Hasil Tes Angket Awal Pembahasan

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Dari hasil perhitungan uji reliabilitas butir instrumen tersebut diperoleh hasil � 11 adalah 0,891.Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan tersebut reliabel.Angket motivasi masuk dalam kriteria reliabilitas tinggi.

B. Hasil Tes Angket Awal

Tes awal berupa angket kemandirian diberikan kepada siswa sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together di kelas VII Love. Tes awal dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil kemandirian belajar sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Hasil analisis angket kemandirian belajar siswa pada tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Aspek Kemandirian Belajar Jumlah Skor Angket Maksimal Jumlah Skor Angket Yang Diperoleh Persentase Motivasi 560 313 313 560 × 100 = 55,89 cukup Inisiatif 560 318 318 560 × 100 = 56,79 cukup Disiplin 560 312 312 560 × 100 = 55,71 cukup Aspek Kemandirian Belajar Jumlah Skor Angket Maksimal Jumlah Skor Angket Yang Diperoleh Persentase Percaya diri 448 246 246 448 × 100 = 54,91 cukup Tanggung jawab 672 403 403 672 × 100 = 59,97 cukup Rata-rata persentase 56,26

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan selama 2 x 40 menit. Tabel di bawah ini menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajran matematika di kelas VII Love. Tabel 8. Jadwal pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VII Love Siklus Pertemuan Hari Tanggal Pukul Materi 1 Kamis, 11 April 2013 08.20 – 09.40 Mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut Siklus Pertemuan Hari Tanggal Pukul Materi I 2 Sabtu, 13 April 2013 08.20 – 09.40 Mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut Selasa, 16 April 2013 Tes siklus I II 1 Kamis, 18 April 2013 08.20 – 09.40 Menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga 2 Sabtu, 27 April 2013 08.20 – 09.40 Menemukan rumus keliling dan luas segitiga Selasa, 30 April 2013 Tes siklus II Berikut ini penjabaran kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada masing-masing siklus. 1. Kegiatan siklus I Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.Masing-masing pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Penelitian tindakan I ini yaitu penerapan penelitian berupa proses pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Pada penelitian tindakan I ini materi yang dipelajari adalah segitiga. Tindakan ini dilakukan selama dua kali pertemuan tatap muka atau 4 jam pelajaran. Penerapan tindakan tahap I ini dapat dibuat tahap-tahap berupa: 1 Siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai subyek penelitian yang akan diberikan tindakan. 2 Pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berupa diskusi dan belajar kelompok. Lembar kegiatan siswa untuk mengkontruksi pemikiran siswa, dan akhirnya dengan uji kompetensi mandiri untuk melihat perubahan pada diri siswa sebagai subyek peneliti. 3 Peningkatan kemandirian belajar siswa terlihat setelah tindakan diberikan. Kegiatan perencanaan diawali dengan penentuan materi kelas VII semester 2 yang akan dijadikan objek penelitian bersama guru mata pelajaran matematika yang bersangkut. Setelah berdiskusi dengan guru matematika yang bersangkutan, maka ditetapkanlah materi segitiga guna objek penelitian ini, dan kelas VII Love sebagai subjek penelitiannya. Tindakan selanjutnya yang dilakukan peneliti yakni menyusun pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa LKS yang berjumlah 4 Lembar Kegiatan Siswa sesuai dengan kesepakatan guru matematika kelas VII Love. Untuk siklus I, peneliti menyusun 2 buah Lembar Kerja Siswa terlebih dahulu.Lembar Kegiatan Siswa 1 dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Lembar Kegiatan Siswa 2 dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, sedangkan Lembar Kegiatan Siswa 3 dan Lembar Kegiatan Siswa 4 yang akan diuji cobakan pada siklus II penyusunannya disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I nantinya. Materi untuk Lembar Kegiatan Siswa disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 9.Materi-materi dalam Lembar Kegiatan Siswa 1-4 Lembar Kegiatan Siswa ke- Materi 1 Mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam- macam segitiga berdasarkan besar sudut 2 Mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut 3 Menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga 4 Menemukan rumus keliling dan luas segitiga Disamping menyusun Lembar Kegiatan Siswa, peneliti juga menyusun soal latihan dan soal tes siklus I dan tes siklus II dengan pertimbangan dari guru matematika kelas VII Love. Peneliti menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman observasi dan angket kemandirian siswa. b. Tahap Pelaksanaan 1 Pertemuan 1 Pembelajaran matematika di kelas VII Love dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 11 April 2013, pukul 08.20 sampai 09.40 WIB. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat menentukan macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai penyampai materi guru dibantu teman sejawat sebagai pengamat yang mengetahui tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Aktifitas-aktifitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan 1 ini sebagai berikut: a. Pembukaan Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru dan peneliti. Guru memperkenalkan peneliti kepada para siswa dan memberi tahukan bahwa 6 pertemuan kedepan, proses belajar matematika di kelas VII Love akan ditemani oleh peneliti. Kemudian peneliti mengecek kesiapan dan kehadiran siswa.Ternyata siswa hadir semua, sehingga jumlah siswa adalah 28 orang.Peneliti menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran untuk hari ini yaitu siswa dapat menentukan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut.Peneliti juga menjelaskan bahwa penelitian ini dimaksudkan agar kemandirian belajar matematika siswa bisa meningkat dengan adanya pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT. Apersepsi berupa prasyarat tentang pengetahuan yang dari segitiga melalui kegiatan tanya jawab peneliti dengan siswa. Untuk mempermudah siswa, peneliti memberikan contoh segitiga melalui benda-benda yang ada di kehidupan sehari-hari seperti layar perahu, penggaris segitiga, dan lain-lain. Metode semacam ini didasarkan pada pendapat De Lange dalam I Gusti Putu Suharta 2008, dimana pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual yang dialami siswa dalam