanaman kacang dan ubi ini kemudian dapat dijual ke pasar untuk menambah pemasukan ekonomi keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Pelibatan Peran Pemuda
No. Peran Pemuda
Frekuensi
1. 2.
Dilibatkan Tidak Dilibatkan
12 38
24 76
Total 50
100
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.36 dapat dilihat bahwa sebahagian besar warga
menyatakan tidak ada pelibatan peran pemuda dalam program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Hal ini dikarenakan tidak adanya pemuda di lokasi
permukiman komunitas adat terpencil. Pemuda-pemudi desa rata-rata sudah merantau dan keluar dari desa. Yang laki-laki cenderung mencari pekerjaan diluar
desa, sedangkan yang perempuan selain ada yang mencari pekerjaan, ada juga yang menikah dalam usia dini dibawah 20 tahun kemudian tinggal dirumah keluarga dari
pihak suami. Memang saat pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil,
pemerintah memberikan bantuan peralatan olahraga catur, bola kaki, bola volly dan net volly untuk menyokong kegiatan karang taruna desa. Namun warga mengaku,
peralatan itu kini lebih sering digunakan kaum bapak karena tidak adanya pemuda desa.
5.3.3 Keluaran output