Teori-Teori Motivasi Motivasi Kerja guru

mengembangkan kemampuan.” Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu : Maintenance Factors dan Motivation Factors. Tabel 2.2 Perbandingan Teori Motivasi Maslow dan Herzberg Maslow’s Need Hierarchy Herzberg Two Factor Theory Self Actualization Chellanging work Achievment Growth in the job Responsibillity Esteem or Status Advancement Recognition Status Affiliation or Aceptence Interpersonal Relations Company Pollicy and Administration Quality of Supervision Security or Safety Quality of supervision, working Conditions job security Physiological Needs Salary Personal life Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama bertujuan mendapatkan alat dan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat bekerja karyawan, agar mereka itu mau bekerja giat untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. d Teori Motivasi Human Relations Teori ini merupakan hubungan seseorang dengan lingkungannya. Teori ini menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja. Teori ini menganjurkan bila dalam memotivasi bawahan memerlukan kata-kata, hendaknya kata-kata itu mengandung kebijakan, sehingga dapat menimbulkan rasa dihargai dan optimis. b. Teori Proses Process Theory Teori Motivasi Proses ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan “bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu”, agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Bila diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan proses “sebab dan akibat” bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok, jadi hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin. Teori proses ini, dikenal atas: a Teori Harapan Expectancy Theory Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor A. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang dia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Teori harapan ini di dasarkan atas: Harapan Expectancy, Nilai Valence, Pertautan Instrumenttality. b Teori Keadilan Equity Theory Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik oleh pimpinan maka semangat kerja bawahan cenderung akan meningkat. c Teori Pengukuhan Reinforcement Theory Teori ini di dasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis: Pengukuhan Positif Positive Reinforcemenet, yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat. Pengukuhan Negatif Negative Reinforcement yaitu bertambahnya frekuensi perilaku terjadi jika pengukuh negatif dihilangkan secara bersyarat. Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh suatu stimulus yang bersyarat. c. Teori X dan Y dari Douglas Mc. Gregor Teori ini di dasarkan bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X Teori Tradisional dan manusia penganut teori Y Teori Demokrasik. Menurut teori X ini untuk memotivasi harus dilakukan dengan cara yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja secra sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung pada motivasi yang negatif yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas. Tipe kepemimpinan teori X adalah otoriter sedang gaya kepemimpinannya berorientasi pada prestasi kerja. 47 Menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara peningkatan pasrtisipasi karyawan, kerjasama dan keterikatan pada keputusan. Mc Gregor memandang suatu organisasi efektif sebagai organisasi bila menggantikan pengawasan dan pengarahan dalam integrasi dan kerjasama serta karyawan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Jenis motivasi yang diterapkan adalah motivasi positif, sedang tipe kepemimpinan adalah kepemimpinan partisipatif.

4. Manfaat Motivasi Kerja Guru

Motivasi sebagai sebuah dorongan sebagai alasan mengapa manusia mau melakukan sesuatu tentunya dapat dipahami sebagai sebuah hal yang bermanfaat. Manfaat dari motivasi sudah tidak dapat 47 Malayu S.P Hasibuan, Op. Cit., h. 103-125 kita pungkiri, terlebih guru yang mempunyai tugas yang cukup berat dalam mendidik siswa. Menurut Ishak Arep dan Hendri Tanjung “secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptkan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat.” 48 lebih lanjut lagi dikatakan bahwa “manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang akan senang melakukan pekerjaannya.” 49 Selain daripada di atas, motivasi juga dapat membuat seseorang mau dan mampu bekerja lebih keras. Seseorang yang termotivasi akan dengan mudah dapat melakukan pekerjaan yang lebih berat dari biasanya. Dalam hal pengawasan pula tidak akan membutuhkan pengawasan yang terlalu ketat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat motivasi kerja bagi guru adalah untuk mendorong gairah kerja guru dalam melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan penuh kesenangan hati serta dapat meningkatkan produktivitas kerja bagi guru.