hidupnya sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara langsung. Siswa cukup antusias menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, siswa juga dapat menyebutkan contoh- contoh lain benda yang berbentuk segitiga. b. Kegiatan Inti Kegiatan selanjutnya setelah apersepsi, yakni peneliti melanjutkan pembelajaran dengan diskusi kelompok, terlebih dahulu membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Cara peneliti dalam membagi kelompok yakni berdasarkan kemampuan akademik yaitu dengan melihat nilai ulangan pada semester 1 kelas VII Love. Peneliti mengumumkan anggota dari masing-masing kelompok, kemudian peneliti mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul dalam kelompoknya masing-masing, tidak semua kelompok langsung bergegas membentuk kelompok, ada pula kelompok yang mengeluh karena tidak puas atas pembagian kelompoknya dengan alasan merasa anggotanya ada yang tidak bisa diajak kerja sama. Melihat hal tersebut, peneliti menjelaskan kepada seluruh kelompok bahwa pembagian kelompok ini merupakan keputusan yang adil. Oleh karena itu dalam belajar kelompok setiap anggota harus saling kerja sama dan membantu. Peneliti juga mengingatkan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, walaupun bekerja secara kelompok tapi nantinya setiap siswa akan dinilai sendiri-sendiri. Setelah semua siswa berada pada kelompok yang sudah ditentukan, Kemudian peneliti membagikan nomor secara acak untuk ditempel pada dada setiap anak. Kelompok yang beranggotakan 5 siswa akan diberi nomor 1 sampai 5, sedangkan kelompok yang beranggotakan 4 siswa akan diberi nomor 1 sampai 4. Penomoran ini digunakan untuk penunjukan secara acak oleh peneliti untuk presentasi hasil diskusi kelompok, ini bertujuan agar jika peneliti menunjuk salah satu kelompok dengan nomor tertentu untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan maka diantara anggota kelompok tidak saling lempar dan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kesiapan masing-masing siswa dalam diskusi kelompok, jadi dengan adanya model pembelajaran “Numbered Heads Together” ini diharapkan siswa bertanggungjawab kepada dirinya sendiri akan pemahaman materi yang disampaikan dan didiskusikan. Kemudian peneliti dibantu oleh teman sejawat membagikan Lembar Kegiatan Siswa dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam- macam segitiga berdasarkan besar sudut kepada masing-masing kelompok. Siswa terlihat penasaran pada pembelajaran ini, hal ini dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan siswa kepada guru dan peneliti. Ada beberapa siswa yang menanyakan bagaimana cara mengerjakan LKS tersebut, kemudian peneliti meminta para siswa untuk membaca petunjuk yang ada dalam LKS, tidak lupa peneliti juga membagikan alat-alat yang digunakan untuk mengerjakan, yaitu penggaris dan busur. Pada mulanya peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS tersebut dalam waktu 25 sampai 30 menit, akan tetapi masih ada beberapa kelompok yang masih belum selesai. Akhirnya peneliti memberikan tambahan waktu selama 7 menit. Selama proses diskusi berlangsung, peneliti berkeliling mendatangi tiap-tiap kelompok untuk mengontrol dan menfasilitasi jalannya diskusi. Selama diskusi berlangsung siswa masih belum bisa bekerja sama dengan baik antar anggota kelompok, siswa yang merasa kurang paham justru banyak bertanya kepada peneliti bukan bertanya kepada teman yang lebih mengerti. Ada beberapa siswa yang masih belum mahir menggunakan busur derajat, akhirnya peneliti memberitahukan kepada siswa yang kurang paham untuk bertanya kepada teman satu kelompok yang sudah paham, dan teman satu kelompok yang sudah paham diharapkan untuk membantu teman yang masih kurang paham. Gambar 3.Peneliti menfasilitasi jalannya diskusi Proses diskusi sudah berjalan selama 40 menit dan semua kelompok sudah menyelesaikan semua soal dalam Lembar Kerja Siswa. Kemudian peneliti mempersilahkan kelompok siapa yang bersedia untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Para siswa saling menunjuk satu sama lain, tetapi tidak ada yang berani maju ke depan untuk mempresentasikan jawabannya. Peneliti memanggil salah satu nomor secara acak, siswa yang menggunakan pin nomor tersebut diharuskan maju untuk mempresentasikan jawabannya. Siswa yang lain dapat memberi tanggapan dan menanyakan bila masih kurang paham. Selanjutnya peneliti membagi lembar tugas pribadi kepada siswa untuk dikerjakan secara pribadi. Ada beberapa siswa yang masih berdiskusi untuk mengerjakan tugas pribadi ini. Peneliti mengingatkan kepada siswa bahwa mereka harus mengerjakan sendiri dan tidak boleh bertanya kepada teman lain. c. Penutup Peneliti mengajak para siswa untuk membuat kesimpulan tentang apa yang telah dipelajari selama diskusi berlangsung. Peneliti menegaskan tentang pembelajaran pada hari ini. Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti meminta kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajarai pada pertemuan berikutnya yaitu tentang materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut. 2 Pertemuan 2 Pertemuan kedua untuk siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 April 2013 dari pukul 08.20 sampai 09.40 WIB dengan materi pembahasan mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut. Tujuan pembelajaran pembalajaran pada pertemuan hari ini adalah siswa dapat mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sebagai berikut: a. Pembukaan Seperti pada kegiatan pertama, peneliti memberi salam kemudian mengecek kehadiran siswa. Peneliti memberitahukan tujuan pembelajaran hari ini, serta menjelaskan pokok bahasan yang akan mereka pelajari pada pertemuan hari ini yaitu mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, tidak lupa peneliti memotivasi siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ini. Suasana kelas sudah kondusif dengan keadaan siswa yang tidak ribut dan ramai seperti pertemuan pertama, namun kondisi kelas belum siap karena papan tulis masih dalam keadaan kotor jadi peneliti meminta siswa untuk membersihkannya terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Peneliti melakukan apersepsi pokok bahasan pertemuan pertama, yaitu macam-macam segitiga ditinjau dari panjang sisi dan macam-macam segitiga ditinjau dari besar sudut. b. Kegiatan inti Metode yang digunakan pada pembelajaran hari ini masih menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT.Peneliti membacakan anggota dari