Proses process Analisis Evaluasi Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kehadiran Undangan Sosialisasi Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil No. Kategori Frekuensi 1. 2. Hadir Tidak hadir 33 17 66 34 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.17 disimpulkan bahwa sebahagian besar warga berantusias untuk hadir dalam sosialisasi program pemberdayaan komunitas adat terpencil diawal perencanaan program. Warga yang tidak hadir sebahagian adalah pendatang, sebahagian lagi sedang ada pekerjaan, sedang sakit, dan sedang tidak di desa sehingga tidak menghadiri undangan sosialisasi program.

5.3.2 Proses process

Untuk aspek proses pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil di dusun Hutakalang desa Sionom Hudon Selatan, peneliti membaginya ke dalam tujuh bidang. Adapun bidang-bidang yang dimaksud adalah : bidang perumahan dan permukiman, bidang administrasi kependudukan, bidang kehidupan beragama, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang peningkatan pendapatan dan bidang kesejahteraan sosial.

5.3.2.1 Bidang Perumahan dan Permukiman

Seluruh warga Sionom Hudon mengiyakan adanya kegiatan pembangunan permukiman bagi warga binaan komunitas adat terpencil. Peneliti juga langsung Universitas Sumatera Utara mengobservasi keadaan permukiman komunitas adat terpencil tersebut dan benar ada sejumlah 50 rumah yang dibangun dengan tipe yang sama di satu lokasi. Dinding dan lantai permukiman komunitas adat terpencil seluruhnya terbuat dari kayu yang sudah diolah menjadi papan. Rumah terdiri dari ruang depan, dua kamar, dan sebuah dapur kecil namun belum memiliki kamar mandi. Sesuai dengan tahapan pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil, maka tahapan pembangunan permukiman ini sudah dilaksananakan dengan sangat baik. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Peran Warga Dalam Kegiatan Pembangunan Permukiman Komunitas Adat Terpencil No. Kategori Frekuensi 1. 2. Ada Tidak ada 2 48 4 96 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.18 dapat diketahui bahwa sangat sedikit warga yang ikut dan mengambil peran dalam pembangunan permukiman komunitas adat terpencil di Dusun Hutakalang, Desa Sionom Hudon Selatan. Sebahagian besar beralasan bahwa proyek pembangunan perumahan sudah dilimpahkan kepada pemborong sehingga warga tidak perlu repot-repot ikut membangun permukiman. Hanya dua orang warga yang bergabung sebagai ‘tukang’ dalam pembangunan permukiman. Sebenarnya sangat diharapkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini, agar masyarakat lebih tinggi kesadarannya untuk ikut memelihara permukiman karena juga turut ambil bagian dalam pembangunannya. Universitas Sumatera Utara

