PENUTUP A. Implementasi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Membina Motivasi Kerja Guru di SMK Al-Hidayah Ciputat

hal yang bisa terselesaikan atau terbantu sebagai jembatan untuk mencari jalan keluar atau solusi dari suatu masalah. Kemudian dalam proses komunikasi kesamaan makna sangat dibutuhkan dalam kaitannya mencapai informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang melakukan komunkasi atau dalam kata lain komunikator dan komunikan. Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain dalam kehidupan tentunya akan terjadi pertukaran informasi di dalamnya. Komunikasi dapat dipahami sebagai tindakan satu arah yang berjalan lurus dari komunikator kepada komunikan. Akan tetapi komunikasi juga dapat dipahami sebagai suatu tindakan interaktif yang melibatkan kedua belah pihak secara aktif antara komunikator dan komunikan. Jika yang satu berfungsi sebagai pemberi pesan, maka salah satu berfungsi sebagai penerima pesan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai komunikasi, sudah tidak dapat kita pungkiri pentinya komunikasi sebagai salah satu bentuk interaksi manusia. Begitu pula di dalam organisasi, komunikasi merupakan hal yang penting dan sangat diperhatikan. Dengan adanya proses komunikasi yang baik di dalam organisasi, suatu tujuan yang telah di tetapkan oleh organisasi akan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tentunya di dalam organisasi di isi oleh sekumpulan manusia yang mempunyai visi dan misi yang sama. Manusia sangat bersifat dinamis dalam kehidupan, hal itu menunjukan bahawa manusia itu hidup. Dari sifat manusia yang dinamis inilah yang terkadang dapat menimbulkan sebuah dinamika organisasi. Dalam konteks organisasi pendidikan, yaitu sekolah. Tentunya ada interaksi yang kuat antara kepala sekolah dan guru. Dalam melaksanakan hubungan antara kepala sekolah dan guru membutuhkan pemahaman tentang komunikasi. Pemahaman tentang komunikasi dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di dalam organisasi. Menurut E. Mulyasa, “Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan”. 1 Selanjutnya dikatakan kembali bahwa “Setiap kepala sekolah di hadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningatkan kualitas pendidikan”. 2 Kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator dalam dasar-dasar kegiatan manajemen seperti Planning, Organizing, actuating, Controling dan Evaluating tentunya dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang baik kepada seluruh guru. Menurut Stoner, yang dikutip oleh wahyudi dalam buku Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi pembelajar Learning Organization dikatakan bahwa “hubungan manusia adalah cara manajer berhubungan dengan bawahannya, kalau karyawannya bekerja lebih giat , itu berarti organisasi mempunyai hubungan manusia yang efektif, sebaliknya kalau karyawan malas bekerja dan terjadi penurunan semangat kerja maka hubungan antar manusia dalam organisasi tidak efektif ”. 3 Sering kali kepala sekolah memberikan perintah atau instruksi kepada guru tanpa terlebih dahulu memberikan pengarahan mengenai tugas yang diberikan, hal ini dapat terjadi dikarenakan faktor rendahnya keterampilan komunikasi interpersonal kepala sekolah. Akibatnya hasil dari tugas tersebut tidak jarang kurang maskimal dan menyebabkan tujuan dari organiasi tidak dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan. Fenomena selanjutnya yang sering terjadi adalah keengganan guru untuk 1 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007, cet ke-9, h.25 2 Ibid 3 Wahyudi, kepemimpinan kepala sekolah dalam organisasi pembelajar learning organization, Bandung: Alfabeta,2009, cet ke-1, h.71 melakukan komunikasi kepada kepala sekolah ataupun sebaliknya, kepala sekolah enggan untuk melakukan komunikasi dengan guru. Menurut Alice Kelvin, yang dikutip oleh Patti Hathaway dan Susan D. Schubert dikatakan bahwa pada umumnya bawahan menghindari kontak horisontal dengan atasan karena sebelumnya mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan dengan tokoh yang memiliki wewenang. Peran karyawan bagaikan peran pasif seorang anak atau pelajar yang menerima begitu saja perintah dari “atasan”. Dengan mengembangkan rasa perduli, karyawan menjadi sangat termotivasi, berdasarkan semangat kompetensi, pengendalian diri, dan be rbagai hasil yang telah dirasakan” 4 . Pengalaman masa lalu memberikan dampak terhadap masa depan, dalam hal ini kaitannya dengan komunikasi antara kepala sekolah dengan guru di dalam sekolah. Selanjutnya komunikasi interpersonal kepala sekolah yang kurang memadai juga dapat memberikan dampak langsung terhadap motivasi kerja guru. Komunikasi interpersonal dengan kepala sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam situasi dan kondisi yang membutuhkan pengarahan langsung, pengambilan keputusan, dan pemberian motivasi dari kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi dan orang yang lebih berpengalaman dalam suatu sekolah. Komunikasi yang baik dan harmonis antara kepala sekolah dengan guru dapat menciptakan sebuah iklim kerja yang baik dan dapat memotivasi guru. Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah menjadi sebuah hal penting di dalam sekolah sebagai lembaga pendidikan, seperti yang sudah dipaparkan di atas mengenai motivasi dan komunikasi. Peneliti memandang pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru menjadi sebuah hal yang tidak dapat dielakan. Pembinaan motivasi sacara sadar dan terencana menjadi tanggung jawab kepala sekolah yang harus dilaksanakan, tentunya banyak hal yang dapat dilakukan untuk membina motivasi kerja guru. 4 Patti Hathway Susan D. Schubert, Memanajemeni Atasan,Jakarta: PPM,2005 Cet ke-3, Hal 2 Kaitannya dengan pembinaan motivasi kerja guru, komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah menjadi salah satu cara dalam membina motivasi kerja guru agar sesuai dengan yang diharapkan. Dari pembinaan motivasi guru melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan kinerja guru dapat menjadi lebih baik lagi dalam berjalannya kegiatan sekolah dan proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi awal atau pengamatan sementara ditemukan bahwa, dalam proses pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah belum menunjukan sebuah pelaksanaan komunikasi yang ideal, masih terdapat kekurangan seperti kepala sekolah belum dapat melaksanakan komunikasi interpersonal secara terencana guna memotivasi semangat guru dalam bekerja. Sebagaimana yang ditemukan di SMK Al- Hidayah Ciputat bahwa guru-guru yang mengajar tidak hadir setiap hari di sekolah, Sehingga peneliti menganggap hal ini membuat komunikasi antara kepala sekolah dengan guru menjadi terbatas. Ada guru yang hanya hadir disekolah dalam 2 sampai 3 hari saja dalam waktu satu minggu. Hal ini membuat keleluasaan dalam berkomunikasi secara tatap muka menjadi tidak optimal, Lebih lanjut lagi, di SMK Al-Hidayah Ciputat adalah sebuah sekolah yang berbentuk yayasan, jadi dalam sistem pemilihan kepala sekolah berdasarkan keputusan pihak yayasan. Guru yang sekarang mengajar dahulu kalanya adalah guru yang menjadi kepala sekolah. Fenomena ini membuat kepala sekolah saat ini mempunyai rasa sungkan dan sangat berhati-hati ketika melakukan komunikasi dengan guru senior yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah. Penulis memandang komunikasi interpersonal sebagai hal yang menarik untuk ditelusuri lebih lanjut lagi. Pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah diharapkan menjadi sebuah hal yang dapat memicu motivasi kerja guru sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan lebih baik lagi.