masing-masing kelompok dan meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok masing- masing.Kemudian peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama-sama. Pada saat pembahasan peneliti menunjuk nomor secara acak dan meminta siswa yang mengenakan pin dengan nomor tersebut untuk maju ke depan. Peneliti memberikan hadiah kepada siswa yang mau maju tanpa ditunjuk terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan tidak bosan. Siswa yang maju ke depan untuk mempresentasikan jawabannya bertanggungjawab penuh untuk menjelaskan jawaban tersebut kepada siswa lainnya. Jika ada siswa lain yang masih kurang paham, siswa yang sedang maju tersebut harus menjelaskannya sampai teman yang kurang tersebut paham. Namun setelah siswa menjelaskan, peneliti kembali mempertegas jawaban yang sudah disampaikan. Kegiatan akhir dari pembelajaran ini yaitu dengan mengerjakan tugas mandiri, siswa kembali ke masing-masing tempat duduk individu dan mengerjakan tugas mandir yang telah dibagikan oleh peneliti, siswa diberikan waktu selama 15 menit untuk mengerjakan. Setelah selesai mengerjakan, peneliti membahas soal-soal pada tugas mandiri dan memberi kesempatan kepad siswa untuk menjawab. Hanya siswa-siswa tertentu saja yang mau menjawab, banyak siswa lain yang sudah tidak memperhatikan dan ribut sendiri ngobrol dengan teman sebangku. Sehingga peneliti menunjuk siswa yang ramai untuk menjawab pertanyaan tersebut. Gambar 4. Siswa sedang mempresentasikan jawaban c. Penutup Sebelum menutup pembelajaran peneliti mengingatkan siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan pertama dan hari ini karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan, diharapkan siswa belajar sungguh-sungguh. Setelah itu pembelajaran untuk hari ini di tutup dengan salam. c. Data hasil observasi, angket dan evaluasi akhir siklus a. Data hasil observasi Observasi dilakukan oleh peneliti dengan bantuan rekan peneliti terhadap keseluruhan aktifitas yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilakukan untuk setiap kali pertemuan berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun oleh peneliti sebelunnya, selain itu pengamat juga membuat catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran matematika pada pertemuan pertama diperoleh keterangan diawali dengan guru membuka pelajaran dan memberikan penjelasan tentang segitiga dengan cara yang mudah dipahami. Mayoritas siswa kurang bertanggungjawab atas diri sendiri sehingga tidak memperhatikan pembelajaran yang akan berlangsung, apalagi mata pelajaran matematika yang dianggap siswa adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Pada saat menjelaskan, peneliti memberi contoh kongkrit pada siswa dengan menggunakan benda-benda yang ada dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini dilakukan peneliti agar siswa dapat mengkontruksi pemikirannya dengan hal-hal yang konkrit. Pada saat belajar kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya permasalahan yang dihadapi selama mempelajari segitiga, kemudian diberikan kesempatan kepada siwa lain yang mempunyai solusi terhadap permasalahan tersebut untuk mencoba memberi pemecahan dari permasalahan yang dihadapi oleh temannya, namun mayoritas siswa masih bekerja sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Ada beberapa siswa yang kesulitan tetapi tidak mau bertanya kepada temannya yang sudah paham dalam satu kelompok. Peneliti sudah memberikan umpan balik kepada siswa yaitu memberikan pujian kepada siswa yang maju ataupun yang mau menjawab yang diajukan oleh peneliti. Siswa masih sedikit bingung dengan pembelajaran pertama karena mereka belum terbiasa bekerja sama dalam kelompok. Pada akhir pembelajaran pertemuan pertama peneliti memberikan tugas yang dikerjakan secara mandiri. Pada pertemuan kedua, beberapa siswa sudah mulai dapat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together NHT. Siswa sudah mulai aktif ambil bagian dalam pembelajaran. Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kelompok, walaupun belum ada pembagian tugas didalam masing-masing kelompok tersebut. Namun siswa sudah mulai antusias untuk menjawab pertanyaan pada sesi pembahasan. Di akhir pembelajaran inti, peneliti memberikan tugas yang dikerjakan siswa secara mandiri, pada proses evaluasi siswa bergiliran menjawab pertanyaan di papan tulis dan siswa lain boleh memberikan komentar serta menyatakan pendapatnya tentang soal- soal yang telah dikerjakan oleh temannya. Siswa diberikan kesempatan lebih besar untuk menyampaikan pendapatnya dan siswa juga dilatih untuk berkomunikasi di dalam kelas. Lembar observasi NHT digunakan untuk mencatat kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dan siswa dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan penerapan pendekatan NHT dalam pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan observasi NHT pada siklus I menunjukkan persentase sebesar 63,64 pada pertemuan pertama dan meningkat menjadi 72,73 pada pertemuan ke-2. Hal ini menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran dengan cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10. Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi NHT Pada Siklus I Pertemuan Jumlah Skor Maksimal Jumlah Skor Observasi Keterlaksanaan Perbelajaran Pertemuan I Pertemuan II 22 22 14 16 14 22 × 100 = 63,64 16 22 × 100 = 72,73 b. Data angket Angket kemandirian belajar matematika siswa diberikan pada akhir siklus I untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar matematika siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Angket diisi oleh 28 siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Hasil analisis angket kemandirian belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 11. Hasil Persentase Aspek Kemandirian Belajar Siswa Siklus I Aspek Kemandirian Belajar Jumlah Skor Angket Maksimal Jumlah Skor Angket Yang Diperoleh Persentase Motivasi 560 317 317 560 × 100 = 56,61 cukup Inisiatif 560 320 320 560 × 100 = 57,14 cukup Disiplin 560 325 325 560 × 100 = 58,04 cukup Percaya diri 448 246 246 448 × 100 = 54,91 cukup Tanggung jawab 672 416 416 672 × 100 = 61,9 cukup Rata-rata persentase 57,72 c. Data evaluasi akhir siklus Tes siklus diberikan setelah pertemuan kedua pada akhir siklus I, sedangkan pada setiap pertemuan hanya di berikan tugas mandiri saja.Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus I cukup, hal itu terlihat pada rata-rata kelas yang menunjukkan nilai 73,75. Data hasil tes siklus I dapat dilihat pada lampiran. Nilai rata-rata matematika kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta berdasarkan hasil tes siklus I adalah 73,75 dengan kategori cukup. d. Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, angket dan hasil evaluasi siklus I, ternyata masih terdapat kekurangan yang menyebabkan terhambatnya tujuan penelitian yaitu upaya meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa kelas VII love SMP Joannes Bosco Yogyakarta dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT. Oleh sebab itu, perlu dilakukan refleksi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh. Refleksi dilakukan bersama dengan guru yang bersangkutan. Beberapa kendala yang muncul selama pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah sebagai berikut : 1. Sebagian siswa masih banyak yang diam dan malas untuk menyampaikan pendapat. Beberapa siswa kurang aktif apabila peneliti meminta menyelesaikan soal di depan karena kurang percaya diri. 2. Di dalam kelompok terlihat belum ada pembagian kerja, masih didominasi oleh siswa yang pintar yang mengerjakan tugas, siswa yang lain justru asyik mengobrol sendiri yang mengakibatkan kelas menjadi ramai. 3. Siswa belum terbiasa memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Dari akhir siklus I ini, dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar matematika siswa selama proses pembelajaran masih kurang optimal. Rata-rata kemandirian belajar siswa pada semua aspek persentasenya masih kurang dari75 yaitu hanya sebesar 57,72. Nilai rata-rata tes siklus I sebesar 73,75. Adapun tindakan yang dilakukan pada siklus II untuk mengatasi kendala di atas adalah sebagai berikut : 1. Perlunya dorongan yang lebih untuk siswa menyampaikan pendapat. 2. Perlunya metode belajar yang membuat masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap kepahaman materi yang diberikan, sehingga bukan hanya siswa pintar saja yang mendominasi diskusi. 3. Perlunya memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk berkomunikasi dan berlatih menjelaskan kepada temannya, sehingga siswa yang memiliki kompetensi lebih dalam memahami materi dapat membantu siswa lain yang kurang memahami materi. Dari analisis dan refleksi di atas, maka peneliti merasa masih perlu untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam siklus I untuk lebih meningkatkan dan memaksimalkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Perbaikan yang dilakukan dalam siklus II diharapkan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Kegiatan siklus II Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan.Masing –masing pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a Perencanaan Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus I, peneliti memutuskan untuk mengadakan tindakan lanjutan sebagai upaya untuk memaksimalkan peningkatan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Tindakan siklus II ini menggunakan model pembelajaranyang sama dengan tindakan pada siklus I hanya saja peneliti merubah anggota masing- masing kelompok karena di lihat pada siklus I ada beberapa kelompok yang masing kurang efektif dan cenderung mengobrol sendiri dalam satu kelompok. Perencanaan tindakan pada siklus II didahului pada perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa, dan tes siklus II dengan pertimbangan guru matematika kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Untuk siklus II, peneliti menggunakan 2 Lembar Kegiatan Siswa, yaitu Lembar Kegiatan Siswa 3 dengan materi menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga dan Lembar Kegiatan Siswa 4 dengan materi menentukan rumus keliling dan luas segitiga. b Tahap Pelaksanaan 1 Pertemuan 1 Pada pertemuan pertama siklus II, pembelajaran matematika di kelas VII Love Joannes Bosco Yogyakarta dilaksanakn pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 08.20 sampai pukul 09.40 WIB. Kegiatan yang dilaksakan pada pertemuan ini berdasarkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Materi yang dipelajari pada pembelajaran ini adalah tentang materi menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah siswa diharapkan mampu menggunakan dan mengaplikasikan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini peneliti berperan sebagai pengajar dan sekaligus pengamat utama yang dibantu oleh teman sejawat yang mengetahui tentang pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT sebagai pengamat kedua. a. Pembukaan Guru, peneliti dan pengamat memasuki kelas dan mengucapakan salam. Siswa masih dalam kondisi sangat ribut, beberapa anak ada yang sedang berjalan-jalan di dalam kelas.Bahkan sebelum peneliti masuk ada beberapa siswa yang sedang asyik ngobrol di luar kelas. Peneliti dibantu guru mencoba untuk menenangkan siswa dan mengkondusifkan kelas. Setelah seluruh siswa tenang dan siap untuk memulai pembelajaran, peneliti mencoba untuk mengingatkan kembali para siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya dengan tanya jawab tentang materi a. pengertian segitiga siku –siku sama kaki segitiga yang besar salah satu sudutnya adalah 90° dan panjang dua sisinya sama. b. pengertian segitiga tumpul sama kaki segitiga yang besar salah satu sudutnya lebih dari 90° dan panjang dua sisinya sama. c. pengertian segitiga lancip sama kaki segitiga yang besar semua sudutnya kurang dari 90° dan panjang dua sisinya sama. b Kegiatan Inti Setelah peneliti melakukan apersepsi tentang macam –macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, peneliti memberitahukan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini dan memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dan dapat bekerja sama dengan baik dalam satu kelompok. Siswa yang lebih paham diharapkan dapat membantu menjelaskan kepada teman yang masih belum paham. Sedangkan untuk siswa yang masih kurang mengerti dengan materi diharapkan untuk aktif bertanya tidak hanya diam dan tidak ikut dalam diskusi ataupun dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan. Peneliti memulai kegiatan inti dengan menjelaskan materi pada pertemuan ini, yaitu menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar suatu segitiga. Kemudian peneliti membentuk kelompok yang nantinya setiap kelompok akan diberikan tugas yang harus dikerjakan bersama –sama. Berikut adalah tahap –tahap pembentukan kelompok belajar dengan menggunakan model pembelajaran “Numbered Heads Together ”.