5.3.2.2 Bidang Administrasi Kependudukan

Untuk bidang administrasi kependudukan, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini : Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Warga Komunitas Adat Terpencil No. Pendataan Warga Frekuensi 1. 2. 3. Dilaksanakan Tidak tahu Tidak Dilaksanakan 46 1 3 92 2 6 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.19 dapat diketahui bahwa di awal pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil sudah dilakukan pendataan warga yang menjadi calon penghuni permukiman komunitas adat terpencil. Hampir seluruh warga mengaku ikut didata, kecuali warga pendatang yang tidak sempat mengikuti pendataan. Kegiatan ini selain sebagai persyaratan administrasi, juga berguna untuk mendata siapa-siapa saja warga yang berhak mendapatkan permukiman dilokasi komunitas adat terpencil, juga untuk memudahkan penyampaian informasi dan pemberian bantuan kepada warga komunitas adat terpencil. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Pengenalan Administrasi Pemerintahan No. Sosialisasi Pengenalan Administrasi Pemerintahan Frekuensi 1. 2. 3. Dilaksanakan Tidak tahu Tidak Dilaksanakan 4 17 29 8 34 58 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat dari jawaban responden mayoritas, bahwa pemerintah tidak pernah melakukan sosialisasi pengenalan administrasi kependudukan dan pemerintahan kepada warga komunitas adat terpencil. Padahal menurut Kepmensos R.I No.06PEGHUK2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, seharusnya sosialisasi ini diadakan. Salah satu lingkup kegiatan program pemberdayaan komunitas adat terpencil adalah pengenalan administrasi pemerintahan. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Surat Sertifikat Tanah No. Surat Sertifikat Tanah Frekuensi 1. 2. Memiliki Tidak Memiliki 6 44 12 88 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.21 dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit sekali warga yang memiliki surat sertifikat tanah. Sebahagian besar warga beranggapan bahwa surat tanah tidak terlalu penting, ada juga yang tidak tahu cara mengurus, ada juga yang menakutkan mahalnya biaya pengurusan surat tanah serta alasan bahwa tanah di desa tersebut kebanyakan adalah tanah adat ulayat yang ‘pantang’ dijadikan hak milik pribadi. Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Akte Kelahiran Anak No. Akte Kelahiran Anak Frekuensi 1. 2. Memiliki Tidak Memiliki 4 46 8 92 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.22 dapat dilihat bahwa hanya sedikit sekali anak-anak warga yang memiliki akte kelahiran. Sebahagian warga mengaku tidak tahu cara mengurusnya, dan sebagian kecil mengaku takut dikenakan biaya yang tinggi jika mengurusnya. Lain halnya dengan kartu keluarga, hasil kuesioner menyatakan seluruh warga telah memilikinya. Sebagian bahkan memilikinya sebelum adanya program dan sebagian lagi mengurusnya seiring dengan pelaksanaan program. Kartu keluarga menurut warga sangat penting untuk dimiliki terkait beberapa urusan administrasi kependudukan yang terkadang meminta bukti kepemilikan kartu keluarga. Masyarakat juga berpikir bahwa memiliki kartu keluarga saja sepertinya sudah cukup, jadi tidak perlu mengurus akte kelahiran anak-anak mereka. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Tentang Prosedur Pengurusan Administrasi Kependudukan dan Surat-surat Penting No. Pemahaman tentang Prosedur Administrasi Kependudukan Frekuensi 1. 2. Memahami Tidak Memahami 11 39 22 78 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.23 dapat diketahui bahwa hanya sedikit warga yang paham mengenai prosedur pengurusan administrasi kependudukan dan surat-surat penting. Salah satu penyebab ketidakpahaman mayoritas warga ini adalah karena ketiadaan sosialisasi dari pemerintah setempat tentang fungsi dan prosedur pengurusan administrasi kependudukan. Warga yang menjawab tidak tahu juga menyatakan tidak tahu berapa biaya yang dikenakan untuk setiap pengurusan surat- surat penting seperti akte kelahiran, sertifikat tanah dan sebagainya.

5.3.2.3 Bidang Kehidupan Beragama

Untuk pelaksanaan program di bidang kehidupan beragama dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Kehidupan Beragama No. Pembangunan Organisasi Keagamaan Frekuensi 1. 2. Dilaksanakan Tidak dilaksanakan 47 3 94 6 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.24 dapat diketahui bahwa ada organisasi keagamaan yang dibentuk dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Hal ini menjadi bagian dalam lingkup kegiatan bidang kehidupan beragama sebagaimana yang tercantum dalam tahapan pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Organisasi keagamaan ini disebut warga dengan nama ‘Kelompok Doa’ atau dengan bahasa lokal ‘Partamiangan’. Dari hasil observasi peneliti, ada sebuah rumah di lokasi pemberdayaan komunitas adat terpencil yang dijadikan warga sebagai wadah untuk organisasi Kelompok Doa tadi. Kekurangan dari pembangunan bidang kehidupan beragama ini adalah tidak adanya bantuan buku-buku agama dari pemerintah guna meningkatkan pengetahuan warga di bidang keagamaan.

