Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
di mata masyarakat. Dewasa ini martabat guru semakin terpingirkan bahkan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Masyarakat berpandangan bahwa
tugas guru idealnya, disamping dapat mentrasnfer pengetahuan, guru juga juga mendidik nilai-nilai universal. Dengan demikian seorang guru
hendaknya memiliki moral, iman dan ahklak yang baik yang dapat ditanamkan pada diri siswa. Namun berita dimedia massa surat kabar
Kompas Jumat, 24 Juni 2008 seorang guru tega bertindak kekerasan terhadap muridnya sendiri, hal ini menunjukan perilaku guru jauh dari ideal.
Perilaku-perilaku negatif menjadikan masyarakat berpandangan negatif terhadap profesi guru.
Profesi guru yang dahulu merupakan profesi yang paling bergengsi dan menjadi dambaan bagi generasi muda pada zaman leluhur kita, kini menjadi
kurang diminati dan dihargai dibandingkan dengan profesi lainnya karena minat mahasiswa menjadi guru berkurang. Marianti 2005:172 menyatakan
bahwa profesi guru tidak diminati oleh generasi muda, menjadi guru adalah pilihan terakhir jika seorang calon mahasiswa tidak diterima di jurusan
lainnya. Salah satu alasan mahasiswa tidak berminat menekuni profesi guru adalah profesi guru dipandang tidak menjanjikan masa depan yang baik. Hal
ini dipengaruhi dengan anggapan di sebagian masyarakat bahwa profesi sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi, sehingga minat
untuk menjadi guru mungkin hanya ada di kepala sebagian kecil anak-anak Indonesia.
Salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional
adalah terbatasnya sumber daya tenaga pengajar guru. Keterbatasan sumber daya ini, antara lain dipengaruhi terbatasnya jumlah mahasiswa berprestasi
yang bersedia menjadi guru. Cukup jarang mahasiswa berprestasi setelah lulus kuliah kemudian menjadi guru. Kebanyakan mahasiswa yang mayoritas
dengan prestasi baik cenderung memilih pekerjaan non keguruan. Lembaga pendidikan Guru FKIP, bukanlah idola para calon
mahasiswa dan orang tua. Sebab, orang tua akan sangat bangga jika anaknya menjadi seorang dokter, insinyur, tentara, polisi, atau profesi lainya dibanding
menjadi guru. Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga kurang mampu atau mayoritas mahasiswa FKIP
adalah berasal dari masyarakat desa, pinggiran, atau kota lapisan bawah. Walaupun demikian, mereka yang diterima di FKIP belum tentu berminat
untuk menjadi guru. Berikut ini adalah data Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Sanata Dharma USD yang menunjukan bahwa selama 3 tahun mulai dari tahun 2005 sampai 2007 mengalami penurunan jumlah pendaftar
dalam tabel total pendaftar pilihan I, II, dan pilihan III baik melalui jalur regular, kerjasama maupun prestasi.
Tabel 1.1 Jumlah pendaftar Pilihan I, II, dan III di FKIP
Keterangan 2005 2006 2007
Pil 1
Pil 2
Pil 3
Pil 1
Pil 2
Pil 3
Pil 1
Pil 2
Pil 3
Pend.Guru sekolah dasar
531 77 107 386 75 78 252 81 85
Pend. Bimbingan dan Konseling
38 82
90 45
112 107
33 89 125
Pend. Bahasa inggris
691 345
158 647
362 143
539 299 135
Pend. Bahasa, Sas. Ind. Daerah
85 128 115 105 152
127 128 192 165
Pend. Sejarah
32 61 75 60 55 50
60 74 84
Pend. Ekonomi
23 71 56 20 53 47
44 86 93
Pend. Akuntansi
94 135 113 90 79 101
95 84 101
Pend. Matematika
119 126
83 116
132 73
135 143 79
Pend. Fisika
25 47
33 18
40 40
26 51 43
Pend. Agama Katolik
42 34 33 63 31 40
50 37 44
Total
1680 1115 863 1550 1091 806 1332 1136 954
Total Keseluruhan
3658 3447 3422
Dengan melihat tabel 1.1, dalam tiga tahun terakhir terungkap bahwa calon mahasiswa yang masuk ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FKIP terus menurun. Penurunan jumlah pendaftar di FKIP perlu disikapi dengan bijak. Apabila penurunan jumlah mahasiswa di FKIP semakin besar,
maka dikhawatirkan akan berdampak serius pula bagi kelangsungan hidup FKIP pada khususnya maupun USD pada umumnya.