1. Penomoran

Peneliti membacakan nama –nama kelompok dan juga siswa yang ada didalam setiap kelompok tersebut. Kelompok ini dibetuk secara acak berdasarkan hasil tes siswa, siswa yang mendapatkan nilai tinggi digabungkan dengan siswa yang mendapat nilai rendah. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat saling membantu dalam satu kelompoknya. Kemudian peneliti meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok masing- masing. Setiap siswa dibagikan pin bernomor untuk digunakan oleh masing –masing siswa seperti pada pertemuan sebelumnya. Penomoran ini digunakan unutk menunjuk secara acak siswa untuk presentasi agar siswa tidak saling tunjuk dan saling lempar untuk mempresentasikan jawaban kelompok mereka. Hal ini juga untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kesiapan masing –masing siswa dalam diskusi kelompok agar siswa dapat lebih mandiri dan bertanggung jawab kepada diri sendiri akan pemahaman materi yang telah didiskusikan. Setelah seluruh siswa siap dengan kelompok masing –masing dan sudah menggunakan pin bernomor, peneliti kemudian membagikan LKS kepada setiap kelompok.

2. Diskusi Kelompok

Siswa tampak lebih aktif dan bersemangat karena sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini. Tampak siswa yang kurang paham sudah mulai aktif bertanya kepada siswa lain dalam kelompok. Siswa pandai tidak lagi mendominasi kelompok dan yang lain tidak lagi hanya diam melihat dan menyalin jawaban saja. Gambar 5. Siswa sedang berdiskusi saat pembelajaran kelompok Peneliti dan pengamat berkeliling kelas untuk melihat pekerjaan siswa dan membantu kelompok belajar yang merasa kesusahan. Guru kelas sendiri tetap mengawasi siswa dan mengingatkan serta menegur siswa yang hanya ramai sendiri.Secara keseluruhan kegiatan diskusi berjalan lancar dan sebagian besar siswa telah memahami materi yang dipelajari.