5.3.2.4 Bidang Pendidikan

Untuk proses pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Pendidikan No. Pelaksanaan Pembangunan Pendidikan Frekuensi 1. 2. Dilaksanakan Tidak tahu 37 13 74 26 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.25 dapat diketahui bahwa ada pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan komunitas adat terpencil di Dusun Hutakalang, Desa Sionom Hudon Selatan. Pembangunan yang dilaksanakan adalah pengadaaan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini bagi anak- anak warga komunitas adat terpencil yang berusia 4–6 tahun. Pengajar PAUD sendiri berasal dari warga komunitas adat terpencil. Banyak warga yang mengaku kesulitan membayar biaya sekolah anak-anak mereka. Alasan pertama ialah karena disamping harus memmbayar uang sekolah, orangtua juga harus menyediakan perlengkapan sekolah anak-anaknya seperti buku, alat tulis, sepatu dan tas sekolah. Alasan kedua adalah karena rata-rata warga memiliki 3-5 orang anak dengan umur yang berjarak rata-rata 1-2 tahun sehingga banyak biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan memiliki 1-2 orang anak dengan rentang usia diatas 3 tahun. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Usia Anak Dengan Sekolah No. Kesesuaian Usia dengan Sekolah Frekuensi 1. 2. Sesuai Tidak Sesuai 35 15 70 30 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.26 dapat diketahui bahwa terdapat 30 warga yang tidak menyekolahkan anak sesuai usianya. Normalnya anak-anak masuk SD kelas 1 umur 5–6 tahun, namun ada juga warga komunitas adat terpencil yang baru memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar saat sudah berusia 7 tahun. Diketahui penyebab keterlambatan ini adalah dikarenakan saat usia 5–6 tahun orangtua si anak merasa anaknya belum mampu bersekolah dan masih sangat tergantung pada penjagaan orangtua. Secara khusus dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak-anak dari komunitas adat terpencil berhak mendapat perlindungan khusus. Hal ini dilakukan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk dapat menikmati budayanya sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran agama sendiri dan menggunakan bahasa sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan masyarakat dan budaya. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Kejar Paket A, B, C No. Kejar Paket A,B,C Frekuensi 1. 2. 3. Dilaksanakan Tidak tahu Tidak Dilaksanakan 14 30 6 28 60 12 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa kebanyakan warga mengaku tidak mengetahui adanya kegiatan Kejar Paket A, B dan C bagi anak-anaknya yang tidak lulus sekolah. Pernyataan dari salah seorang guru PAUD disana mengatakan bahwa sebenarnya di Sekolah Dasar ada program Kejar Paket A,B dan C hanya saja tidak pernah ada yang calon siswa yang datang untuk mendaftar. Hal ini menyebabkan Program Kejar Paket A, B dan C jadi terlihat seperti tidak ada, padahal sebenarnya ada.

5.3.2.5 Bidang Kesehatan

Untuk proses pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Kesehatan No. Pembangunan Bidang Kesehatan Frekuensi 1. 2. Tidak Tahu Tidak Dilaksanakan 20 30 40 60 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.28 dapat diketahui bahwa kegiatan bidang kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan sanitasi tidak pernah dilakukan di lokasi permukiman komunitas adat terpencil. Untuk mendapatkan layanan kesehatan terdekat, warga harus berjalan ke pusat desa Sionom Hudon Selatan Dusun Janji untuk berobat di Poskesdes. Menurut hasil observasi lapangan peneliti, sebenarnya ada fasilitas sanitasi yang telah dibangun pemerintah di lokasi permukiman penduduk, namun penduduk tidak menyadari bahwa fasilitas itu merupakan bagian daripada kebutuhan sanitasi dan kesehatan. Pemerintah telah membangun MCK Mandi Cuci Kakus umum dengan sebuah bak besar, sebuah bilik terbuka untuk menyuci dan empat buah kamar mandi ukuran ± 1 x 1 meter. Air untuk kebutuhan MCK sendiri berasal dari PLTA peninggalan Belanda yang berlokasi sekitar 15 menit perjalanan dari lokasi permukiman warga komunitas adat terpencil. Peneliti sendiri telah menggunakan MCK dan mendapati air dalam kondisi yang sangat jernih sehingga mendukung sanitasi warga. Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa seluruh masyarakat 100 menjawab tidak pernah kesulitan air bersih, baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Berobat Masyarakat No. Sarana Berobat Masyarakat Frekuensi 1. 2. 3. 4. Rumah Sakit Puskesmas Poskesdes Pengobatan Tradisional Lainnya Bidan Desa 1 35 2 12 2 70 4 24 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.29 dapat diketahui bahwa sebahagian besar warga memilih berobat ke Poskesdes karena lebih dekat ke lokasi permukiman. Pilihan lainnya adalah ke Bidan Desa. Sangat sedikit warga yang mau berobat ke Rumah Sakit dikarenakan rumah sakit terdekat ada di Dolok Sanggul yang jaraknya kurang lebih dua jam perjalanan dari desa Sionom Hudon Selatan. Hanya apabila sakit yang diderita warga sudah parah dan tidak ada sarana pengobatan di Poskesdes, barulah warga akan ke Rumah Sakit.