5. Pembinaan Motivasi Kerja Guru

Dalam memotivasi seseorang tentunya tidak dapat seperti membalikan tangan, ada proses panjang yang diperlukan dalam memotivasi. Tentunya di dalam proses ini yang dimaksud adalah pembinaan, pembinaan dalam rangka memotivasi ini sangat diperlukan. Terlebih di dalam sekolah, seorang guru harus selalu merasa dalam keadaan termotivasi dalam mengerjakan tugasnya sebagai pendidik. 48 Ishak Arep Hendri Tanjung, Op, Cit, h.16 49 Ibid Di dalam sekolah yang mempunyai tugas untuk membina motivasi guru adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus membina motivasi guru agar dapat menjalakan tugas nya dengan baik, sehingga tujuan dan target yang ditetapkan dapat di capai dengan hasil yang maksimal. Menurut Champates pembinaan adalah hal untuk meningkatkan kinerja. Lewat pembinaan akan terjalin komunikasi dua arah antara manajer dengan karyawan sehingga dapat mengidentifikasi apa yang harus ditingkatkan dan bagaimana cara meningkatkan. 50 Sedangkan menurut Djakaria pembinaan adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengarahan, pembinaan serta pengendalian segala sesuatu berhasil secara tepat. Pembinaan itu meliputi kegiatan atau menyelanggarakan pengaturan sesuatu, supaya dapat dilakukan dan dapat dikerjakan dengan baik, teratur, rapi dan seksama menurut program atau rencana pelaksanaan dengan ketentuan petun, norma, sistem, dan metode secara effisien dan effektif mencapai tujuan serta memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. 51 Lebih lanjut lagi menurut Gauzali pembinaan berarti pembaharuan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi. 52 Dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan motivasi kerja guru adalah upaya, usaha, atau tindakan yang di dalamnya terdapat unsur perencanaan, penyusunan, pengarahan serta pengendalian sesuatu yang dapat mendorong gairah 50 Fendy Levy Kambey, Suharmono, 2013, Pengaruh Pembinaan, Pelatihan dan Pengembangan, Pemberdayaan dan Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada PT. Njonja Meneer Semarang, Jurnal Studi Manajemen Organisasi, Vol 0, No. 2, h.142 51 Sri wulandari, Efektifitas Sistem Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Terhadap Tujuan Pemdinanaan, Serat Acitya, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, h. 5 52 Hendirani Nulhaqim, 2008, Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. Persero Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai, Jurnal kependudukan Padjadjaran, Vol 10, No. 2, h. 157 kerja guru dalam melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan penuh kesenangan hati yang nantinya akan dapat membuat produktivitas kerja guru memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

C. Penelitian yang Relevan

Komunikasi merupakan sebuah objek penelitian yang menarik untuk ditelusuri, karena komunikasi adalah sebuah hal yang sangat alamiah yang ada pada kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan peneliti terhadap penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan. Maka peneliti mendapatkan pembahasan yang berkaitan dengan topik penelitian yang peneliti lakukan, berdasarkan hal itu hasil penelitian yang relevan antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh suadari Indriani yang berkaitan dengan topik komunikasi interpersonal kepala sekolah adalah berjudul “Efektifitas Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah Studi di Mts Negeri Tangerang II Pamulang.” Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2014. Penelitian yang dilakukan pada judul ini adalah membahas atau menenkankan pada efektifitas kepala sekolah dalam komunikasi interpersonal dengan seluruh warga sekolah yang ada di Mts Negeri Tangerang II Pamulang. Pada penelitian tersebut menggunakan metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan hasil yang digunakan adalah presentase. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti penulis, pada fokus penelitian, peneliti tidak hanya menggambarkan fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah, akan tetapi juga membahas atau ingin menggambarkan fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru. 2. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh saudara Nurwansyah yang berjudul “Implementasi Komunikasi Interpersonal antara Kepala sekolah dengan Guru di SMK Prima Unggul Ciledug Kota Tangerang” Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015. Penelitian yang dilakukan pada judul di atas adalah menekankan pada pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan guru di SMK Prima Unggul Ciledug Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan hasil deskriptif dan analisa data. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti penulis, pada fokus penelitian yang dilakukan peneliti tidak hanya menggambarkan atau memotret fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah, akan tetapi juga membahas atau menggambarkan fenomena komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru.

D. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan sebuah ringkasan pemikiran yang dijadikan sebagai alur berpikir, hal ini dilakukan agar lebih terarah dan tidak melebar pada fokus penelitian yang telah ditetapkan yaitu pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi guru. Fenomena atau kondisi nyata yang terjadi di SMK Al-Hidayah Ciputat adalah belum optimalnya pelakasanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah, kemampuan komunikasi yang terbatas, adanya Gap yang terjadi, belum hadirnya konsep pembinaan motivasi kerja guru secara sadar dan terencana, dan kurangnya pembinaan motivasi kerja guru dalam menggunakan komunikasi interpersonal kepala sekolah. Komunikasi interpersonal kapada setiap guru merupakan sebuah hal yang sangat penting untuk dilakukan karena dengan komunikasi yang terjadi antara kepala sekolah dengan guru dapat membina motivasi kerja guru. Pembinaan motivasi kerja guru melalui komunikasi interpersonal sering terabaikan dan dianggap hal yang tidak penting, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini penting untuk dilakukan. Karena pada dasarnya pelaksanaan komunikasi adalah hal yang sangat mudah dan sangat efisien untuk membina motivasi kerja guru.