3. Presentasi

Sebelum peneliti menyebutkan nomor secara acak untuk menentukan siswa yang maju, peneliti memberi kesemapatan terlebih dahulu kepada siswa yang ingin maju tanpa ditunjuk. Dalam pertemuan ini sudah ada siswa yang berani maju ke depan tanpa ditunjuk oleh peneliti, namun hanya beberapa siswa saja yang berani maju tanpa ditunjuk. Peneliti kemudian menyebutkan nomor secara acak, siswa yang memakai pin dengan nomor yang disebutkan oleh peneliti harus maju ke depan untuk mempresentasikan jawabannya kepada teman-teman yang lain. Siswa yang belum paham dapat langsung menanyakan kepada siswa yang sedang berada di depan untuk presentasi dan siswa yang sedang presentasi berkewajiban untuk menerangkan jawaban kepada teman yang belum paham sampai teman yang belum paham itu benar-benar mengerti dan paham. Oleh karena itu setiap siswa harus berusaha dapat memahami materi. Setelah siswa selesai mempresentasikan jawabannya, peneliti kemudian memeriksa dan mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan jawaban yang benar. Peneliti memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk bertanya apabila ada materi yang masih belum paham. c. Penutup Pada sesi penutup, peneliti menguatkan kesimpulan yang diperoleh siswa yaitu bahwa jumlah sudut dalam suatu segitiga adalah 180° dan besar sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar segitiga itu. Kemudian peneliti menutup kegiatan hari ini dengan salam dan menyampaikan materi pertemuan berikutnya agar siswa mempelajarinya terlebih dahulu di rumah. 2 Pertemuan 2 Pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 April 2013 pada pukul 08.20 WIB sampai pukul 09.40 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah menemukan rumus keliling dan luas segitiga. Tujuan pembelajaran pertemuan ini adalah agar siswa dapat mencari keliling dan luas suatu segitiga. a. Pembukaan Peneliti mengawali pertemuan hari ini dengan mengucap salam dan memeriksa daftar hadir siswa. Peneliti kemudian mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya yaitu jumlah sudut dalam segitiga adalah 180° dan besar sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar segitiga tersebut. Peneliti juga menginformasikan materi pembelajaran pada pertemuan hari ini adalah menemukan rumus keliling dan luas segitiga menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Togheter. Siswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu dengan baik agar pembelajaran lebih efektif. b. Kegiatan Inti Untuk mengawali kegiatan inti pembelajaran, peneliti melakukan tanya jawab tentang pengertian keliling dan luas suatu bangun. Peneliti juga menanyakan tentang keliling dan luas dari bangun segi empat yang sudah pernah dipelajari sebelumnya. Setelah siswa paham dan ingat tentang keliling dan luas suatu bangun, peneliti meminta siswa untuk masuk ke dalam kelompok masing-masing sama seperti pada pertemuan sebelumnya.

1. Penomoran

Sama seperti pada pertemuan sebelumnya, guru membacakan anggota dari masing-masing kelompok kemudian meminta siswa untuk bergabung dengan teman kelompok masing-masing. Peneliti kemudian membagikan pin kepada setian siswa secara acak dan meminta siswa untuk memakainya

2. Pengajuan tugas

Setelah siswa tenang dan siap dengan kelompok masing- masing, peneliti dibantu dengan observer membagikan Lembar Kerja Siswa 4 kepada setiap kelompok.Peneliti memberi intruksi agar siswa membaca petunjuk Lembar Kerja Siswa terlebih dahulu sebelum memulai mengerjakan. Siswa juga diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dalam teman kelompok masing-masing.

3. Diskusi kelompok

Selama proses diskusi berlangsung peneliti, guru dan observer berkeliling di kelas untuk mengawasi dan memonitoring setiap kelompok. Pada pertemuan terakhir ini siswa sudah mulai terbiasa untuk bekerja secara kelompok. Sudah tidak ada lagi siswa yang merasa kesulitan dan bertanya pada peneliti, siswa yang merasa kesulitan sudah tidak malu untuk bertanya kepada teman satu kelompok. Siswa yang lebih paham dalam satu kelompokpun sudah tidak sungkan untuk menjelaskan materi yang masih sulit dipahami oleh teman yang lain. Kondisi kelas sedikit menjadi ramai, namun ini dikarenakan siswa yang sudah mulai mau berdiskusi dengan teman lain dalam satu kelompok mereka.

4. Presentasi

Setelah 20 menit mengerjakan, peneliti kemudian meminta siswa maju ke depan untuk mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok masing-masing, siswa yang maju ke depan ditunjuk dengan metode yang sama pada pertemuan sebelumnya yaitu dengan mengebutkan nomor secara acak kemudian siswa yang memiliki nomor pin sesuai yang telah di sebutkan peneliti wajib untuk maju ke depan dan mempresentasikan jawabannya. Pada pertemuan hari ini siswa sudah terlihat percaya diri mempresentasikan jawabannya, siswa lain yang tidak jelas juga sudah tidak malu lagi untuk bertanya. Kegiatan presentasi menjadi sedikit ramai, namun ini dikarenakan siswa yang sudah mulai aktif berdiskusi antar siswa dari kelompok lain. Setelah satu nomor selesai dipresentasikan, peneliti mengajak semua siswa untuk mendiskusikannya bersama-sama.Peneliti kemudian memberi waktu siswa untuk mencatat jawaban yang sudah dinyatakan benar oleh peneliti. Setelah semua soal telah selesai dipresentasikan dan dibahas bersama-sama, kemudian peneliti mengajak siswa untuk membuat kesimpulan yaitu keliling segitiga adalah jumlah panjang semua sisi segitiga, dan luas segitiga adalah setengah kali alas kali tinggi.