5.3.2.6 Bidang Peningkatan Pendapatan

Untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan pendapatan warga komunitas adat terpencil, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Progam Bantuan Usaha Pertanian Perkebunan No. Bantuan Usaha Pertanian Frekuensi 1. 2. Dilaksanakan Tidak tahu 48 2 96 4 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.30 dapat diketahui bahwa bantuan peningkatan pendapatan bidang pertanian sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Bantuan usaha pertanian diterima seluruh warga kecuali warga yang baru pindah diatas tahun 2011. Bantuan usaha pertanian yang diberikan pemerintah berupa bantuan bibit karet dan cokelat. Karet dan coklat adalah dua komoditi yang memiliki nilai jual cukup tinggi di pasar, namun untuk menunggu masa panen memang diperlukan waktu minimal empat tahun. Sementara untuk bantuan perikanan peternakan, warga mengaku tidak mendapatkannya. Ada beberapa orang warga yang mengaku sangat mengharapkan adanya bantuan ternak seperti ternak ayam, babi dan bebek itik dari pemerintah. Hal ini dianggap perlu oleh warga dikarenakan mereka tidak mendapat penghasilan yang mencukupi jika hanya menunggu masa panen karet dan cokelat. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Pertanian No. Sosialisasi Pertanian Frekuensi 1. 2. 3. Dilaksanakan Tidak tahu Tidak Dilaksanakan 38 7 5 76 14 10 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.31 dapat diketahui bahwa pemerintah pernah mengadakan sosialisasi bidang pertanian agar bantuan pertanian yang diberikan pada warga dapat tumbuh secara optimal. Sosialisasi ini diberikan sebelum datangnya bantuan bibit karet dan cokelat pada warga binaan komunitas adat terpencil. Sayangnya sosialiasi ini hanya dilakukan sekali dan banyak warga mengaku belum terlalu paham cara bercocok tanam karet dan cokelat yang maksimal. Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Keterampilan Bercocok Tanam No. Pemberian Keterampilan Bercocok Tanam Frekuensi 1. 2. 3. Diberikan Tidak tahu Tidak Diberikan 21 11 18 42 22 36 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.32 dapat dilihat bahwa sosialisasi yang dilakukan pemerintah bidang pertanian hanya sekali dan tidak ditindaklanjuti dengan pemberian keterampilan bercocok tanam yang memadai. Warga juga mengakui Universitas Sumatera Utara bahwa bibit cokelat bantuan pemerintah tidak dapat tumbuh maksimal dan banyak yang mati setelah ditanam di perkebunan dekat lokasi permukiman.

