3 Rasa takut: cemas, takut, khawatir, gugup, waswas, waspada, tidak tenang,ngeri, fobia dan panik.
4 Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riangm senang, terhibur, bangga, takjub, terpesona.
5 Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih.
6 Terkejut: terkesiap, takjub, terkesima, terpana. 7 Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau
muntah. 8 Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan
hati hancur lebur.
c. Kegunaan emosi
Goleman 2007: 4 mengatakan bahwa dengan adanya emosilah manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam
masalah-masalah manusiawi. Sebagai contoh, rasa cinta seorang siswa yang rela terlambat datang ke sekolah demi menolong
seorang nenek yang mengalami kecelakaan. Selain itu, emosi adalah dorongan untuk bertindak Goleman, 2007: 7. Safaria dan
Saputra 2009: 16 menyebutkan dua kegunaan emosi, yaitu:
1 Emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat mempengaruhi orang lain
Guratan yang terlihat pada raut muka seseorang adalah bagian dari emosi. Guratan ekspresi merupakan bentuk
komunikasi seperti kata-kata. Saat sekarang pada masyarakat modern, guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi
yang lebih cepat dari kata-kata. Contohnya, saat kita marah pada orang yang akan ditemui, akan sulit bagi kita mengubah
ekspresi kita untuk tersenyum meskipun kita telah berniat untuk tidak marah di depannya.
2 Emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan Emosi secara teoritis dapat memotivasi perilaku. Pada situasi
yang penting emosi dapat bereaksi dalam menghadapi situasi tersebut. Sebagai contoh, saat merasa takut emosi dapat
membuat seseorang untuk bertindak hati-hati atau malah bertindak lari untuk mengatasi rasa takut.
2. Kemampuan Mengelola Emosi
a. Kemampuan mengelola emosi dan aspek-aspeknya
Goleman 2007: 58 mengatakan bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk mengatasi
emosinya sendiri agar terungkap dengan pas. Orang yang rendah kemampuan mengelola emosinya akan terus-menerus bertarung
melawan perasaan murung, sementara orang yang pintar akan dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan
dan kejatuhan dalam kehidupan. Orang-orang Romawi dan gereja-gereja
Kristen kuno
menyebut kemampuan
ini