5. Tugas mandiri

Tahap terakhir dari pendekatan ini adalah belajar mandiri, yaitu mengerjakan tugas individu yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Pada saat mengerjakan soal, siswa harus mengerjakan sendiri tanpa dibantu oleh siapapun, baik dari guru maupun dari siswa lain. Setelah selesai mengerjakan, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan pekerjaannya. Peneliti kemudian mempersilahkan siswa menanyakan soal yang dirasa sulit untuk dibahas bersama-sama. c. Penutup Dalam akhir pembelajaran, seperti biasa peneliti mengajak siswa untuk membuat kesimpulan materi yang sudah dipelajari hari ini yaitu keliling segitiga adalah jumlah panjang semua sisi-sisi segitiga dan rumus luas segitiga adalah setengah kali alas kali tinggi. Peneliti kemudian memberitahukan kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes siklus II dengan materi menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga dan keliling segitiga dan luas segitiga, diharapkan siswa dapat belajar sunggung-sungguh di rumah. Guru kemudian menutup pertemuan hari ini dengan salam dan kembali mengingatkan siswa untuk mempersiapkan materi karena pertemuan selanjutnya akan di adakan tes. c Data hasil observasi, angket dan evaluasi akhir siklus a. Data hasil observasi Peneliti mengamati proses pembelajaran sama seperti pada siklus I dengan memuat aspek-aspek yang berhubungan dengan model pembelajaran NHT Numbered Heads Together untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa. Peneliti juga membuat catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung dengan dibantu oleh teman sejawat. Pada siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran Numbered Heads Together sehingga siswa terlihat semakin lebih aktif dan antusias berdiskusi dengan teman satu kelompoknya saat sedang mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa dan mengerjakan soal tugas individu. Pada siklus II ini siswa juga terlihat lebih berani ketika peneliti meminta siswa untuk maju mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Observasi selama pembelajaran berlangsung cukup baik, pada pertemuan I siklus II siswa sudah mulai terlihat aktif berdiskusi dalam kelompok. Siswa yang masih kurang paham akan menanyakan kepada siswa yang sudah lebih paham, begitu juga siswa yang sudah paham sudah tidak canggung untuk menjelaskan materi yang belum dipahami oleh teman dalam kelompoknya, sehingga terjadi proses pembelajaran yang efektif dalam kelompok. Siswa juga sudah tidak malu lagi untuk menanyakan pada kelompok lain tentang materi yang kurang paham saat kelompok lain sedang presentasi di depan kelas. Keterlaksaan pembelajaran berdasarkan observasi Numbered Heads Together pada siklus II menunjukkan presentase sebesar 86,36 pada pertemuan I dan meningkat menjadi 90,91 pada pertemuan II. Hal ini menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 12. Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi NHT Pada Siklus II Pertemuan Jumlah Skor Maksimal Jumlah Skor Observasi Keterlaksanaan Perbelajaran Pertemuan I Pertemuan II 22 22 19 20 19 22 × 100 = 86,36 20 22 × 100 = 90,91 b. Data angket Angket kemandirian belajar matematika siswa diberikan pada akhir siklus I untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar matematika siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Angket diisi oleh 28 siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Hasil analisis angket kemandirian belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 13. Hasil Persentase Aspek Kemandirian Belajar Siswa Siklus II Aspek Kemandirian Belajar Jumlah Skor Angket Maksimal Jumlah Skor Angket Yang Diperoleh Persentase Motivasi 560 442 442 560 × 100 = 78,93 baik Inisiatif 560 440 440 560 × 100 = 78,57 baik Disiplin 560 453 453 560 × 100 = 80,89 baik Percaya diri 448 365 365 448 × 100 = 81,47 baik Tanggung jawab 672 539 539 672 × 100 = 80,21 baik Rata-rata persentase 80,014 c. Data evaluasi akhir siklus Tes siklus diberikan setelah pertemuan kedua pada akhir siklus II, sedangkan pada setiap pertemuan hanya diberikan tugas mandiri saja. Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus II baik, hal ini terlihat pada rata-rata kelas yang menunjukkan nilai 83,93. Data hasil tes siklus I dapat dilihat pada lampiran.Ada 3 siswa yang masih mendapat nilai di bawah dari nilai ketuntasan sekolah yaitu 75. Nilai rata-rata matematika kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta berdasarkan hasil tes siklus II adalah 83,93 dengan kategori baik. d Refleksi Secara umum, proses pembelajaran pada siklusn II sudah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat terlihar dari dari keaktifan siswa dalam proses diskusi, hampir semua siswa sudah terlihat aktif dalam proses diskusi. Siswa juga sudah terlihat percaya diri dan tidak takut-takut lagi saat sedang mempresentasikan jawabannya di dalam kelas. Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru pada akhir siklus II secara umum proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II sudah sesuai dengan yang direncanakan. Kemandirian belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari hasil angket dan sikap siswa yang sudah mulai aktif melalui model pembelajaran NHT pada siklus II ini siswa mulai terbiasa dan dapat membagi tugas kelompok dengan baik sehingga dalam satu kelompok tidak lagi ada siswa yang hanya diam saja. Tetapi siswa dapat saling berdiskusi dengan baik, siswa yang lebih paham dapat menjelaskan kepada siswa yang masih kurang paham, sedang siswa yang masih kurang paham tidak malu lagi untuk bertanya kepada siswa yang lebih paham.Tingkat tanggung jawab siswa juga meningkat dikarena setiap siswa diharuskan untuk menguasai dan memahami materi. Dari akhir siklus II ini, dapat dikatakan bahwa kemandirian dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran sudah sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Hasil analisis data kemandirian dan hasil belajar siswa menunjukkan hasil rata-rata lebih dari 75 maka peneliti mengakhiri siklus ini sampai siklus II saja.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti laksanakan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together NHT dalam pembelajaran matematika telah mampu meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VII Love.Hal ini tampak dari data hasil observasi, hasil angket, dan hasil nilai tes yang diperoleh pada penetian yang terbagi dari siklus I dan siklus II. Hasil observasi model pembelajaran Numbered Heads Togethet NHT di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VII Love mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan observasi model pembelajaran Numbered Head Together sebesar 63,64 pada pertemuan pertama dan 72,73 pada pertemuan kedua sedangkan pada siklus II sebesar 86,36 pada pertemuan pertama dan 90,91 pada pertemuan kedua. Tabel keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi model pembelajaran Numbered Head Together dapat dilihat pada lampiran sedangkan grafik peningkatan dapat di lihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6. Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi dari Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil angket kemandirian belajar yang telah diisi oleh siswa, nampak adanya peningkatan pada masing-masing aspek kemandirian dari tes awal ke siklus II. Penghitungan didasarkan atas hasil angket yang 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 1 pertemuan 2 sudah diisi oleh masing-masing siswa. Peningkatan yang terjadi pada masing- masing aspek kemandirian adalah sebagai berikut: 1 Aspek motivasi yang terdiri dari 2 indikator yaitu menyadari untuk belajar, mempunyai semangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran, mengalami peningkatan sebesar 23,04 dari 55,89 menjadi 78,93. 2 Aspek inisiatif yang terdiri dari 2 indikator yaitu mempunyai gagasan sendiri, siswa lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 21,78 dari 56,79 menjadi 78,57. 3 Aspek disiplin yang terdiri dari 2 indikator yaitu tertib dalam mengikuti pembelajaran dan dapat memahami materi dengan baik mengalami peningkatan sebesar 25,18 dari 55,71 menjadi 80,89. 4 Aspek percaya diri yang terdiri dari 2 indikator yaitu dapat memahami materi dengan baik dan berani bertanya atau menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan sebesar 25,67 dari 55,8 menjadi 81,47. 5 Aspek tanggung jawab yang terdiri dari 3 indikator yaitu bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, baik individu maupun kelompok, mengukur kemampuan diri, memperbaiki kesalahan mengalami peningkatan sebesar 20,24 dari 59,97 menjadi 80,21. Kenaikan rata-rata persentase dari tes awal ke siklus II sebanyak 23.754 dari awal rata-rata 56,26 menjadi 80,014 pada siklus II. Berikut adalah tabel yang menunjukkan persentase peningkatan kemandirian belajar siswa untuk masing-masing aspek. Tabel 14. Persentase Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan Aspek-aspek Kemandirian Belajar Siswa No Aspek Tes Awal Siklus I Siklus II Peningkatan 1 Motivasi 55,89 56,61 78,93 23,04 2 Inisiatif 56,79 57,14 78,57 21,78 3 Disiplin 55,71 58,04 80,89 25,18 4 Percaya diri 55,8 54,91 81,47 25,67 5 Tanggung jawab 59,97 61,9 80,21 20,24 Rata-rata peningkatan 23.18 Presentase peningkatan kemandirian belajar siswa berdasarkan aspek- aspek kemandirian belajar siswa akan disajikan dalam grafik berikut ini. Gambar 7. Grafik presentase Aspek-aspek Kemandirian Belajar Siswa Dari hasil penelitian nampak bahwa kemandirian belajar siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VII Love mengalami peningkatan. Model pembelajaran Numbered Heads Together dapat memberikan peningkatan. Model pembelajaran NHT dapat memberi peningkatan kemandirian sebesar 23,18. Berdasarkan hasil tes awal, siklus I dan siklus II, nampak bahwa terjadi peningkatan nilai.Ketuntasan belajar siswa untuk siklus I dan siklus II juga telah melebihi batas minimal belajar SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VII Love.Untuk lebih jelasnya, data peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan nilai UTS semester II, siklus I dan siklus II disajikan pada tabel berikut ini. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Motivasi Inisiatif Disiplin Percaya diri Tanggung jawab tes awal siklus 1 siklus 2 Tabel 15. Nilai Rata-rata Matematika Kelas VII Love Berdasarkan Nilai UTS Semester II, Tes Akhir Siklus I dan Siklus II Rata-rata Nilai Tes Kategori UTSII 66,43 Sedang Siklus I 73,75 Tinggi Siklus II 83,93 Tinggi

C. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Pembelajaran kooperatif tipe course review horay untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa SMP kelas IX

1 5 148

Penerapan modal pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa

1 5 88

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

0 5 203

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9