5.3.2.7 Bidang Kesejahteraan Sosial

Pemerintah lewat Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara menujuk seorang ‘pendamping’ program dari desa Sionom Hudon Selatan. Nama pendamping program yang dimaksud adalah Bapak Jonner Tinambunan yang juga merupakan salah satu warga komunitas adat terpencil. Pendamping menyatakan bahwa dalam setiap pengambilan keputusan selain dilakukan musyawarah, pemerintah juga selalu mempertimbangkan hukum adat dan norma setempat sehingga tidak ada perselisihan paham antar warga dan pemerintah yang ingin menjalankan program. Untuk proses pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini : Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Masyarakat No. Kepemilikan Jamkesmas Frekuensi 1. 2. Memiliki Tidak Memiliki 42 8 84 16 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.33 dapat diketahui bahwa pembangunan bidang kesejahteraan sosial, salah satunnya dengan pengadaan jaminan kesehatan sudah dilakukan pemerintah dengan sangat baik. Warga yang belum memiliki Jamkesmas adalah warga pindahan yang mengaku belum mengurus Jamkesmasnya. Adanya Universitas Sumatera Utara Jamkesmas ini sangat membantu warga dalam meringankan biaya pengobatan keluarga. Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Pembentukan Organisasi Kelompok No. Organisasi Kelompok Frekuensi 1. 2. Dibentuk Tidak Dibentuk 45 5 90 10 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 5.34 dapat diketahui bahwa pembangunan organisasi lokal yang dilakukan oleh pemerintah juga sudah berjalan dengan sangat baik. Warga menyatakan adanya organisasi kelompok yang dibentuk saat program pemberdayaan komunitas adat terpencil yakni ‘Kelompok Usaha Tani’ KUT dan KUBE Kelompok Usaha Bersama. Kelompok ini rata-rata terdiri dari 5 kelompok dengan masing-masing 10 anggota. Dari 10 jumlah anggota dipilih satu orang ketua, satu orang sekretaris, satu orang bendahara, sisanya menjadi anggota biasa. Pembentukan organisasi kelompok ini secara langsung berkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat komunitas adat terpencil di desa tersebut. Dengan sumber daya manusia yang disatukan dalam organisasi diharapkan bisa mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri masyarakat untuk lebih berdaya dalam memutuskan segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Pelibatan Peran Perempuan No. Peran Perempuan Frekuensi 1. 2. Dilibatkan Tidak Dilibatkan 33 17 66 34 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.35 dapat dilihat adanya pelibatan peran perempuan selama proses pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Mengacu kepada Undang-undang Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999 tentang ‘Hak Wanita’ dikatakan bahwa dalam mengembangkan kapasitas dirinya, wanita komunitas adat terpencil juga berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran, memilih, dipilih dan diangkat dalam pekerjaan. Pelibatan peran perempuan komunitas adat terpencil di desa Sionom Hudon Selatan dapat dilihat dalam organisasi KUBE dan KUT yang melibatkan beberapa nama perempuan, bahkan ada yang sebagai sekretaris dalam satu kelompok. Peran perempuan lainnya dilihat dengan adanya sokongan ekonomi yang diberikan perempuan dalam keluarga lewat perannya menanam dan merawat beberapa tanaman pangan seperti kacang dan ubi. Hasil tanaman kacang dan ubi ini kemudian dapat dijual ke pasar untuk menambah pemasukan ekonomi keluarga. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Pelibatan Peran Pemuda No. Peran Pemuda Frekuensi 1. 2. Dilibatkan Tidak Dilibatkan 12 38 24 76 Total 50 100 Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 5.36 dapat dilihat bahwa sebahagian besar warga menyatakan tidak ada pelibatan peran pemuda dalam program pemberdayaan komunitas adat terpencil. Hal ini dikarenakan tidak adanya pemuda di lokasi permukiman komunitas adat terpencil. Pemuda-pemudi desa rata-rata sudah merantau dan keluar dari desa. Yang laki-laki cenderung mencari pekerjaan diluar desa, sedangkan yang perempuan selain ada yang mencari pekerjaan, ada juga yang menikah dalam usia dini dibawah 20 tahun kemudian tinggal dirumah keluarga dari pihak suami. Memang saat pelaksanaan program pemberdayaan komunitas adat terpencil, pemerintah memberikan bantuan peralatan olahraga catur, bola kaki, bola volly dan net volly untuk menyokong kegiatan karang taruna desa. Namun warga mengaku, peralatan itu kini lebih sering digunakan kaum bapak karena tidak adanya pemuda desa.

5.3.3 Keluaran output