Akhir- akhir ini terungkap bahwa beberapa daerah mulai kekurangan guru. Ini berarti antara kebutuhan guru dan mendidik calon guru belum
sebanding. Dengan demikian kekurangan guru menjadi masalah dalam menanggulangi daya tampung calon terdidiknya. Masalah kekurangan guru
ini akan membawa konsekuensi baru dalam dunia pendidikan, kalau tidak cepat-cepat ditanggulangi secara bersama.
Dalam upaya mengatasi ketimpangan dalam menyiapkan tenaga kependidikan itu, diperlukan daya tarik untuk menjadi guru. Karena negara
kita sedang membutuhkan guru yang profesional dan berkompetensi, pemerintah berusaha menarik minat mahasiswa khususnya mahasiswa FKIP.
Di samping itu, pemerintah juga terus mencari cara supaya dapat memiliki mahasiswa yang benar-benar ingin mengabdi menjadi guru yang
berkompeten pada bidangnya. Keinginan menjadi guru itu harus datang dari diri sendiri, tidak bisa
dipaksa-paksa. Kebanyakan generasi muda kita sekarang ini, menjadi guru karena dorongan dari orang tua, ikut-ikutan teman kuliah di FKIP, dan
susahnya mencari pekerjaan. Hal ini menyebabkan banyak guru yang tidak bisa mentransfer ilmu mereka kepada siswanya secara optimal, karena pada
dasarnya mereka menjadi guru bukan karena keinginan mereka, tetapi karena terpaksa.
Kondisi semacam itu berlainan dengan keadaan sekarang dengan ditetapkannya UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 oleh pemerintah
dimana penghargaan guru mulai diperhatikan tingkat kesejahteraannya, minat dan gengsi menjadi guru pun mulai berubah. Dalam UU Guru dan Dosen
tersebut dijelaskan bahwa pengakuan dan kedudukan guru dan dosen mempunyai misi yaitu :a mengangkat martabat seorang guru dan dosen, b
menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen, c meningkatkan kompetensi guru dan dosen, d meningkatkan mutu pendidikan, e mengurangi
kesenjangan ketersedian guru dan dosen antar daerah dari segi mutu, jumlah,
kualitas akademik dan kompetensi, f meningkatkan pelayanan yang bermutu.
Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen membuat posisi guru sebagai sebuah profesi semakin terlindungi serta kesejahteraan guru semakin
terjamin dan meningkat. Guru yang memenuhi kualifikasi akademik dan mengantongi sertifikat sebagai pendidik dijanjikan mendapatkan tunjangan
sebesar satu kali gaji pokok. Undang-Undang Guru dan Dosen tersebut memberikan manfaat positif bagi guru. Guru yang lulus ujian sertifikasi akan
memperoleh tunjangan profesi sebesar 1 satu kali dari gaji pokok. Dengan demikian, secara tidak langsung kesejahteraan guru negeri juga akan semakin
meningkat. Peningkatan drastis kesejahteraan guru menjadikan perubahan persepsi masyarakat tentang profesi guru dan mengubah minat mahasiswa
terpanggil untuk menjadi seorang guru. Dari fenomena di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui minat
mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma untuk menjadi guru. Oleh
karena itu, penulis mengambil judul “Minat Mahasiswa FKIP Untuk Menjadi Guru Ditinjau dari Pilihan Progam Studi, Prestasi Belajar
Mahasiswa dan Latar Belakang Pendidikan Orang Tua “.